03| Bimbingan Konseling

8 1 0
                                    

Seperti dugaanya kemarin, benar saja, hari ini Sahara mendapatkan telepon dari wali kelas adiknya.

"Selamat siang, dengan bu Sahara, walinya Riky?"

"Selamat siang, iya dengan saya sendiri."

"Dimohon kehadiranya di sekolah hari ini ya bu, dikarenakan Riky terlibat perkelahian lagi dengan teman sekelasnya."

"Iya bu, saya kesana sekarang."

Sahara membuang napas kasar, baru saja kemarin ia mengobati luka adiknya itu. Kali ini dia telah membuat masalah lagi, terpaksa Sahara menutup toko bunganya sebentar. Mengambil jaket dan tasnya, lalu mencari angkutan sekitar untuk segera menuju sekolah adiknya itu.

SMA Negeri Tunas Bangsa, begitu bangunan kokoh ini dijuluki. Sekolah milik pemerintah ini telah menghasilkan berbagai lulusan hebat. Sahara awalnya sangat bahagia adiknya bisa bersekolah disini, Riky memang sangat pintar baik dalam teori ataupun praktek. Bahkan, adiknya bisa memahami apa yang dikatakan oleh gurunya tanpa harus memperhatikan, namun sifat berandalannya ini sulit sekali diubah.

Kini Sahara tengah duduk di ruang BK (bimbingan konseling) bersama bu Eria, selaku guru BK di sekolah adiknya. Bu Eria menjelaskan bahwa, pagi tadi Riky terlibat perkelahian dengan teman sekelasnya yang bernama Johan. Perkelahian itu memang dimuali karena Johan menjahili Riky, anak itu menyembunyikan baju olahraga Riky. Semula, maksud Johan hanya ingin bercanda, tetapi Riky yang bersumbu pendek tak terima dan langsung mendaratkan pukulan ke wajah Johan.

Kini, kedua anak remaja itu tengah duduk dan mendapat cermah dari bu Eria. Sebenarnya Sahara sangat familiar dengan wajah teman Riky satu ini, hingga seseorang mengetuk pintu ruangan tersebut.

Tok Tok Tok

"Silahkan masuk." Bu Eria, mempersilahkan orang tersebut masuk.

"Anda walinya Johan?"

"Loh, Yohan?!" Belum selesai bu Eria melontarkan pertanyaanya, Sahara sudah menyambar dengan pertanyaan yang diikuti rasa terkejut.

"Loh Sahara, lo ngapain?"

"Harusnya gue juga nanya ke lo, ngapain disini, han?"

"Adek gue, noh." Tunjuk Yohan kehadapan adiknya, ternyata teman sekelas Riky ini-Johan, adalah adik Yohan. Cukup membingungkan, sebab nama keduanya tak terlalu berbeda, itulah mengapa sejak awal Sahara sempat tak asing dengan wajah Johan.

"Bisa kita mulai saja, pak, bu?" Tanya bu Eria yang tampak sudah siap memberi cermah nonstop 24 jam.

Benar saja, sesi cermah ini berlangsung dua jam lebih. Telinga keempat orang ini sekarang begitu panas, dua orang yang berperan sebagai wali nya sudah dibuat sangat kesal oleh tingkah adik mereka, sedangkan dua orang lagi yang berperan sebagai biang kerok malah tak mendengarkan.

Setelah selesai mendapat cermah dari bimbingan konseling, Riky dan Johan diajak berdamai, untung saja keduanya mau tanpa protes, bagaimanapun mereka tetap teman. Tinggalah Sahara dan Yohan yang sama-sama membuang napas kasar.

"Gue baru tau adik lo satu sekolah sama adik gue." Kini Yohan membuka pembicaraan.

"Gue juga, ga nyangka kita ketemu lagi di ruang BK." Jawab Sahara.

Keduanya hanya tertawa heran, bisa-bisanya pertemuan mereka semengejutkan ini. Rasanya dunia begitu sempit. Kemudian, Yohan menawarkan tumpangan lagi kepada Sahara, tawaran tersebut disetujui oleh Sahara.

Mereka kemudian perlahan berjalan melewati kooridor sekolah, menuju parkir, hingga sampailah di depan sebuah mobil pajero sport hitam milik Yohan terparkir rapi disana. Tanpa aba-aba, Yohan segera membukakan pintu untuk Sahara, sebenarnya Sahara merasa tak enak, ia bisa membuka pintu mobil itu sendiri.

UNFULFILLED PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang