2

710 138 31
                                    


"Mas, maaf, kalo Ranti ..."

Liana menelan salivanya berulang, ia malas bertengkar dengan suaminya, khawatir anak-anaknya mendengar bergitu juga dengan Ranti yang baru saja datang dari kampus dan langsung masuk ke kamarnya.

"Terserah kamu, atur saja gimana caranya biar dia nggak bikin aku kesal."

Agus terlihat acuh saja sambil menikmati makan malam. Tak lama Ranti muncul namun Liana segera bangkit dan menyeret Ranti masuk ke kamarnya.

"Apaan sih kak?"

"Lihat penampilan kamu! Ingat kamu di sini ikut kakak maka harus patuh pada semua aturan kakak, di sini ada Mas Agus tahu kamu kan!?"

"Iya tahu! Masa aku nggak lihat badan Segede kingkong gitu, nggak kerja, malas, tahunya makan, ngapain kakak takut sama laki-laki kayak gitu!"

"Jaga omongan kamu, dia itu suami kakak yang harus kamu hormati, lihat baju kamu! Lihat!"

Ranti melihat baju yang ia pakai dan menatap wajah kakaknya dengan wajah bingung.

"Lah kenapa bajuku? Ini kan baju rumah, ntar lagi juga mau tidur, kan wajar pake hot pans, sama kaos tanpa lengan? Masa iya di rumah aku pake baju lengkap kayak mau kuliah?"

"Di sini ada Mas Agus, Ranti! Hormati dia sebagai kakak ipar kamu! Nggak layak juga kamu pake baju kayak gitu sementara kaos kamu kedodoran, lihat dada kamu jadi ke mana-mana!"

Terdengar kekeh Ranti yang tak ambil pusing.

"Ya gimana kan dari sononya ini buah pepaya gelantungan, aku juga pengen jadi kakak berdada kecil kayak gitu, nggak kesulitan kalo pake baju, ah udah lah Kak, aku lapar, ngurusi dada ukuran bangkok ya gak selesai-selesai."

Dan Ranti mendorong tubuh Liana ke samping, ia segera ke dapur melihat-lihat apa yang ada di atas kompor, beberapa panci yang sudah tak ada isinya. Ia berbalik dan menemukan Agus yang hendak ke kamar mandi, sejenak mereka saling tatap dan Ranti berjalan lurus menuju ruang makan dengan wajah kesal karena benci melihat kakak iparnya yang pemalas, sedang Agus sebaiknya ia terlihat menelan salivanya berkali-kali dan bergumam pelan saat telah berada di kamar mandi saat akan buang air kecil.

"Benar-benar setan kecil! Jadi benalu di sini tapi tubuhnya tak bisa dibiarkan saja begitu saja! Rugi jika aku tak mencicipi, enak saja gratis di sini! Apa yang bisa aku lihat di balik kaos tipis tadi? Hehe kelihatannya menarik dengan dua benda besar yang bergerak-gerak nyaman seolah memanggil tanganku untuk menjamahnya."

Saat Agus melewati kamar makan setelah dari kamar mandi, ia melihat Ranti yang asik makan sendirian, ia melihat ada butir nasi yang menempel di belahan dadanya, kaos yang digunakannya betul-betul mengekspos dengan jelas apa yang ada di balik kaos itu, Agus memejamkan mata dan mencoba berjalan lurus menuju kamarnya. Sejenak ia menoleh ke kamar anak-anaknya yang sudah tidur nyenyak lalu merebahkan diri di sebelah Liana.

"Besok ke kantor Mas Bram, Mas, aku sudah bilang dan kamu akan dicarikan posisi yang nggak sulit kerjaannya tapi ya gajinya kecil."

"Ck, males aku!"

"Mas! Sampe kapan Mas nggak mau kerja? Lagian ini Mas hanya kerja malam saja, mengawasi ke luar masuknya barang dan memastikan semua kiriman kayu-kayu kualitas bagus ada pada tempatnya."

Agus berbalik menatap Liana.

"Lah kayak satpam aja kerjaanku!?"

"Mas, untuk sementara kata Mas Bram sampai dia tahu kerjaan Mas kayak apa dan ada lowongan di posisi yang lain."

"Masih saja berhubungan sama Bram, sudah tahu dia belum nikah, paling juga nungguin kamu jadi janda."

"Dia sepupuku! Ingat itu Mas!"

"Iya dan aku nggak lupa kalo dia mantan kamu, kayak nggak ada orang lain aja, pacaran kok sama sepupu."

"Itu masa lalu dan kami nggak pernah terlihat saling mencintai lagi setelah kami putus."

"Iya kamu, lah dia?"

"Udah Mas, males aku, malem-malem gini kok ngajak berantem."

"Kamu yang mulai."

Dan Liana tak menghiraukan Agus lagi, dia tidur meringkuk membelakangi Agus yang masih menggerutu. Tak lama Liana tertidur karena kelelahan.

Sementara Agus yang masih asik dengan ponselnya, segera meletakkan benda pipih yang ia pegang dan beranjak dari kasur dengan pelan dan hati-hati agar Liana tak merasakan gerakannya.

Agus melangkah pelan, berjinjit menuju kamar Ranti, di depan kamar Ranti ia mendengar suara tawa manja Ranti yang terdengar berbicara lewat ponselnya entah dengan siapa. Agus mendekatkan telinganya.

"Sayaaang, kapan pulang?"

....

"Ih lama amat, aku kangen."

.....

"Hihihi sama, aku kangen sama punya kamu."

....

"Ok aku tunggu ya, dua hari lagi."

.....

"Ok, ditempat biasa, aku dandan seksi deh pasti biar kamu yang kangen langsung nerkam aku hahahah, beliin oleh-oleh ya, jangan sampe ketahuan istri kamu pokoknya, aku males sama emmak-emmak, ganas hihihi."

....

"Ok, Sayang, selamat malam, muah."

Dan Agus tertegun di depan kamar Ranti yang tak begitu tertutup sempurna, ia segera menjauh, lagi-lagi berjinjit dan berdiri di depan pintu kamarnya.

"Beneran setan tu anak! Jadi simpanan siapa dia? Mana sudah gituan lagi, pantes aja dadanya jadi nggak karu-karuan, semua dah ngerasain badan dia, murah bener, masih muda gitu sudah rusak, aku yakin Liana nggak tahu, eh tapi memang lebih baik Liana nggak tahu, jadi nggak masalah aku gituin dia toh dia sudah biasa ngelakuin kayak gitu, ini yang namanya kalo dah rejeki nggak bakalan ke mana."

Agus terkekeh pelan dan saat hendak masuk ke kamarnya ia melihat Ranti yang ke luar kamar menuju kamar mandi. Ia mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam kamarnya, menunggu Ranti ke luar dari kamar mandi. Dan saat terdengar pintu kamar mandi terbuka ia seret Ranti ke kamarnya sambil menutup mulut Ranti agar tak berteriak.

Sesampainya di kamar Ranti, ia lempar tubuh Ranti ke kasur. Ranti menatap penuh kebencian pada Agus.

"Mau apa kamu pemalas? Heh bisanya hanya makan dan meminta uang pada kakakku, sekarang mau mencicipi tubuhku? Bayar! Aku nggak mau gratis!"

"Oh, kamu nggak takut aku laporin ke kakak kamu?"

Agus mengancam Ranti yang ternyata tak ia duga reaksi Ranti justru melawannya.

"Nggak akan percaya kakakku sama laki-laki pengangguran yang bisanya cuman ngabisin uang kakak, sana lapor aku nggak takut, dan kalo kamu mau make aku bayar! Satu juta sekali main, ngerti! Kere kayak kamu nggak akan bisa bayar aku!"

Agus mendekat ke arah Ranti, namun Ranti segera bangkit dan berdiri tepat di depan Agus yang terlihat marah.

"Coba berani dekat, aku teriak biar kakak dengar sekalian, aku nggak takut sama kamu pemalas! Benalu!"

🔥🔥🔥

31 Desember 2022 (06.07)

Tangis Terakhir (Tak Ada Lagi Lara Karena Cinta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang