Berada di dalam mobil seperti ini terasa sedikit canggung bagi Zelda, namun entah kenapa gadis itu merasa sedikit lega, "Enak gak?" tanya Zelda memperhatikan Juanda yang sedang menyantap salad buah buatannya.
Terkekeh pelan, Juanda hanya mengangguk sekilas lalu menyodorkan sendok yang berisikan buah berniat untuk menyuapi Zelda, "Rasain sendiri," jawab nya menatap Zelda tanpa berkedip sama sekali.
"Tumben-tumbenan buatan gue enak, biasanya rasa balsem" imbuhnya merasa sedikit heran. Juanda sendiri hanya bisa tertawa kecil mendengar penuturan dari gadis itu, "Pernah makan balsem, Zel? Kok tau rasa balsem" tanya Juanda sambil menyantap makanan yang tengah berada di tangannya itu.
Zelda sempat berpikir sejenak, lalu balik menatap Juanda dengan tatapan yang sedikit kesal. "Ya...gak, sih. Tapi kan maksudnya itu rasa balsem tapi bukan balsem beneran, ngerti gak, sih?"
Juanda tertawa lepas mendengar jawaban dari Zelda. Sudah laki-laki itu tebak bahwa Zelda akan merasa kesal saat di tanya hal seperti itu, "Jadinya rasa balsem beneran apa cuma rasa balsem doang?" Sumpah ya? Zelda rasanya ingin mengata-ngatai Juanda saat ini. Kenapa laki-laki itu malah berubah menjadi menyebalkan?!
Setelah menghabiskan salad buah dari Zelda, Juanda diam sejenak, entah apa yang sedang dipikirkan oleh laki-laki itu, "Zel? Coba liontin nya siniin dulu," pinta Juanda menatap liontin pemberiannya.
Zelda yang tak tahu apa-apa pun hanya menuruti perintah dari Juanda aja, Gadis itu kini melepaskan liontin nya lalu memberikannya pada Juanda.
Juanda kini mengambil alih liontin Zelda, Juanda hanya sekedar menatap liontin itu beberapa saat, namun setelah beberapa detik, Juanda tiba-tiba saja melepaskan liontin yang tengah mengalun di leher nya. Zelda sendiri hanya mengamati gerak-gerik Juanda tanpa berkomentar.
Setelah melepaskan liontin yang ada pada lehernya, Juanda memposisikan liontin nya agar berada tepat di depan liontin Zelda.
Kedua liontin itu mengeluarkan sebuah cahaya. Namun, selang beberapa detik liontin milik Justin perlahan menyatu dengan liontin Zelda.
Melihat hal itu terjadi di depan matanya langsung membuat Zelda membulatkan bola matanya kaget. Gadis itu benar-benar tidak percaya. Apakah hal semacam ini benar-benar ada? Gadis itu berasa sedang bermimpi.
Mata Juanda kini melirik ke arah Zelda. Mendekatkan dirinya lalu mengalungkan liontin itu pada leher Zelda.
Usai liontin itu mengalun sempurna di leher Zelda, Juanda terdiam sejenak memandangi liontin itu, berharap liontin nya akan melakukan tugas nya dengan baik nantinya, "Gue mohon, jangan pernah lepasin liontin nya, Zel" ujar nya menatap lekat netra gadis di depannya.
"Kok gue merinding, sih? Sumpah ya, kaget tau gak? Kok bisa gitu maksud gue? Lo beneran dukun, ya? Lo ngoleksi liontin ajaib gini?" Gadis itu benar-benar menghujami Juanda pertanyaan sampai-sampai Juanda bingung harus menjawab yang mana dulu.
Sebelum menjawab pertanyaan dari Zelda, Juanda sedikit menjauhkan dirinya dahulu dari Zelda, bersandar pada punggung jok mobil nya, "Pertama, gue bukan dukun. Kedua, gue gak ngoleksi liontin, gue cuma punya dua, dan semuanya udah ada di lo" jelasnya pada Zelda.
Gadis itu pura-pura mengerti saja, padahal aslinya sama sekali tidak mengerti apa yang dimaksud oleh laki-laki ini. "Gitu, ya? Oke,"
Seusai percakapan itu, mereka berdua terdiam beberapa saat, entahlah, tetapi rasanya sedikit canggung sebelum Juanda tiba-tiba saja berkata, "Zel?" panggil Juanda menatap Zelda.
"Gue boleh peluk lo, gak?" ujarnya dengan tatapan yang sulit di artikan.
Zelda yang tak tahu apa-apa pun hanya mengangguk saja lalu merentangkan tangannya memberikan akses pada Juanda untuk memeluk nya.
﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌
Di pertengahan malam, hujan datang mengguyur kota itu. Hawa nya begitu dingin namun mampu membuat gadis itu tertidur nyenyak.
Entah sudah sampai mana mimpi nya, tetapi Zelda tampak begitu menikmati hujan malam ini.
Di tengah-tengah tidurnya yang nyenyak, guntur berbunyi nyaring yang membuat tidur Zelda amat terganggu.
Zelda terbangun paksa dari tidurnya dengan kesal, "Bunyi nya kok gede banget, sih? Ngeri gue" ucap nya dengan ekspresi wajah yang sedikit ketakutan, "Ke kamar Justin aja kali, ya?" Lanjutnya. Namun setelah beberapa kali mempertimbangkan, akhirnya gadis itu memilih untuk ke kamar Justin saja daripada menetap disini namun tak akan bisa tertidur juga karena ketakutan.
Setelah berpikir panjang, Zelda bangkit dari tempat tidurnya lalu beralih ke kamar Justin.
Sekitar 3 kali mengetuk pintu kamar, laki-laki itu tak kunjung keluar, akhirnya Zelda kembali ke kamarnya untuk mengambil handphone agar bisa menghubungi Justin. Seperti nya laki-laki itu tengah tertidur nyenyak saat ini.
Selang beberapa detik, Zelda kembali ke hadapan kamar Justin dengan handphone yang tengah berada di genggaman nya.
Menelfon beberapa kali, namun Justin tak kunjung menjawab panggilan dari Zelda. Dengan rasa khawatirnya, Zelda kembali mengetuk pintu kamar Justin namun sama sekali tak ada respon dari sang pemilik kamar.
Merasa ada yang tak beres, Zelda memutuskan pergi ke dapur untuk mengecek apakah Justin ada disana atau tidak, namun belum juga kaki gadis itu melangkah, pintu kamar Justin yang sudah terbuka lebar menampakkan sang pemilik dengan keadaan yang cukup acak-acakan. Apalagi yang habis menimpa laki-laki ini? Astaga!
"Lo ke──" ucapan Zelda belum selesai terucap tetapi tangan Justin sudah menarik Zelda duluan untuk masuk ke dalam kamar nya.
Kaget akan kejadian yang baru saja terjadi, Zelda baru saja ingin menjauhkan tubuhnya dari Justin namun laki-laki itu malah mengeratkan dekapannya pada Zelda, "Lo...kenapa?" tanya Zelda pada laki-laki itu namun Justin sama sekali tak menjawab, laki-laki itu malah menyembunyikan wajahnya di celuk leher Zelda, "Zel, lo gak bakal ninggalin gue, kan?" tanya nya dengan suara yang serak. Apa laki-laki ini baru saja menangis?
Mendengar hal itu, Zelda jadi khawatir, apa Justin membaca surat yang ia tulis saat siang tadi?
"Lo mimpi buruk, ya?" tanya Zelda seraya mengelus rambut laki-laki itu yang sudah mulai memanjang.
Justin sama sekali tidak menjawab pertanyaan dari Zelda, namun beberapa detik kemudian tiba-tiba saja Justin membuka suara, "Gue mau tidur, tapi takut mimpi itu lagi" ucap nya membuat Zelda sedikit paham akan keadaan Justin.
Menuruti perkataan laki-laki itu, Zelda kini duduk di depan tempat tidur Justin yang berada tepat di depan televisi kamar itu.
Justin membaringkan tubuhnya dengan posisi kepala berada di atas paha Zelda. Tangan gadis itu kini mengusap pelan rambut Justin, berharap laki-laki itu akan tertidur nyenyak sama seperti dirinya saat Justin mengusap rambutnya juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE MAGIC OF LIBRARY
FantasyTime travel, apakah benar bahwa perjalanan waktu itu benar adanya? Atau hanyalah sebuah mitos belaka? ❝Lakukan perintah ku jika kau ingin kembali ke muasal mu dan juga ingin keluarga mu terlepas dari kutukan itu.❞ ❝ Kamu tahu, Zel? Sampai detik ini...