re.ful.gent

291 25 0
                                    

Author's Note:

[!] Rate M [!]
addditional warning apply
might be a trigger.

- bleumont -

————————

re.ful.gent

Porco berdiri mematung di aula utama. Sorot matanya hampa. Di antara para Pejuang Marley yang ada di sana, ia yang paling terkejut. Kabar meninggal Marcel, masih mendengung dalam benak. Porco tidak mau memercayainya. Bisa saja, Reiner berbohong, pikir Porco.

Pejuang Marley lainnya menatap Porco khawatir. Mereka turut berduka dengan kabar Marcel. Dibanding mereka, Porco lah yang paling terpukul atas kepergian Marcel.

Sosok Marcel yang disegani selama pelatihan, membuat Pieck memejamkan mata. Kesedihannya, tak sebanding dengan Porco. Pieck melengkungkan bibir. Kelopak matanya terbuka. Menatap Porco dengan penuh iba.

Setelah bertahun-tahun tak berjumpa. Bukan kabar baik, yang didapat Porco. Pieck tahu, Porco sangat kehilangan sosok Marcel. Kakak laki-laki yang ia hormati.

Reiner berdeham pelan. Berusaha mengembalikan fokus para Pejuang Marley. Reiner merasa bersalah. Dulu, ia terlalu pongah. Merasa hebat karena diterima sebagai Pejuang Marley. Reiner salah, tidak ada hebatnya menjadi seorang Pejuang. Reiner hanya mengorbankan teman-teman terdekatnya. Termasuk Marcel.

"Aku membawa seseorang. Seseorang yang mewarisi Titan Rahang Marcel."

Suara bariton Reiner memenuhi ruangan. Tidak ada yang membalas ucapan Reiner. Suasana sedih dan tegang bercampur dalam aula. Reiner meneguk saliva.

Gemeretak suara gigi terdengar di telinga Reiner. Ia menahan napas. Entah apa yang akan terjadi. Reiner ingin menyerah. Menyerah sebagai Pejuang. Reiner ingin meminta maaf. Meski, ia tahu perbuatannya tak termaafkan.

Porco menerjang tubuh tinggi Reiner. Menghajar wajah Reiner sampai terluka. Porco ingin menghajar wajah congkak Reiner sampai babak belur.

Bisa-bisanya, Reiner berkata membawa orang mewarisi Titan Rahang. Marcel sudah tiada. Titan yang memakan Marcel sudah pasti menjadi manusia dan berkeliaran di luar. Omong kosong apa yang Reiner bicarakan.

Zeke menarik paksa Porco yang menghajar Reiner. Sementara Colt, menyeret tubuh lunglai Reiner. Reiner tak membela diri. Ia menerima pukulan dari Porco.

Sedangkan Pieck, berdiri mengamati. Pieck diam di tempat. Sebagai satu-satunya wanita di dalam unit ini, Pieck tak berdaya jika harus bertengkar dengan laki-laki. Air mata menetes dari sudut mata. Unit Pejuang Marley sudah berantakan.

"Reiner, jelaskan pada kami," Pieck membuka suara.

"Mirip dengan sistem di Marley. Seorang Pejuang yang sudah menjadi titan selama 13 tahun akan disuntik mati dan dimakan oleh calon Pejuang lain," Reiner terbatuk. Mulutnya mengeluarkan darah. Colt mengeluarkan sapu tangan untuk mengelap mulut Reiner.

Pieck menurunkan alis. Menatap Reiner iba.

Di seberang Porco berusaha melepas diri dari cengkraman Zeke. Namun, tenaga Zeke lebih besar dibanding Porco. Cengkraman Zeke di lengan Porco terasa menyakitkan.

"Namun, kasus Marcel berbeda. Ia dimakan hidup-hidup..." sambung Reiner dengan suara melemah.

Darah menumpuk di kepala Porco. Amarahnya memuncak sampai ke ubun-ubun. Tak terima dengan pernyataan Reiner yang menurutnya keterlaluan. Membayangkan Marcel dimakan hidup-hidup membuat hati Porco sakit. Kematian Marcel adalah kesalahan Reiner.

A  Prompt Collection of PokkoPiku [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang