22

101 19 0
                                    

Aku merasakan ponselku bergetar di tengah kesibukanku membuat rentabilitas keuangan kafe. Ya, saat ini aku belum ada projek apapun sehingga aku masih 'bebas' dan bisa mendedikasikan diriku pada kafeku yang biasanya boro-boro sempat tersentuh.

Aku melihat si pemilik nama, kemudian menggeser tombol hijau dan mengatifkan mode speaker. "Hm, kenapa, Jaem?"

"Lo dapet undangan reuni, kan? Udah liat?" Pria itu melontarkan pertanyaan dari seberang sana, terdengar suara gesekan kertas yang sepertinya pria itu menelepon di kantor.

"Undangan apa?" Aku menaikkan sebelah alisku, tak mengerti.

"Gue kirimin fotonya, cek ruang obrolan."

Ting!

Aku mengambil ponselku, kemudian memeriksa foto yang baru masuk dari Jaemin. "Dua minggu lagi? Dadakan banget."

"Bukan itu masalahnya. Coba liat paling bawah."

Aku mengikuti Jaemin dan terkejut ketika melihat apa yang tertera di bagian bawah undangan. "Wajib membawa pasangan? Wah, gila! Siapa, njir, panitianya?"

"Pak Kadrun ketuanya, katanya." Jawaban Jaemin membuat kebingunganku terjawab. Kalian ingat ketika tiba-tiba beliau membuatkan acara serah terima jabatan di aula? Itu sangat gila, sehingga aku tak begitu kaget saat ini jika beliau yang mengusung ide ini.

"Pak Kadrun kebelet kondangan apa gimana, deh? Pake acara nyuruh alumni muridnya bawa pasangan ke reuni segala," omel Jaemin yang membuatku terkekeh.

"Nggak boleh gitu sama guru sendiri," ucapku. "Ini semua angkatan dapet, 'kan?"

"Iya, harusnya. Lo emang nggak dapet?"

"Gue belom pulang dari kemarin, belom cek di rumah," jawabku. Ya, semalam setelah menemani Haechan mencari inspirasi, aku memintanya untuk mengantarku ke kafeku karena kunci rumahku tertinggal di kafe. Namun, karena sudah tengah malam dan aku terlalu malas untuk menyetir motor ke rumah, berakhir aku menginap di ruang kerja kafeku.

"Lo sekarang di kafe?"

"Hmm. Kenapa?"

"Haechan mau ke situ, nggak?"

"Iya, tadi dia chat gue, katanya ada yang mau diobrolin. Kenapa?"

"Oke, gue ke sana."

"Hah?" Aku menyerngit. "Bukannya masih jam kerja? Wah, jangan mentang-mentang yang punya perusahaan, bisa seenak jidat lo keluar."

"Diem, yang gaji lo juga gue."

Aku terkekeh. "Hati-hati."

Setelah itu, telepon berakhir. Aku merenggangkan tubuhku sejenak setelah berjam-jam menatap layar komputer, kemudian memutuskan untuk keluar.

Aku menyapa karyawanku yang saat ini tengah menjalankan shift, kemudian menuju bar dan meracik secangkir Americano hangat. Setelah itu aku mengambil duduk di meja bar sembari memainkan ponselku.

Tak lama, suara gemerincing lonceng pintu masuk terdengar, menandakan ada yang baru saja membuka pintu kafe saat ini.

Aku menoleh, menatap siapa yang baru saja datang. Haechan.

Pria itu duduk di kursi bar kosong di sebelahku. Lalu, dia menyerahkan undangan padaku. "Reunian angkatan SMA kita."

Aku menerimanya dan membacanya. Kembali terkejut ketika melihat keterangan yang ada di bagian akhir undangan. "Harus membawa pasangan seangkatan?"

Ah, ternyata sama dengan undangan milik Jaemin, batinku.

Haechan mengangguk. "Lo sama gue aja, ya, ya, ya? Jangan sama Jaemin, please!"

Teroptik | Renjun NCT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang