RK. [03] Pesta.

130 10 1
                                    

"Siapa yang bertanggung jawab atas produk ini?" tanya Deon saat para pemimpin tim berkumpul untuk mengadakan rapat. Deon tahu jika produk perusahaannya itu hampir gagal karena sesuatu. Para jajaran petinggi di kantor berjajar duduk saling berhadapan, sedangkan Deon duduk di paling ujung menghadap pada proyektor di depannya yang berada di sisi lain.

"Saya, Pak." Kepala bagian COO mengangkat tangan dan berucap dengan tegas.


"Memang sudah tanggung jawabmu. Kenapa produk ini bisa gagal juga karena kelalaian mu. Jika lain kali ini terulang kembali, maka tidak akan ada ampun bagimu." Deon menatap tajam pada kepala bagian COO.

"Baik, Pak." Kepala bagian COO langsung terdiam, kepalanya ia tundukkan sedalam mungkin karena malu.

"Bagaimana penjualan bulan ini?" Deon berpaling pada gambar kuartal di iPad.

"Penjualan bulan ini terus meningkat dari kuartal bulan lalu, Pak." Kini berpindah, kepala bagian CMO menjawab dengan bangga.

Deon menganggukkan kepala setuju saat melihat kuartal yang terus naik melalui iPad. "Baiklah. Rapat kali ini selesai sampai sini," Deon langsung bangkit dan meninggalkan ruang rapat yang tadinya begitu menegangkan. Deon berjalan ke arah lift, "Kau boleh pergi, Tiara." Kata Deon saat menunggu pintu lift terbuka.


Tiara mengangguk sekali, "Baik, Pak." Tiara mengambil arah lain agar Deon bisa menghabiskan waktu sendirian.

Deon melirik Tiara sebentar, dan langsung masuk ke lift yang sedang kosong. Saat Deon akan menekan tombol menuju loby utama, matanya tidak sengaja menangkap tombol lantai 3. Dimana para karyawannya sedang menyantap makan siang di sana, ia langsung menekan tombol pantai 3 dan pintu lift mulai tertutup.

Benar dugaannya, saat jam makan siang sudah hampir tiba, lantai 3 akan ramai oleh karyawan dari tim manapun. Mereka berkumpul semua di sana, mungkin ada sebagian yang memilih makan di luar kantor. Lalu, matanya tidak sengaja menangkap satu sosok yang duduk di paling pojok dekat jendela kantor yang besar. Ia langsung tersenyum dan berjalan menghampiri sosok yang sedang fokus pada objek di luar kantor. "Bolehkah aku bergabung denganmu?"


Sosok itu langsung menoleh dengan pandangan terkejut, "Pak Deon?"

"Ya, Kay?"

"Bapak makan di sini?" Kay melirik ke seluruh cafetaria, semua mata kini menuju ke arah Deon yang berada di hadapannya. Kay meringis kecil saat tatapan tajam tertuju ke arahnya.

"Kenapa? Apa tidak boleh?" Deon langsung duduk di kursi seberang Kay yang terhalang oleh meja persegi.


Para karyawan yang melihat pemandangan itu hanya dapat berbisik-bisik tidak suka. Karena karyawan biasa seperti Kayyisa bisa berdekatan langsung dengan Direktur.

"Tentu saja boleh, Pak." Kay menjawab dengan malu. Karena pandangan mata semua sedang mengarah padanya, jadi ia semakin merasa terintimidasi. Menolak Deon pun percuma, ia hanya bisa patuh dan membiarkan Deon berbuat sesuka hatinya.

"Kau sudah selesai makan?"

"Baru saja selesai."

Deon menganggukkan kepala, "Aku butuh privasi jika ingin berbicara denganmu, maukah kau makan lagi di luar?" Deon menunjuk jendela besar disampingnya, menunjuk salah satu restoran mahal yang berjejer di luar sana.

Radeon ♡ KayyisaWhere stories live. Discover now