10. Selamat Datang (END)

699 33 16
                                    

Semesta punya cara untuk memisahkan dan menyatukan dua insan ...


"Ini juga dibakar?" Tanya Raina hati-hati.

Naina melihat Raina yang menunjukkan frame berisi foto dirinya dengan Jeano saat masih duduk di bangku SMA. Gadis itu meraihnya dan memperhatikan foto tersebut. Terlalu banyak kenangan pada foto tersebut, karena kisah mereka memang dimulai sejak SMA. "Bakar aja."

"Yakin?" Tanya Raina lagi.

Tidak ada jawaban. Tak ingin bertanya lebih jauh, Raina pun menumpuk frame foto tersebut pada kumpulan barang-barang, yang kata Naina diberikan oleh Jeano.

Tidak ada lagi percakapan diantara keduanya. Raina pun membantu Naina membawa barang-barang tersebut di halaman belakang rumah untuk membakarnya.

"Apa itu?" Tanya Winda yang tidak sengaja melihat putri kembarnya keluar dari kamar, dengan masing-masing kardus di tangannya.

"Barang dari Jeano." Jawab Naina.

"Mau dibawa kemana?"

"Halaman belakang."

"Buat apa? Kenapa nggak ditaruh gudang aja?"

"Aku mau bakar semuanya, bun."

Winda tercenung. Perlahan, wanita itu mendekati Naina. "Kamu yakin?"

Naina mengangguk pelan.

"Kamu kan, bisa simpen ini? Kenapa harus dibakar?"

Bibir Naina tersenyum samar. "Bahkan, kalopun barang-barang ini dibakar, kenangan itu masih tetap ada. Jadi, mau barang-barang ini masih ada atau enggak, semuanya sama aja."

Winda menatap sendu pada punggung kedua putri kembarnya itu. Entah takdir macam apa yang semesta berikan untuk keduanya, hingga mereka memiliki kisah yang mirip. "Tuhan, tolong jaga putri-putriku selalu." pintanya.



***



"Kak! Aku pulang dulu!" Pamit Naina kepada manajernya.

"Mau kemana? Kita ada acara makan-makan abis ini!"

Naina menggeleng cepat. "Nggak bisa! Kakak aku lahiran sekarang! Keluargaku udah di rumah sakit semua! Aku duluan ya?"

"Ya udah, hati-hati! Titip salam, maaf belum bisa jenguk!"

"DADAH SEMUANYA!"

Dengan buru-buru, Naina menghampiri mobilnya dan mulai mengemudi menuju rumah sakit. Naina tidak tau, jika ponselnya berbunyi sejak tadi, menandakan adanya panggilan masuk yang berasal dari ibundanya. Begitu pekerjaannya selesai, Naina baru bisa menjawabnya. Betapa terkejutnya ia, saat mengetahui jika Xiena sudah ada di rumah sakit, dan sedang berjuang untuk melahirkan.

Begitu tiba di parkiran rumah sakit, Naina segera berlari dengan kaki yang masih memakai heels setinggi 10 cm.

"Kak Xiena?" Tanya Naina begitu melihat keluarganya.

"Baru dateng lo? Udah lahiran tuh! Lama amat!" Cibir Raina.

"Dih, namanya juga gue lagi kerja! Mana gue tau, kalo kak Xiena mau lahiran sekarang! Lagian, lo lahiran mendadak banget, kak! Kata laki lo, masih seminggu lagi."

Xiena hanya memutar bola matanya malas, walaupun dalam hati merasa jengkel. Untuk saat ini, dia tidak punya kekuatan melawan ucapan Naina.

"Lebih cepat dari perkiraan. Udah dulu ya, kalian jangan ribut. Kasian kakak, jahitannya masih basah dan sakit banget." Lerai Winda.

"Yang lain kemana?"

"Kak Dery, ayah, Tara sama Harvey lagi di ruang bayi."

"Aku mau liat ya?"

Us, Again Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang