4. Berubah

232 23 6
                                    

Yudha mengemudikan mobilnya menuju kantor agensi tempat Naina bekerja. Napasnya memburu, kedua tangannya meremat kemudi, sorot matanya begitu menampakkan kemarahan. Apa yang ditunjukkan oleh kakaknya, benar-benar membuatnya tidak habis pikir. Dia tidak menyangka, jika putrinya yang selama ini terlihat penurut, melakukan hal yang begitu memalukan.

Mobil yang ditumpangi Yudha berhenti di tempat parkir yang ada. Laki-laki itu sudah akan keluar dan menyeret Naina pulang. Namun, ucapan Tyara yang mewanti-wantinya untuk tidak berlaku seenaknya, membuat Yudha urung dan akhirnya kembali masuk ke dalam mobil. Terlebih lagi, alasan Tyara tidak pernah memberitahunya selama ini.

Sebelah tangan Yudha memijat pelipisnya. Setelah beberapa kali menarik napas untuk meredakan emosi, Yudha pun kembali melajukan mobilnya, meninggalkan tempat parkir kantor agensi, dimana Naina bekerja.

Winda terkejut, ketika melihat suaminya sudah tiba di rumah, padahal jam masih menunjukkan pukul 09.00. "Kenapa nggak bilang, kalo ada yang ketinggalan?" Tegur Winda.

Yudha mengerutkan keningnya, merasa bingung dengan pertanyaan istrinya. "Apanya?"

Winda yang mendengar hal itupun ikut merasa bingung. "Ayah udah pulang jam segini, pasti karena ada berkas atau barang yang ketinggalan, kan?"

"Enggak!"

"Terus? Kenapa tiba-tiba udah pulang?"

"Ayo liburan!"

Kedua mata Winda membulat, merasa tidak biasa dengan tingkah suaminya. Hingga sedetik kemudian, wanita itupun hanya tersenyum dan mengusap kedua pipi Yudha lembut. "Kamu kenapa? Ada masalah di kantor? Kliennya rewel? Capek ya? Mau cerita? Aku siap dengerin, kok!"

"Kantorku baik-baik aja, makanya, ayo kita liburan!"

Winda terkekeh kecil. "Kamu lupa atau gimana, sih? Harvey masih sekolah, Raina sama Naina juga masih sibuk kerja, nggak tau kapan liburnya, Tara apalagi, jadwal kuliahnya lagi padat banget. Tunggu mereka free."

Yudha menggeleng dan menatap Winda serius. "Aku mau kita liburan cuma berdua! Tanpa anak-anak! Tanpa siapapun yang harus mengganggu!"

Kedua tangan Winda menjauh dari kedua pipi suaminya. "Ayah, kalo kamu lagi ada mas-"

"Enggak! Nggak ada apa-apa! Aku cuma mau kita punya waktu berdua! Cuma itu! Kita bisa titipkan Harvey sama kak Tyara, atau sama Xiena. Harvey juga pasti seneng, kalo udah sama Dery. Kamu tau sendiri kan, dia lengket banget kalo udah sama Dery?"

"Tapi, kenapa tiba-tiba mau liburan?"

"Aku punya diskon tiket ke Swiss buat dua orang, jadi, ayo berangkat lusa!"

"Heh! Swiss itu jauh, perjalanannya aja bisa sampai setengah hari! Yang bener aja! Gimana sama anak-anak?" Cecar Winda terdengar panik.

"Naina sama Tara udah besar. Kalo kamu khawatir, kita bisa suruh Xiena sama Dery tinggal di sini, sementara kita pergi, buat ngawasin mereka. Atau, aku bisa suruh kak Tyara sama Juan juga tinggal di sini, buat ngawasin anak-anak. Gimana?"

"Serius deh, kamu kenapa sih? Tiba-tiba aja pulang, terus bilang mau liburan, tanpa anak-anak. Ada yang ganggu pikiran kamu ya? Hm?"

Yudha menggenggam kedua tangan istrinya erat. Laki-laki itu lalu mencium kedua punggung tangan Winda. "Tolong dengerin aku kali ini. Aku cuma mau punya waktu buat kita berdua, tanpa kamu harus mikirin anak-anak. Tolong..."

Winda tau memang ada hal yang tidak beres dengan suaminya. Mata laki-laki di depannya itu tampak sedih, dan sarat akan penyesalan. "Ok, biar aku siapin barang-barang kita dulu."

Dengan sayang, Yudha mengecup kening Winda. "Terima kasih. Tolong siapkan barang-barang buat dua Minggu ke depan."

Spontan saja, Winda mendorong dada suaminya. "Hah! Dua Minggu?"

Us, Again Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang