Chapter 11

1.9K 359 31
                                    

∞∞∞

September 03, 2018

"What?! Wait, ssaem, seriously?! Do you really wanna change me with him?" Jaemin menatap tajam ke arah wali kelasnya yang baru, wali kelasnya saat semester satu cuti hamil akhir semester lalu dan wali kelas barunya ini yang menggantikan. Seorang wanita berpenampilan nyentrik dan lipstik merah tebalnya itu.

"Yes, I do. Dia juga murid sekolah ini dan berprestasi kan?" muka Jaemin mengeruh seketika. Guru yang lain tidak ada yang berniat untuk menolongnya, bukan karena tidak mau, tapi karena mereka tahu Jaemin mampu mengatasi wali kelas barunya. Kepala sekolah saja di'hajar' juga oleh Jaemin, jadi sekelas wali kelas yang baru menggantikan semester ini bukan masalah untuk Jaemin.

"Dia murid berprestasi? Benarkah? Ssaem, tanpa menghilangkan rasa hormat saya pada Anda, izinkan saya bertanya beberapa pertanyaan pada Anda." Jaemin menatap tajam wali kelas barunya tersebut, yang sepertinya ingin merendahkannya di depan guru lain.

"Pertanyaan pertama, apa dia masuk sepuluh besar?" wali kelas itu mengangguk.

"Kedua, apa nilainya pada Bahasa Inggris dan Geografi sempurna? Minimal sembilan?" wali kelas itu diam.

"Ketiga, apa dia punya guru yang mampu membimbingnya mendapatkan piala, medali, dan sertifikat kemenangan?" wali kelas itu kembali diam.

"Ssaem, pertanyaan terakhir, apa dia mampu mengimbangi prestasi Lee Jeno, si peringkat satu pararel? Atau setidaknya mampu mengimbangi Kim Seungmin si peringkat empat dan Lee Haechan si peringkat lima? Atau apa dia mampu mengimbangi Hwang Yeji si peringkat sembilan?" wali kelas itu sekali lagi tidak mampu menjawab.

"Tidak masalah saya diganti, tapi untuk sekedar Anda tahu, tingkat selanjutnya sudah masuk tingkat nasional, dan itu artinya melawan seluruh sekolah terbaik di Korea Selatan, apa dia mampu menggantikan posisi saya? Melakukan debat bahasa inggris dan di kesempatan berikutnya mengikuti olimpiade geografi?" bungkam sudah sang wali kelas, Jaemin menyeringai tipis.

"Sudah ya? Hentikan saja, ssaem. Kalau memang ingin membuat dia terlibat, minimal buat dia ada di peringkat lima besar, setidaknya menggeser posisi Lee Haechan, jika dia tidak mampu, jangan harap untuk bisa mewakili sekolah. Jika gagal yang malu bukan hanya dirinya tapi satu sekolah." Ujar Jaemin tajam.

"Seharusnya Anda juga tahu bahwa tidak bisa mengganti perwakilan saat sudah ada di tingkat yang sejauh ini. Anda akan mempermalukan sekolah jika seperti ini, saya sih tidak masalah, tapi Anda mampu tidak menanggung semuanya nanti?" Jaemin menghela nafas pelan.

"Kembalilah ke kelas, haksaeng." Ujar guru kedisiplinan yang ada di sana, Jaemin melirik sekilas lalu membungkuk kecil dan pergi keluar kelas.

Wali kelas Jaemin, Han seonsaengnim hanya mampu terduduk di tempatnya, sebuah kertas disodorkan padanya.

"Apa.. ini?" tanya Han-ssaem pada Yoon-ssaem yang mengulurkan kertas tersebut.

"Itu adalah riwayat kemenangan Na Jaemin dalam dua tahun belakangan, dia membawa banyak piala dan medali untuk sekolah, panahan bersama Lee Jeno, lomba debat bahasa Inggris dengan Lee Haechan, lalu olimpiade geografi dengan Huang Renjun. Lomba debat tidak sering ada dibanding olimpiade geografi, jadi dia mampu mewakili dua, belum lagi perlombaan individu di bidang fotografi dan videografi, dia selalu ada di posisi dua." Han-ssaem membaca kertas berisi semua jenis kemenangan yang pernah Jaemin sumbangkan kepada sekolah.

"Lee Jeno si peringkat satu pararel, bagus dalam akademik dan non-akademik, Na Jaemin si peringkat dua pararel, nilainya hanya beda nol koma dengan Lee Jeno, Huang Renjun si peringkat tiga, dan Lee Haechan si peringkat lima. Mereka adalah yang menjadi partner Na Jaemin selama ini. Jika Anda ingin mengganti Na Jaemin, maka harus mendapat persetujuan ketiganya, tidak bisa sembarangan, dan benar kata Na Jaemin, setidaknya siswa yang Anda inginkan untuk menggantikan Jaemin harus ada di lima besar. Atau minimal mampu berada di atas Hwang Yeji." Han-ssaem tidak mampu berkata-kata lagi.

"Siswa lain memang ada yang ikut pertandingan dan olimpiade meski tidak sepuluh besar, namun masalahnya di sini adalah Anda ingin mengganti Na Jaemin, dan itu masalah yang berbeda. Siswa lain mengikuti pertandingan sesuai bidang dan kebanyakan hanya satu jenis, entah menyanyi, pertandingan klub, atau lainnya, namun Jaemin mewakili tiga bidang sekaligus, ditambah satu yang individu. Siswa Anda mampu tidak menggantikan tiga sekaligus? Karena semua yang Na Jaemin wakili sudah masuk tingkat nasional, dan itu bukan hal mudah bagi seseorang untuk menggantikannya." Yoon-ssaem menatap ke arah Han-ssaem yang masih terpaku.

"Ini adalah tahun terakhir Jaemin, semua perlombaan yang ia ikuti akan berakhir dua bulan lagi, sebelum akhirnya fokus untuk ujian kelulusan. Jika sama-sama kelas tiga, lebih baik tidak usah, beda kasus jika masih kelas satu atau dua, dia masih ada kesempatan untuk ikut dari tingkat paling rendah sebelum masuk ke nasional." Yoon-ssaem menarik kembali kertas berisi daftar prestasi yang Jaemin berikan pada sekolah.

"Lebih baik Anda pikirkan kembali keinginan Anda untuk mengganti Jaemin." Yoon-ssaem pergi dari hadapan Han-ssaem yang hanya bisa menghela nafas pelan.

Sedangkan di tempat Jaemin, dia duduk dengan emosi yang belum benar-benar hilang sepenuhnya.

"Han-ssaem bilang apa padamu?" tanya Renjun.

"Dia berencana menggantiku dengan siswa peringkat sepuluh." Jawab Jaemin.

"Si peringkat sepuluh? Han Jooyoung itu?!" kaget Haechan.

"Han Jooyoung bukannya keponakan Han-ssaem ya?" Jaemin langsung menatap ke arah Jeno.

"Yang benar?" Jeno mengangguk.

"Aku dengar begitu, sebentar, Karina!" gadis cantik bersurai panjang yang merupakan ketua kelas mereka itu menoleh.

"Han Jooyoung itu keponakan Han-ssaem kan?" tanya Jeno, Karina melangkah mendekat dan mengangguk.

"Ne, Han Jooyoung keponakan wali kelas kita yang baru, ada apa dengannya?" tanya Karina.

"Tidak heran dia berusaha menggantiku dengannya." Ujar Jaemin.

"Ganti? Maksudnya?" tanya Karina, Jaemin menjelaskan apa yang terjadi tadi di ruang guru, wajah Karina yang tadi biasa berubah merah penuh geram.

"Seenaknya saja! Sudah kuduga dia tidak beres! Seenaknya saja main ganti orang mentang-mentang mereka ada hubungan kerabat." Geram Karina.

"Jooyoung bukannya sejak dulu selalu mengincarmu? Dia ingin menjatuhkanmu tapi tidak bisa, kan?" tanya Karina saat sadar akan sesuatu.

"Setelah ini pasti orang tuanya akan datang dan meminta Jaemin untuk mundur." Tebak Renjun.

"Kalau sudah urusan orang tua, biar Daddy dan Papa saja yang maju, atau nenek sekalian. Aku malas sekali berhadapan dengan orang tua." Jaemin menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi.

"Jelas sih itu." ujar Karina.

"Paman kembar tidak akan melepaskan mereka pasti." Gumam Haechan, tahu benar tabiat orang tua dari sahabatnya satu ini.

"Setahuku Han Jooyoung itu belum mampu mengalahkan Yeji." Ujar Jeno.

"Memang, Yeji masih bertaha di posisi sembilannya." Timpal Renjun.

"Malas sudah kalau urusan seperti ini." Ujar Jaemin, namun tiba-tiba pintu kelas mereka dibuka kasar dari luar.

BRUAKKK!

"HEY! Ini bukan kelasmu!" teriak Jihoon marah pada si pelaku pembuka pintu.

Dan kejadian itu terjadi sekejap mata-

BUAGH!!!

"JAEMIN!"

∞∞∞

"Dengan wali murid Na Jaemin?"

∞∞∞

_Chapter 11_

[BL] The Bosses' LoversTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang