Setiap manusia itu pasti memiliki sisi baik dan buruk, bukan? Orang yang kamu anggap paling jahat saja pasti memiliki sisi baik di dalam dirinya walau hanya secuil saja. Begitu juga dengan orang yang kamu anggap paling baik, pasti mereka memiliki sisi buruk juga. Jadi jangan heran ketika seseorang tiba-tiba saja berubah.
"Udah-udah, damai gih," lerai Justin yang melihat Zelda tampak begitu kesal.
Lelaki yang berdiri di samping hospital bed Zelda dengan sigap mengulurkan tangannya ke arah Zelda, berniat untuk mengajak gadis itu berdamai.
"Lo pasti dateng kesini karena ada niat jahat, kan? Mau bunuh gue kan lo? Ngaku! Botol nya ada sama lo, kan?!" ucapan Zelda yang lebih ke arah gertakan itu malah membuat suasana disana menjadi lebih dingin dari biasanya.
Harsa menghela napas lelah. Entah harus dijelaskan berapa kali lagi agar Zelda mau mengerti, "Astaga, Zel...gue berani sumpah, gue gak ada niatan apa-apa? Gue dateng ya murni karena emang mau jenguk lo. Lagian nyembunyiin-nyembunyiin mayat apaan, sih? Susah-susah gue kuliah ujung-ujungnya malah jadi pengurus jenazah buat apa coba? Dan──gak tau lah, gue gak ngerti maksud omongan lo dari awal sampai akhir. Entah emang otak gue yang gak nyampe atau emang lo yang ngawur, gue gak tau," Harsa berusaha untuk menjelaskan panjang lebar walau napas laki-laki itu rasanya akan habis saat itu juga.
Justin yang melihat hawa semakin memanas buru-buru melerai kedua orang itu. "Udah lah, gak capek apa ngoceh mulu daritadi? Lagian, Zel, gue sama Harsa udah temenan dari pas masih smp, dan gue tau Harsa orangnya kayak gimana. Di dunia ini kan gak cuma Harsa doang yg punya muka kayak gitu? bisa aja ada orang lain yang emang mukanya mirip Harsa, kan?"
Zelda sedikit tercengang mendengar penuturan dari Justin. Apakah laki-laki ini membela temannya yang satu ini? "Tapi mukanya mir──"
"Udah! damai gak lo berdua?" kesal Justin melihat kedua orang ini yang benar-benar tak kenal kata damai.
Dengan terpaksa Zelda menerima jabatan tangan Harsa dengan kasar.
"Udah selesai kan masalah nya?" Justin bertanya pada kedua orang itu, namun tak ada satupun yang menjawabnya.
Perasaan Zelda campur aduk, pikiran ingin menolak penuturan dari Justin bahwa dirinya hanyalah salah lihat saja, namun di sisi lain Zelda merasa bahwa ia benar-benar melihat Harsa saat itu. Ah sial! Kenapa dirinya harus terjebak di situasi semacam ini?
Seraya menunggu Zelda kembali membuka suara, Justin dan Harsa duduk di samping hospital bed Zelda dengan sekotak rujak buah di tangan mereka berdua.
Zelda yang awalnya masih berpikir, kini pandangan gadis itu teralihkan oleh sebuah kotak yang di pegang oleh Justin dan juga Harsa, "Itu──apa?" tanya Zelda sedikit mengintip karena merasa bahwa ia mengenali dari segi aromanya.
Dengan jahil Justin menyuapi Harsa, dan jangan lupakan ekspresi mereka berdua yang sengaja di buat-buat agar Zelda tergiur, "Rujak. Enak, kan, Sa?" usil Justin dan Harsa pada Zelda.
Zelda bak anak kecil yang tengah mengintip kedua kakaknya makan tanpa dirinya, "Punya gue mana?" tanyanya dengan kepala clingak-clinguk mencari keberadaan rujak miliknya.
"Lo kan gak boleh makan yang kayak gini dulu, Zel? Masa lupa?" ujar Justin sembari bersandar pada punggung kursi lalu menyantap rujak miliknya.
Wajah masam Zelda sudah dapat menggambarkan bahwa gadis itu merasa kecewa. Dirinya sungguh ingin memakan rujak. Padahal Zelda pikir, di tahun ini makanan seperti rujak sudah tidak ada lagi, dan ternyata masih ada. Untunglah, ia bisa memakan makanan itu saat sudah pulih total nantinya.
Tidak ingin berlarut-larut dalam masalah rujak, Zelda kembali menatap Harsa yang tengah bercanda ria dengan Justin. Zelda sempat berpikir, apakah dua orang di sampingnya ini──homo? Ah tidak! Wajah-wajah mereka berdua tidak terlihat seperti itu.
"Hasar, lo beneran gak pernah ketemu gue di tempat itu?" Mendengar pertanyaan Zelda, Harsa kemudian menggeleng yakin. Pasalnya, ia benar-benar tidak pernah bertemu dengan Zelda di tempat itu. Pertama kali mereka bertemu adalah saat teman-teman Justin yang lain datang ke rumah Justin untuk kumpul-kumpul, dan di sanalah mereka berdua pertama kalinya bertemu.
"by the way nama gue Harsa, Zel. Bukan pasar," imbuh Harsa mengoreksi ucapan Zelda.
"Gue nyebutnya Hasar?" kesal Zelda, padahal jelas-jelas Zelda bilang Hasar bukan pasar. "Lo tuli?"
"Ya sama aja, kan nama gue Harsa bukan Hasar?" Dan terjadilah kegaduhan untuk kesekian kalinya. Justin hanya bisa menghela napas menonton dua orang itu beradu mulut. Harusnya ada popcorn disini, namun karena tidak ada, terpaksa Justin hanya menonton sambil menyantap rujak saja.
Sambil menunggu Zelda dan Harsa selesai adu mulut, Justin beranjak dari tempat duduknya untuk mengambil makanan Zelda.
Benar-benar seperti seorang kakak yang tengah menyiapkan makanan untuk adiknya. Laki-laki itu kembali ke tempat duduknya setelah mengambil beberapa makanan yang ia beli untuk Zelda makan sembari menunggu makanan dari rumah sakit datang.
"Diem gak, lo?" ancam Zelda memperlihatkan kepalan tangannya yang tak seberapa itu pada Harsa.
"Zel..." tegur Justin melihat tingkah Zelda yang benar-benar menganggap Harsa bak teman seumurannya, padahal Harsa lebih tua dari gadis itu.
"...oke" jawab nya lalu memperbaiki posisi duduknya saat melihat Justin membawa makanan untuknya.
Tangan Justin dengan telaten menyuapi Zelda bubur yang sempat ia beli saat pulang mengambil beberapa barang untuk Zelda, "Yaelah, malah suap-suapan" ledek Harsa menyaksikan adegan suap-suapan di depan nya itu.
Tatapan Zelda kini beralih pada Harsa. Gadis itu menatap sinis ke arah laki-laki itu, "Dih? iri ya lo?" tukasnya pada Harsa.
"Zelda..." lagi dan lagi Justin harus menegur gadis ini. Tampaknya Justin sudah lelah.
"Orang dia duluan!" jawab Zelda kesal. Selalu saja dirinya yang di tegur oleh Justin, alih-alih menegur temannya itu, Justin malah menegurnya yang jelas-jelas hanyalah korban kejahilan dari Harsa.
Harsa kembali menyuapi dirinya dengan rujak di tangannya sambil menonton dua orang di depannya ini, "Oh ya, sejak kapan lo berdua tinggal bareng? Setau gue lo gak punya saudara deh, Tin" tanya Harsa dengan tatapan yang──meledek? Justin tahu betul maksud dari tatapan laki-laki ini.
"Adek sepupu gue, dia di titipin orang tuanya ke gue, jadinya tinggal bareng" jelas Justin, namun tatapan Harsa seakan-akan berkata bahwa ucapan Justin barusan berbohong.
Dengan wajah tengil laki-laki itu, Harsa melirik Zelda dan Justin secara bergantian, "Oh, sepupu, ya?" ujarnya pura-pura percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE MAGIC OF LIBRARY
FantasiTime travel, apakah benar bahwa perjalanan waktu itu benar adanya? Atau hanyalah sebuah mitos belaka? ❝Lakukan perintah ku jika kau ingin kembali ke muasal mu dan juga ingin keluarga mu terlepas dari kutukan itu.❞ ❝ Kamu tahu, Zel? Sampai detik ini...