"Apa kau tak merasakan sakitnya sebelumnya?" Yaku bertanya sembari memijat pelan tangan [name] dengan krim pelemas otot.
"Sebenarnya aku merasakannya tadi. Tapi aku mengabaikannya karena aku pikir itu hanya karena terbentur saja," jawab [name].
"Bisa bisanya. Lihatlah, pergelangan tanganmu sampai sedikit membiru."
Yaku mengambil perban elastis di kotak penyimpanan kemudian mulai membalut pergelangan tangan [name] agar tak terjadi pergeseran sendi.
"Saat pulang nanti, jika kau tidak punya krim pelemas, kompres saja menggunakan es batu, itu akan membantu mengatasi bengkaknya," kata Yaku sambil membereskan kotak penyimpanan.
"Yaku-san benar benar sangat ahli tentang hal seperti ini," puji [name].
"Ahaha tidak juga. Sebagai pemain voli hal-hal seperti ini akan sering kami alami, terlebih aku adalah seorang libero. Gerakan gerakan ekstrim akan sering aku lakukan, dan tentu saja terkilir merupakan salah satu konsekuensinya." Yaku kembali menghadap [name].
"Sekali lagi terima kasih, Yaku-san," ucap [name] sembari berdiri dari duduknya.
"Tidak apa-apa, [surname]. Ya sudah, sebaiknya kau segera kembali ke kelas. Aku harus ke ruang voli dulu." Yaku mulai keluar dari ruang kesehatan diikuti [name] di belakangnya.
Ketika Yaku hendak menuju ruang voli untuk mengadakan rapat singkat penerimaan anggota baru, ia berpapasan dengan Kuroo yang masih memperbaiki dasi merah bergarisnya.
"Kau dari mana, Kuroo?" tanya Yaku melihat Kuroo baru saja datang.
"Aku dari kamar mandi," jawab Kuroo sambil membereskan seragam olahraganya.
"Kau sendiri dari mana? Tak biasanya kau terlambat saat rapat seperti ini," lanjut Kuroo sembari masuk ruang klub.
"Dari ruang kesehatan." Tangan Yaku sibuk mengambil lembaran kertas di atas meja.
"Kau terluka? Seingatku kemarin saat latihan kau tak apa apa," tanya Kuroo penasaran.
"Tidak. Aku membantu [surname] membalut pergelangan tangannya," kata Yaku menatap Kuroo.
"Memangnya [surname]-san terluka?" tanya Kai mulai ikut menyahut.
"Tangannya terkilir saat jam olahraga. Apa kau tidak tau, Kuroo? Padahal kalian satu kelas," jawab Yaku heran saat melihat reaksi terkejut Kuroo.
Kuroo terdiam sesaat. Ingatannya kembali ke kejadian sebelum istirahat tadi. Saat di ruang kesehatan tadi ia seakan ikut menyalahkan [name] karena berpikir [name] memang menghalangi Inori. Dan lagi, [name] yang nampak baik-baik saja membuatnya tak terlalu memusingkan keadaan [name].
***
Bel pulang berbunyi menjadi pertanda berakhirnya jam pelajaran. Kuroo dengan segera menyusul [name] yang nampak terburu buru pulang. Ditemukannya [name] yang tengah berjalan di samping Kenma. Dengan segera Kuroo menyusul keduanya.
Saat kembali dari rapat tadi, Kuroo belum sempat berbicara dengan [name]. Ia merasa bersalah saat secara tak sengaja membenarkan perkataan Inori.
"[name]!" Kuroo setengah berlari menghampiri [name] dan Kenma.
Surai puding dan [h/c] menoleh ke belakang saat mendengar teriakan Kuroo.
"Aaa [name]. Gomen, aku dengar dari Yaku jika tanganmu tadi terkilir, apakah parah?" tanya Kuroo sarat kekhawatiran.
"T-tidak. Hanya sedikit bengkak saja. Kata Yaku-san itu akan segera membaik." Tangan [name] terangkat, memperlihatkan pergelangan tangannya yang dibalut perban.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Mine [Kuroo Tetsurou x Reader] ✅
Fiksi Penggemar"Bahkan aku tetap tak bisa menggapaimu walaupun sudah sedekat ini." Memiliki rumah yang bersebelahan dengan Kuroo tak membuat [name] dan Kuroo dekat. Walaupun Kuroo bukanlah orang yang pemilih soal teman, tetapi sejak pertama mereka berkenalan beber...