Hari itu langit terlihat sedikit mendung. Seakan pertanda bahwa hari ini tidak akan berjalan dengan baik. Seorang laki-laki kini sedang terbaring tak berdaya di ruang ICU itu. Laki-laki itu tampak tak berdaya, menutup matanya bak sedang tertidur pulas. Wanita paruh baya yang tengah duduk dengan lemas di samping hospital bed itu tak pernah melepaskan pandangannya pada putranya yang terbaring lemah di hadapannya.
"Terkadang saya ingin membencinya, namun tidak bisa. Mama yakin, kamu pasti bisa melewati ini, Nak. Kamu tidak boleh terus-menerus seperti ini."
﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌
Suasana canggung kini menyelimuti kamar milik Zelda. Justin yang tengah membersihkan lalu mengobati luka-lukanya sendiri, sedangkan Zelda tengah melamun karena masih shock akan kejadian barusan. Gadis mengira bahwa dirinya mungkin sudah kehilangan nyawa jika bukan karena Justin.
Kepala Zelda menoleh ke arah Justin yang tengah fokus mengobati luka-lukanya di sofa dekat nakas yang memang tersedia di kamar itu, "Lo kenapa sampai bela-belain kayak tadi? Padahal gue bukan siapa-siapa lo," tutur Zelda membuat Justin balik menatapnya, "Bagian mana yang sakit?" Bukannya menjawab pertanyaan dari Zelda, Justin justru melempar pertanyaan balik pada Zelda.
Zelda yang mendengar ucapan Justin membuat gadis itu benar-benar merasa bersalah. Dirinya benar-benar definisi dari beban yang sesungguhnya. Sudah numpang di rumah Justin, di beri fasilitas, di beri makan, dibebaskan untuk berbuat sesuka hati, selalu di jaga oleh Justin. Tetapi Zelda malah selalu berbuat onar dan menyusahkan Justin, "Gue nyusahin banget, ya? Maaf. Gue janji bakal berusaha buat selesaiin masalah gue secepatnya biar gue bisa pergi. Gue gak bakal pernah lupa kebaikan lo kok. Kalau suatu saat gue ketemu lagi sama lo, gue bakal bayar semuanya. Gue janji."
Mood Justin yang tadinya masih sedikit stabil, kini menjadi rusak karena ucapan Zelda barusan, "Ck!" Justin melirik sinis ke arah Zelda yang tengah menatapnya penuh rasa bersalah, "Lo bisa gak sih gak usah ngomongin hal kayak gitu? Pikun lo? Gue gak pernah ngerasa di repotin."
"Istirahat sana, gue bakal disini buat jagain lo," ucap nya lalu melanjutkan aktivitas nya yang sempat tertunda gara-gara ucapan dari Zelda barusan. Padahal Zelda ingat betul, saat Zelda sedang tersesat, Justin berkata bahwa Zelda menyusahkan. Apa laki-laki ini lupa?
Tidak ingin memulai pertengkaran, Zelda akhirnya memperbaiki posisinya untuk tidur. Gadis itu sebenarnya tak ingin tidur dulu, prihatin dengan keadaan Justin dgn luka dimana-mana karena dirinya. Lagipula kenapa juga Justin harus melakukan hal bodoh seperti tadi?
Malas beradu dengan isi pikirannya, Zelda berbaring lalu menutup matanya dengan tenang. Gadis itu berharap kali ini dirinya bisa tertidur nyenyak.
﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌
Setelah beberapa jam berlalu, Justin mengira bahwa tidur Zelda benar-benar senyenyak itu hingga sudah 6 jam berlalu tetapi Zelda belum juga membuka matanya.
Energi Zelda benar-benar terkuras habis akan kejadian beberapa jam lalu.
Justin berjalan mendekat ke arah single bed yang tengah ditiduri oleh Zelda.
Mencoba memeriksa apakah gadis itu masih terlelap dalam tidurnya atau bagaimana. Punggung yangan Justin medarat tepat di atas kening Zelda untuk memeriksa keadaan gadis itu.
Hangat. Justin benar-benar serasa sedang menyentuh wajan yang sedari tadi digunakan untuk memasak.
Justin mencoba untuk terus membangunkan Zelda, namun hasilnya nihil. Gadis itu sama sekali tak merubah posisi tidurnya sejak tadi. Dengan tangan gemetar, Justin mencoba menggendong Zelda untuk di bawa ke rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE MAGIC OF LIBRARY
FantasyTime travel, apakah benar bahwa perjalanan waktu itu benar adanya? Atau hanyalah sebuah mitos belaka? ❝Lakukan perintah ku jika kau ingin kembali ke muasal mu dan juga ingin keluarga mu terlepas dari kutukan itu.❞ ❝ Kamu tahu, Zel? Sampai detik ini...