Plak!!!
"Kamu brengsek tau, nggak?"
"Udah tau brengsek kenapa masih mau jadi pacar gue? Kan, dari awal gue udah bilang nggak ada niatan serius sama lo," balas pria itu sambil mengusap pipinya yang barusan menjadi landasan mendarat telapak tangan.
Aku menghela napas, menoleh pada lelaki yang berdiri di sebelahku yang kini juga balas menatapku, mengirim sinyal bahwa kami sudah bosan melihat pemandangan ini.
Ya, apalagi kalau bukan manusia redflag satu itu?
"Aku nyesel kenal kamu!" Wanita itu pun langsung pergi meninggalkan kafe begitu saja, membuat beberapa pasang mata menyorot pada keributan barusan.
Setelah kepergian wanita itu, si pria menghampiri diriku dan seorang pria di meja bar yang sedari tadi memperhatikan 'drama' singkat putusnya sepasang kekasih.
"Ada lagi hari ini?" tanya pria yang ada di sebelahku.
"Nggak tau, ah! Muak gue. Udah dua kali pula hari ini. Yang pertama pipi kanan, barusan pipi kiri, nanti abis ini apalagi?"
Aku tertawa. "Makanya, pacar satu aja, Haechan."
Dia mendengkus. "Udah gue bilang, gue udah tobat dari enam tahun lalu."
"Lah? Terus itu apa?"
"Mereka yang ngajak gue pacaran, terus gue bilang nggak mau serius. Tapi mereka tetep mau coba jalanin sama gue. Ya, udah, terus gue nggak enak nolak," jawab Haechan yang masih merasa tak berdosa.
"Aneh, ya. Pengangguran kayak lo malah banyak yang mau," komentar pria di sebelahku, kini tengah membersihkan mesin kopi.
"Ck! Gue bukan pengangguran! Gue Haechan, FullSun, penulis terkenal yang---Eh, btw, Jaemin. Rumah produksi lo jadi garap novel terbaru gue?"
"Jadi, tinggal tanda tangan kontrak gitu-gitu, sih, sama lo."
"Anjai! Gila pantesan cewek-cewek ngantre rebutan jadi pacar gue," sombongnya sambil menaikkan anak rambutnya yang menutupi dahinya.
"Gue nggak, tuh," sahutku.
"Mata lo ketutupan belek, makanya nggak bisa liat pesona gue."
Aku terkekeh geli, sedangkan Jaemin hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan temannya itu.
Ah, ya, enam tahun lalu, di semester akhir SMA, aku menjadi akrab dengan teman-teman Haechan---lebih tepatnya, laki-laki itu sering mengajakku bergabung bersama untuk belajar persiapan masuk universitas.
Tak seburuk prasangkaku sebelumnya, circle mereka membuat semester akhirku tak semonoton itu. Kesibukkanku di OSIS setelah lengser diganti dengan menghabiskan waktu bersama mereka berenam.
Dan, tibalah di pengumuman masuk universitas. Oh, ya, aku mengambil pilihan program studi Televisi dan Perfilman saat mendaftar.
Bukan asal memilih, tetapi ini benar-benar bidang yang aku minati dan aku memiliki alasan sendiri mengapa memilih bidang tersebut alih-alih jurusan hukum, politik, atau ilmu sosial lainnya yang kebanyakan orang mengira seorang Yega akan mengambil jurusan tersebut.
Pada saat mendaftar seleksi perguruan tinggi dulu, aku dan mereka berenam sepakat untuk merahasiakan pilihan program studi kami. Dan, saat pengumuman seleksi, semesta mengabulkan keinginan kami semua.
Mark dan Chenle mengambil studi di luar negeri, Mark mengambil studi Psikologi di Canada dan Chenle studi Ekonomi dan Bisnis di Cina.
Jeno mengambil studi Kedokteran dan dia diterima di salah satu universitas negeri di luar Ibukota. Jisung diterima di studi Hukum, tetapi dua tahun kemudian, dia tak sengaja di-casting agensi idol Korea saat pentas fakultas dan kini dia telah debut bersama salah satu idol grup ternama yang memiliki fans di seluruh dunia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teroptik | Renjun NCT [END]
FanfictionSemesta dan takdir, dua hal yang paling sulit dimengerti jalan pikirannya. Mendatangkan kembali yang pernah menorehkan luka, seolah memaksa membuka kisah lama yang telah tamat untuk dibuka dan dilanjutkan kembali. Namun, satu hal yang menjadi pertan...