17

1.4K 122 13
                                    

Cahaya hangat matahari sore semakin membuat tubuh [name] merasa tak nyaman. Menggeliat pelan, kepala [name] justru tak sengaja mengenai rahang sang laki-laki yang bahunya menjadi sandaran kepala [name]. Merasa terantuk sesuatu, [name] membuka netranya yang sedari tadi terpejam.

"Gomen,"ucap [name] pelan.

"Tidak nyaman?"

Tak menjawab kalimat maaf dari [name], Kuroo, laki-laki yang bahunya digunakan [name] untuk bersandar barusan, berbalik menanyai [name]. Lengan besarnya masih senantiasa melingkari punggung sang gadis guna mencegah [name] jatuh.

"T-tidak. Hanya, rasanya semakin panas," jawab [name] dengan mata yang kembali ia pejamkan.

Sedetik kemudian ia membuka matanya lagi. Baru saja sadar dengan posisinya saat ini. Dengan cepat ia menegakkan badannya dan membuat lengan Kuroo melonggar. Telinganya memerah, suhu tubuhnya yang awalnya memang panas kini semakin meningkat. Ditambah degup jantungnya yang mulai menggila, membuat [name] kini duduk diam sembari menggigit bibirnya gugup.

"Nande?" tanya Kuroo sedikit kaget dengan gerakan tiba-tiba [name].

"Na-nandemonai."

Tangan Kuroo menarik kepala [name] dan kembali menempatkannya di atas bahunya. [name] tersentak dengan gerakan Kuroo barusan dan memilih diam sembari mencoba menetralkan kembali detak jantungnya.

"Istirahatlah dulu. Kau akan pusing jika kau banyak bergerak." Tangan Kuroo mengelus beberapa kali kepala [name].

Di dalam kereta bawah tamah yang ramai, tak kalah ramai dengan detak jantungnya, [name], Kuroo, dan Kenma tengah duduk menanti pemberhentian mereka dengan [name] yang berada di tengah-tengah dua laki-laki tersebut.

Setelah mereka sampai di sekolah tadi, Kuroo segera ijin ke pelatih mereka ingin pulang duluan tanpa mengikuti rapat evaluasi terakhir. Raut wajah khawatir tak luput darinya sejak ia dengan tergesa turun dari bus dengan memapah tubuh [name], dan tentu saja Nekomata sensei mengijinkan mereka pulang duluan. Oh dan jangan lupakan si puding kesayangan kita yang ikut pulang bersama keduanya yang membantu membawakan tas punggung milik [name] yang ia pakai di depan. Alih-alih mengeluh, Kenma justru berjalan dengan diam kendati kini ia terlihat bundar dengan dua tas punggung yang masing-masing ia bawa di depan dan belakang tubuhnya.

Kembali ke dalam kereta bawah tanah, [name] kini tak terlalu memikirkan posisinya dengan Kuroo, ia justru mengernyit tak suka lantaran pening di kepalanya yang semakin menjadi.

Setelah kereta berhenti di tujuan mereka, ketiganya segera turun dengan kenma yang masih membawa dua tas punggung di tubuhnya dan Kuroo yang memapah [name] hati-hati.

Kurang beberapa meter lagi mereka mencapai tangga keluar, tubuh [name] limbung, membuat kedua laki-laki di sana panik dan segera mencari bangku tempat duduk.

"[name]-san, minumlah." Kenma menyodorkan air mineral ke arah [name] yang segera di minum sang gadis.

Kuroo menggelap peluh [name] sekaligus mengecek suhu tubuhnya. Suhu tubuh [name] terasa sedikit lebih panas dibandingkan sebelumnya kala punggung tangan kuroo menyentuh dahi [name].

"Kenma, bisakah kau membawa tasku juga? Aku kan menggendong [name]," ucap Kuroo.

"Un."

"A-Ano tidak usah, aku masih bisa..." Suara [name] terdengar pelan dan sedikit serak.

"Jangan membantah."

Dengan satu kalimat mutlak milik Kuroo, [name] terpaksa harus mau. Dan kini tubuh kecilnya sudah berada di atas punggung Kuroo sembari tangannya mengalung di leher laki-laki bersurai hitam tersebut.

Be Mine [Kuroo Tetsurou x Reader] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang