Suara ketukan dari kuku wanita tua itu terus terdengar, "Sesuatu itu kini mulai berani mengusik sang pemilik tubuh," ucapnya terus mengetukkan kuku panjang itu di sebuah meja yang berada di hadapannya.
Pikiran wanita tua mulai berkelana. Apakah gadis itu bisa menyelesaikan misinya dan kembali dengan damai? Seperti nya ekspektasi wanita tua ini terlalu tinggi terhadap Zelda. Lagipula gadis yang terlihat agak── sedikit pengecut? Entahlah, wanita tua itu kembali menyeruput secangkir teh nya lalu bersandar pada punggung kursi nya, "Jika hal itu terlalu terburu-buru memaksa untuk mengambil alih tubuh gadis itu, akan terjadi kegaduhan yang lebih tak terduga dari ini. Mungkin saja akan merenggut nyawa, namun kemungkinannya sangat kecil jika benda itu masih ada bersamanya." Wanita tua itu terus saja berbicara dan entah apa maksudnya. Tidak ada yang mengerti kecuali dirinya sendiri.
"Setidaknya dia akan tetap aman dengan benda itu, tetapi hal itu akan memiliki timbal balik, dan itu cukup merugikan."
﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌
Pintu yang tadinya tertutup rapat kini terbuka menampakkan seorang gadis dengan sebuah buah-buahan di tangannya.
Justin yang tadinya sedang mengusap surai panjang Zelda agar gadis itu bisa tertidur nyenyak, kini pandangannya beralih pada seorang gadis yang tengah berjalan ke arahnya, "Loh? lo kok disini, Ser?" Justin berdiri untuk menyambut gadis itu.
Zelda yang sadar bahwa Justin berhenti mengusap rambut nya pun membuka mata untuk mengecek keadaan. Dan──siapa gadis yang tengah di ajak berbicara oleh Justin?
Merasa sedang diawasi, Justin menoleh ke arah Zelda dan sedikit kaget karena gadis itu ternyata belum tidur. Padahal Justin mengusap-usap rambut Zelda sekitar 1 jam sampai-sampai tangan Justin rasanya keram.
Justin kini mengajak gadis itu untuk berkenalan dengan Zelda. Sedangkan Zelda malah menatap sinis ke arah gadis itu, "Ini Serana, temen gue," ucap Justin memperkenalkan Serana pada Zelda. "Ser, ini Zelda, adek sepupu gue,"
Bukankah seharusnya jika berkenalan itu harusnya ada adegan berjabat tangan? Tetapi dua orang ini? Mereka malah saling melempar tatapan.
"Sepupu nya Justin, ya? Nih gue bawa buah buat lo, semoga cepet sembuh, deh. Kalau gak, Justin bakal di maki-maki dosen gara-gara sering izin cuma buat jagain lo" tukasnya pada Zelda.
Merasa dirinya dipojokkan, Zelda menatap sinis ke arah Serana lalu beralih menatap Justin yang kembali duduk di kursi yang laki-laki itu duduki sebelumnya, "Justin? Lo kok mau aja sih temenan sama belek onta ini?" Mendengar perkataan Zelda membuat Serana naik pitam. Apa katanya? Belek onta?! Sialan sekali bocah ingusan ini.
Bingung dengan pertikaian keduanya, Justin akhirnya menyuruh Zelda untuk meminta maaf pada Serana, namun Zelda menolak mentah-mentah.
Pikir Zelda Harsa lah orang paling menyebalkan, tetapi ternyata masih ada yang lebih dari Harsa. Sialan!
"Minta maaf, Zel," bujuk Justin berusaha untuk mendamaikan kedua orang ini.
Seperti nya Justin memiliki kesalahan besar di masa lalunya, kenapa setiap saat dirinya seperti harus dihadapkan dengan dua orang yang tengah bertikai? "Sepupu lo kenapa, sih?" Bingung Serana pada Zelda yang benar-benar tak melepaskan pandangannya pada Serana. Jika tatapannya adalah tatapan biasa, ya tidak masalah. Namun ini? Zelda benar-benar menatap Serana bak elang yang siap menyerang mangsanya.
"Emang agak rada-rada anaknya, Ser. diemin aja, udah" Justin kemudian membawa Serana untuk duduk di sofa yang memang tersedia di ruangan itu.
Usai duduk di sofa, Serana kemudian melihat-lihat isi dari ruang inap milik Zelda dan tiba-tiba teringat tujuannya datang kesini. "Oh ya, besok lo mau kuliah, kan? Kita satu kelompok soalnya. Deadline tugasnya 3 hari lagi, jadi gue ke sini buat ingetin lo, soalnya kalau mau ngerjain sendiri gue gak bisa, Tin. Soalnya banyak banget"
Berpikir sejenak, Justin kini melirik ke arah Zelda. Jika dirinya pergi, siapa yang akan dijadikan babu oleh gadis ini? "Tugas kelompok nya yang makalah, bukan?" Justin beralih menatap Serana yang duduk tepat disampingnya. Berharap jawaban gadis itu adalah 'iya'
Serana kemudian mengangguk mengiyakan, "Iya, kenapa?"
Lengkungan manis terukir di bibir Justin, "Tenang aja, udah gue kerjain dari lama kok, tinggal lo kumpulin aja, nanti gue kirimin file nya" Serana mengulum bibirnya lalu mengangguk dan tersenyum.
"Yaudah deh, tapi lo tetep bakal dateng kan besok? Kita ada kelas pagi" Mendengar ucapan Serana, Justin terlihat berpikir sejenak.
"Gak deh kayaknya, Ser. Soalnya gak ada yang jagain Zelda," tolak Justin, aslinya Justin merindukan semua teman-temannya, namun tidak berani mengambil resiko untuk meninggalkan gadis ini. Apalagi dalam kondisi seperti ini.
Jika Serana melempar sofa yang tenga dirinya duduki ini ke wajah Zelda Justin akan marah? Jika tidak, Serana sangat ingin melempari gadis itu. Wajahnya benar-benar membuat Serana kesal.
Merasa sudah sedikit larut, Serana akhirnya pamit pulang pada Justin, "Yaudin deh, gue duluan, ya? Besok-besok gue kesini lagi," Zelda yang mendengar kata 'besok' itu langsung membulatkan matanya. Apa tadi? 'besok kesini lagi?' Sialan, apa gadis itu sengaja ingin membuat Zelda tinggi darah setiap hari?!
"GAK!" teriak Zelda melirik dua orang yang tengah asik berbincang itu.
Justin yang mendengar teriakan Zelda sedikit kaget. Pasalnya ruangan ini tadinya begitu hening dan sunyi, namun tiba-tiba Zelda berteriak seperti itu siapa yang tidak kaget?
"Zel," tegur Justin lagi dan lagi. Jika boleh jujur, Justin sudah lelah menegur gadis ini. Sedangkan Zelda? dia malah tidak ada kapok nya.
"...oke" usai berucap seperti itu, Zelda menutupi wajahnya dengan selimut dan berpura-pura tertidur, padahal aslinya gadis itu tengah misuh-misuh sendiri.
﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌
Pukul 02:00 Zelda tiba-tiba terbangun dari tidurnya. Gadis itu mengedipkan matanya berkali-kali untuk memastikan bahwa yang ia lihat saat ini adalah ilusi semata. Namun setelah mengucek matanya berkali-kali, yang gadis itu lihat tetap lah sama. Wanita tua yang sempat Zelda temui saat itu.
"Usahakan besok kamu sudah bisa keluar dari tempat ini. Pergilah ke tempat tinggal saya saat kamu sudah pulih nanti. Tetapi ingat, jangan membawa siapapun." Wanita tua itu kemudian pergi dan menghilang dari sana.
Apa yang tadi Zelda lihat dan dengar adalah nyata? Zelda tidak sedang bermimpi, kan? Oh tuhan! Energi Zelda saja masih belum pulih sepenuhnya. Sekarang mau di kuras lagi? Sialan!
Zelda menghela napasnya, "Udah berapa lama ya gue disini? Tapi belum ada hasil apa-apa," ujarnya terdengar putus asa.
Apakah Zelda bisa menghadapi semua ini? Pasalnya dia hanyalah seorang diri dan tak punya apa-apa untuk digunakan sebagai tameng, sedangkan orang itu pasti memiliki banyak hal yang bisa melumpuhkan Zelda.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE MAGIC OF LIBRARY
FantasyTime travel, apakah benar bahwa perjalanan waktu itu benar adanya? Atau hanyalah sebuah mitos belaka? ❝Lakukan perintah ku jika kau ingin kembali ke muasal mu dan juga ingin keluarga mu terlepas dari kutukan itu.❞ ❝ Kamu tahu, Zel? Sampai detik ini...