29. flashback

170 27 0
                                    

flashback

"Pakai liontin nya," suruh Juanda pada Harsa yang masih terlihat ragu, "Harsa!" Entah kenapa Juanda jadi emosi sendiri melihat Harsa yang terus saja tampak ragu untuk melakukan hal ini.

Tak ingin membuang-buang waktu lagi, Harsa menerima liontin yang diberikan oleh Juanda, "Ju? Lo serius mau ngelakuin ini? Pikirin konsekuensi nya! Jangan bego!" tukas nya sedikit tidak setuju dengan keputusan Juanda.

"Tinggal pakai doang apa susah nya, sih? Mau gue pakaiin? Manja amat lo" ujar nya lalu mengalungkan liontin itu pada leher Harsa.

Setelah selesai, mereka berdua saling adu tatapan. Jantung mereka benar-benar berdegup kencang lantaran suasana disini benar-benar sangat mencekam.

"Udah siap?" tanya Wanita tua yang sedari tadi menyaksikan tingkah dua anak laki-laki ini.

Juanda dan Harsa akhirnya mengangguk yang berarti mereka sudah siap. Terlihat bahwa Wanita itu tampak sedikit tersenyum namun seperti ada sesuatu di balik senyumannya itu, "Duduk melingkar lah," perintah nya sambil menggenggam tangan kedua laki-laki itu.

Usai duduk melingkar sambil berpegangan tangan satu sama lain, Perlahan sebuah cahaya muncul mengelilingi 3 orang yang tengah duduk melingkar itu.

Sekitar 20 detik di tutupi oleh cahaya itu, mereka bertiga pun menghilang dari sana.

Kini, mereka berada di hutan tempat air itu di sembunyikan. Ya, mereka membutuhkan air itu untuk memusnahkan iblis pengikut manusia bejat itu. Mereka bertiga saling tatap secara bergantian.

Setelah memantapkan tekadnya, Wanita tua itu berjalan lebih dulu, sedangkan Juanda dan Harsa memilih untuk menjadi tameng di belakang Wanita tua itu.

Mereka berjalan menyelusuri hutan dengan suasana yang amat mencekam, "Gue gak bakal bisa maafin diri gue sendiri kalau sampai Zelda kenapa-kenapa," ujar Juanda menatap lurus ke depan. Sedangkan Harsa hanya menghela napas nya, "Ju, astaga, mau sampai kapan lo kayak gini? Zelda itu bukan...ah! Udah lah, terserah lo." kesal Harsa pada laki-laki di samping nya ini. Harsa merasa bahwa Juanda benar-benar tak bisa memutuskan ikatan itu sampai-sampai laki-laki itu bersifat seperti ini. Terkadang Harsa miris sendiri melihat keadaan Juanda.

Perdebatan Juanda dan Harsa di belakang sama sekali tak mengganggu konsentrasi Wanita tua yang tengah berada di depan sana, "Nek? Jarak nya masih jauh, gak?" tanya Harsa seraya menengok kanan dan kiri nya dengan wajah yang sedikit ngeri.

Wanita tua itu hanya sekedar menjawab tanpa menoleh ke arah belakang, "Sekitar 2 km lagi," jawab Wanita tua itu. Sedang Harsa menoleh bingung ke arah Juanda, "2 km itu lama gak, Ju?" tanya nya menoleh ke arah Juanda.

"Lo bego apa tolol, Sa?" tanya nya pada Harsa yang masih terus berpikir apakah 2 km itu masih lama atau tidak, "Matematika gue remed, nyet! Kayak gak tau aja lo," Ya, Juanda tahu, tapi tak sepatutnya laki-laki ini tak tahu seberapa lama 2 km itu, dasar Harsa.

"Masih lumayan lama, sekitar 20 menit an lagi, lah." Mendengar hal itu membuat Harsa sedikit terkena shock.

Selang 20 menit berlalu, mereka bertiga kini sampai di tempat itu. Tempat dimana sebuah sumur tua berdiri tegak di depan sana. Mereka bertiga masih menimang-nimang apakah harus kesana sekarang atau bagaimana. Wanita tua itu menoleh pada dua laki-laki yang sedang berada di samping nya, "Salurkan energi kalian sebisa mungkin untuk menghancurkan perisai sumur itu terlebih dahulu." ujarnya memberikan pesan pada dua laki-laki itu.

Juanda dan Harsa kini saling menatap satu sama lain lalu ke.bali menatap ke arah sumur yang berada tak jauh di depan mereka.

Jemari Juanda dan Harsa kini saling bertaut satu sama lain, memfokuskan pandangannya pada sumur di depan sana. Kedua liontin yang mereka pakai kini bersinar terang memunculkan sebuah cahaya biru  dari tanah yang sedang mereka pijak saat ini. Kepala Juanda dan Harsa lantas menengok dengan tegas ke arah langit. Selang beberapa saat, sebuah kilatan cahaya atau yang sering disebut dengan petir turun dengan gagah dari langit, menghantam tanah di sekeliling sumur itu dengan lantang.

Kini angin bergemuruh di hutan itu, menandakan bahwa perisai yang di buat khusus oleh orang itu untuk melindungi sumur ini dari jangkauan orang-orang akan segera hancur.

Di tengah kilatan menyambar tanah yang mengelilingi sumur, Wanita tua itu menghentakkan tongkat nya ke tanah dengan keras sehingga membuat sesuatu dalam tanah itu bergerak maju ke arah sumur tua yang berada tepat di hadapan nya.

Cahaya yang begitu terang kini keluar dari tanah dan mengelilingi sumur itu dengan seksama, kilatan cahaya yang di buat oleh Juanda dan Harsa pun kini mulai sedikit memudar yang menandakan bahwa perisai dari sumur itu telah hancur.

Setelah semua nya benar-benar menghilang, Juanda dan Harsa perlahan mulai saling melepaskan tautan tangan mereka, begitu pun dengan cahaya yang berada di sekeliling mereka. Perlahan Juanda dan Harsa bernapas dengan pelan karena masih berusaha mengstabil kan napas nya.

"Hebat. Kalian benar-benar berhasil menghancurkan perisai nya, padahal saya berpikir anak seperti kalian tak akan mampu melakukan nya, ternyata saya salah besar. Kemari lah, salurkan energi kalian pada ku untuk mempersingkat waktu kita. Anak itu tidak akan bisa bertahan lama," jelas Wanita tua itu lalu memberi perintah kepada Juanda dan Harsa agar berada di posisi kiri dan kanannya.

Juanda dan Harsa kini mendekat lalu memegang pundak Wanita tua itu untuk menyalurkan energi mereka. Jika boleh jujur, Juanda dan Harsa rasanya sudah ingin pingsan karena energi mereka berdua yang benar-benar terkuras habis, tetapi mereka berdua berusaha untuk menahannya dan tetap menuruti perintah dari Wanita tua ini.

Wanita tua itu memejamkan mata nya, sedangkan Harsa dan Juanda menatap lurus ke depan sana. Hanya butuh beberapa detik untuk sebuah angin datang dan memasuki sumur itu dengan kecepatan kilat. Mereka bertiga tahu betul bahwa proses pengambilan air yang berada pada botol kecil itu tak akan mudah, namun mereka tetap bertekad untuk melakukanya, karena jika tidak, akan banyak nyawa yang menjadi korban dari keserakahan manusia itu.

Di tengah angin itu sedang memasuki sumur itu, Juanda dan Harsa benar-benar pucat bak mayat hidup. Mereka berdua berharap bahwa mereka tak akan kehilangan kesadaran mereka berdua di saat semua ini belum berakhir.

Selang beberapa saat, angin itu keluar dari sumur tua itu. Dan ya, angin itu berhasil keluarga dengan membawa botol yang berisikan sebuah air milik Wanita tua ini. Tepat pada saat itu juga, Juanda dan Harsa terjatuh dan kehilangan kesadaran nya.

Wanita tua itu sama sekali tak menghiraukan ke dua laki-laki di kedua sisi nya yang sudah tak sadarkan diri itu, Wanita tua itu hanya fokus pada botol yang kini sudah berada ditangannya. Setelah menatap lama botol itu, Wanita ini beralih menatap ke arah dua laki-laki itu secara bergantian. Setelah beberapa saat, liontin keduanya mengeluarkan sedikit melayang lalu kembali merapat pada dada dua laki-laki itu dengan lantang. Aneh nya, setelah itu terjadi, Juanda dan Harsa terbangun. Namun, bukan raga mereka lah yang bangun, tetapi arwah nya.

ke dua arwah itu kini menatap raga mereka masing-masing dan...raga itu perlahan lenyap.

Setelah beberapa saat, mereka sampai di rumah Wanita tua itu, ke dua arwah Juanda dan Harsa membiarkan raga mereka berbaring tenang di atas tempat tidur yang sudah di sediakan oleh Wanita tua itu. Kini, yang akan ikut pada Wanita tua itu untuk melakukan misi selanjutnya adalah arwah dari Juanda dan juga Harsa.

THE MAGIC OF LIBRARY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang