***
Karena mendapatkan dukungan dari Emma, Cherry pun mulai bersemangat dan melupakan semua rasa sakit dihatinya.
Cherry bergegas untuk mengganti pakaiannya, setelah itu menyiapkan minuman untuk Arsen. Cherry lantas segera menuju kamar Arsen yang ternyata tidak dikunci, ia masuk perlahan dengan membawa nampan berisi minuman dan obat milik Arsen.
Cherry melihat Arsen tengah menerima panggilan, dan sedetik kemudian, pria itu telah selesai melakukan panggilan teleponnya.
"Om! Waktunya minum obat lalu istirahat." Ujar Cherry membuat Arsen terkejut.
"Cherry kamu membuat saya kaget." Ungkap Arsen.
"Pintu kamarnya nggak dikunci jadi aku masuk aja, maaf ya." Cherry duduk disamping Arsen, diatas pahanya terdapat obat dan ia pun segera meracikannya untuk Arsen.
Arsen benar-benar heran dengan sikap Cherry, tadi gadis itu marah padanya, tapi sekarang kenapa tiba-tiba sikapnya sudah kembali seperti semula?
"Tidak masalah."
"Ini obatnya, om minum dulu." Cherry menyodorkan obat kepada Arsen.
"Iya." Arsen mengangguk patuh. Pria itu pun segera mengambil obat ditangan Cherry dan memakannya.
"Besok aku temenin olahraga, kata dr. Ryan om harus sering-sering olahraga pagi."
"Cherry!" Panggil Arsen.
"Hm?"
"Kamu tadi kenapa? Kenapa tiba-tiba marah pada saya? Apa tadi saya berbuat kesalahan sama kamu?" Tanya Arsen.
"Udah jangan bahas itu lagi, aku nggak apa-apa kok, yang penting sekarang aku udah nggak marah dan aku udah baik lagi sama om Arsen." Jawaban Cherry sama sekali tak membuat Arsen merasa puas, namun meski begitu ia tak mau ambil pusing, yang penting sekarang Cherry sudah kembali lagi seperti semula.
Kedua orang itu tampak terdiam, Arsen tersenyum kikuk dan merasa aneh ketika Cherry terus menatap dirinya dengan senyuman menawan. Arsen merasa ada sesuatu yang tengah gadis itu sembunyikan, namun ia tak berani menebak-nebak.
"Om!"
"Ya?"
"Mulai sekarang om hanya boleh melihat kearahku."
"Maksudnya?" Arsen mendelik tajam, tak paham dengan ucapan Cherry.
"Nggak ada maksud apa-apa. Sekarang om istirahat dulu, tidur siang. Makan siang nanti akan aku siapkan, aku akan tunggu sampai om Arsen bangun." Cherry tiba-tiba beranjak, ia menyiapkan bantal Arsen dan menepuk-nepuknya supaya Arsen cepat berbaring.
Arsen sungguh merasa aneh dengan semua perlakuan Cherry padanya, apa benar gadis itu memperlakukan Gerry seperti ini juga? Ah mungkin saja memang iya.
"Usia lanjut om harus banyak-banyak istirahat, waktu bekerja dan beristirahat harus benar-benar seimbang. Kesehatan itu tak ternilai harganya, om benar-benar harus menjaganya." Tutur Cherry pada Arsen yang kini sudah berbaring diatas ranjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married Impossible (Tersedia Di Dreame/Innovel)
RomanceArsen Sebastian Naratama, adik kandung dari kakek angkat Cherry, pria enam puluh tahun dengan dua putra yang sudah sama-sama berkeluarga. Pengkhianatan yang dilakukan oleh istrinya membuat Arsen murka dan menceraikan istrinya setelah tiga puluh tahu...