***
Cherry benar-benar mengurus Arsen semalaman, meskipun Arsen sudah menolak namun Cherry tetap kekeuh melakukannya. Dari mulai menyuapi Arsen bubur, membantunya meminum obat, mengompres keningnya, dan membantu Arsen mengganti piyama.
Cherry berjaga di kamar Arsen sampai pukul dua belas malam, setelah memastikan Arsen tidur dengan nyenyak, Cherry pun segera pergi ke kamarnya untuk mengganti pakaian.
Setelah berganti pakaian, awalnya Cherry tak ingin kembali lagi ke kamar Arsen, namun setelah dipikir-pikir Cherry tak bisa melakukannya karena masih mencemaskan kondisi pria tua itu.
Gadis cantik yang sudah memakai gaun tidur itupun segera kembali ke kamar Arsen untuk menjaga pria itu sampai esok pagi.
Beberapa pelayan yang masih terjaga sempat berbisik-bisik karena mereka melihat tingkah laku Cherry yang tidak biasa kepada Arsen. Namun mereka semua segera menyangkal semua dugaan tak masuk akal mereka, tak mungkin juga kan gadis muda seperti Cherry menyukai pria tua seperti Arsen, terlebih lagi mereka masih satu keluarga meskipun bukan keluarga sedarah.
"Enghhh..." Arsen merintih dalam tidurnya, Cherry segera menghampiri pria itu, meraih tangan besar Arsen dan menggenggamnya.
"Sssttt... All be fine." Bisik Cherry menenangkan Arsen, gadis itu mengusap-usap kepala Arsen sampai Arsen kembali tertidur pulas tanpa mengernyitkan dahi lagi. "Demamnya mulai turun, syukurlah." Gumam Cherry dengan penuh rasa lega. Lalu iapun segera membaringkan tubuhnya disebelah Arsen, ranjang yang sangat lebar membuat Cherry lebih leluasa untuk tidur tanpa berhimpitan dengan pria pujaannya itu. Sekarang belum saatnya, tapi sebentar lagi, ia akan melakukannya.
***
Pukul lima pagi, Gerry dan Emma sudah terbangun bersiap untuk memulai aktifitas pagi mereka. Namun terlebih dahulu Gerry menuju kamar sang adik untuk melihat kondisinya setelah Cherry merawatnya semalam. Gerry memutar kenop pintu kamar Arsen, bersiap masuk dengan perlahan, namun tatapan pria itu tiba-tiba saja terpaku saat melihat Cherry berada didekat Arsen.
Cherry tengah mengusap-usap kepala Arsen, dan sesekali mencuri ciuman di kening Arsen yang masih terlelap. Untuk sesaat pikiran Gerry tengah berkeliaran kemana-mana, namun sedetik kemudian ia langsung menepis segalanya. Ciuman itu bukanlah ciuman apa-apa, pasti Cherry menganggap Arsen sama seperti Cherry menganggap Gerry. Jadi Gerry tak perlu merasa khawatir atau berpikiran macam-macam.
"O-opa?" Panggilan Cherry langsung membuyarkan lamunan Gerry seketika, Cherry sendiri berusaha bersikap biasa meskipun saat ini ia merasa begitu terkejut ketika melihat Gerry ada didepan pintu kamar Arsen.
"Oh itu, opa mau cek kondisi Arsen, jadi bagaimana? Dia baik-baik saja kan?" Tanya Gerry pada Cherry.
"Udah mendingan kok opa, opa nggak perlu khawatir. Kemarin om Arsen mau makan terus minum obat, sekarang keadaannya sudah jauh lebih baik." Jelas Cherry pada Gerry.
"Em syukurlah, terimakasih karena kamu sudah merawat Arsen." Ungkap Gerry.
"Jangan gitu opa, hal itu udah jadi tugas aku, kewajibanku." Gerry tampak bingung, ia tak mengerti dengan kewajiban yang Cherry katakan padanya.
"Kewajiban apa?" Tanya Gerry.
"Hm, aku akan antar om Arsen untuk check up ke rumah sakit setelah ini. Opa bisa pergi ke kantor dan nggak perlu lagi mikirin om Arsen hm?" Ujar Cherry mengalihkan pembicaraan.
"Ah baiklah, memang hari ini jadwal Arsen untuk kontrol ke rumah sakit, apa dia bilang sama kamu?"
"Iya, semalam dia bilang sama aku. Nggak mungkinkan dia pergi sendirian, kondisinya masih agak lemah." Jelas Cherry.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married Impossible (Tersedia Di Dreame/Innovel)
RomantikArsen Sebastian Naratama, adik kandung dari kakek angkat Cherry, pria enam puluh tahun dengan dua putra yang sudah sama-sama berkeluarga. Pengkhianatan yang dilakukan oleh istrinya membuat Arsen murka dan menceraikan istrinya setelah tiga puluh tahu...