garrison vs scout legion

168 14 2
                                    

Author's Note:

Paradis AU
[!] Trigger Warning [!]
graphic depiction of violence

- bleumont -

————————

Garrison vs Scout Legion

"TIDAK!"

"Pokko! Dengar dulu."

"Tidak! Pokoknya tidak. Di luar dinding sungguh berbahaya."

"Aku bisa menjaga diri," Pieck membela diri.

"Tidak!" jawab Porco tegas, "Aku tidak mau kau masuk pasukan pengintai!" tolak Porco tegas.

"Kenapa?!" Pieck mulai frustasi. Sulit sekali membujuk Porco.

"Pokoknya aku tidak mau. Daftar menjadi pasukan Garrison saja bersamaku."

"Garrison?!" tanya Pieck. "Kau mendaftar ke sana?" Pieck tak percaya dengan apa yang ia dengar. Menjadi pasukan penjaga alias Garrison?

"Apa yang salah dengan Garrison?!" Porco tak terima dengan nada bicara Pieck.

"Tidak menantang sama sekali," ejek Pieck. Ia sengaja membuat Porco kesal.

"Ini bukan tentang menantang atau tidak. Tapi berbahaya! Mendaftar di pasukan pengintai sama seperti bunuh diri!" emosi Porco sudah sampai ubun-ubun. Kepalanya terasa mendidih. Mengapa Pieck menjadi keras kepala?

Ini menyangkut nyawa. Hidup dan mati. Jika Pieck memilih masuk dalam divisi pasukan pengintai, itu artinya Pieck menyerahkan diri pada titan-titan mengerikan di luar dinding. Porco tak dapat membayangkan Pieck berada di divisi pasukan pengintai.

"MAU MERELAKAN NYAWAMU, HAH?!" Porco sudah tersulut amarah. Nada bicaranya meninggi. Ia tak menduga Pieck tetap kukuh dengan pendiriannya. Pieck yang ia kenal paling pintar di pelatihan, memilih mendaftar menjadi pasukan pengintai. Pasukan yang membutuhkan daya tahan tubuh yang kuat.

Pieck menggantung kalimatnya di ujung lidah. Bibirnya terkatup. Porco benar-benar marah.

Bagi Pieck, menjadi pasukan penjaga itu membosankan. Berdiri di atas dinding menggunakan teropong, berpatroli dalam dinding. Benar-benar tidak menarik.

Pieck ingin menjelajah lebih luas tentang apa yang ada di luar dinding. Ia haus akan rasa ingin tahu. Pieck yakin, ia akan mendapat pengalaman berharga jika berekspedisi keluar dinding.

Niat hati, mengajak Porco ikut bersamanya hancur berantakan. Porco benar-benar keras kepala. Pieck kesulitan membujuknya.

Menghela napas. Pieck harus berpikir jernih, "Ya sudah, kalau tidak mau ikut denganku. Tidak apa-apa," jawab Pieck mengalah.

"Kau lebih aman di pasukan Garrison," balas Porco sembari berlalu meninggalkan Pieck.

Pieck menggigit bibir bawahnya. Memandang sendu api unggun di lapangan. Lalu berjalan dengan lunglai. Gagal sudah rencananya mengajak Porco.

.:.

Kicau burung saling bersahutan di angkasa. Pieck menengadahkan kepala ke atas. Matanya menyipit. Sebelah tangannya berada di atas alis. Menghalau sinar mentari.

Hari ini, para peserta berkumpul di lapangan. Menyerahkan formulir pendaftaran divisi. Porco tampak berjalan dengan tenang di barisan belakang. Netra hazelnya, menatap gadis berambut hitam yang sudah lebih dahulu berbaris. Porco mendengkus kesal, mengingat perdebatan semalam. Porco berharap, Pieck dapat menggunakan otak encernya.

A  Prompt Collection of PokkoPiku [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang