Tanjiro pov
Aku berdesakan di antara para pria yang mengantri untuk kesenangan mereka sendiri. Mengais semua celah, agar aku bisa keluar dari sini.
Mataku merah, dadaku naik turun. Aku butuh sesuatu untuk meredakan sensasi yang tidak aku ketahui ini. Perasaan yang asing.
"Tanjiro-san!! "
Seseorang mengejarku, membuatku terpojok hingga tersudut. Aku tidak ingin bertemu dengannya, bukannya tidak mau, bukannya tidak ingin. Diriku tidak bisa mengendalikan emosi ini.
Aku ingin merengkuh nya, mengukungnya dibawahku, menciumnya hingga dia memohon belas kasihan. Tidak!! Apa yang aku pikirkan? Apakah dia membenciku? Kenapa tidak datang dan menemuiku? Kenapa dia datang ditempat seperti ini? Jadi beberapa tahun ini dia mencari uang seperti ini?.
Aku sangat menyedihkan.....
Berpikir dirinya sudah tiada, sementara dia mungkin saja diculik orang dan membuatnya bekerja dengan menyedihkan disini. Dia dipaksa masuk dalam kegelapan yang tidak berujung ini.
Tak terasa butiran air mata yang panas meleleh dipipiku. Tak kuasa menahan amarah, sedih, dan bahagia di saat yang sama. Kaki ku terus melangkah hingga ke gang buntu, sepi dan gelap.
Suara sepatu berhak tinggi menggema ditelinga, aku menoleh kebelakang dan melihat seorang wanita disana. Dia menghampiriku dengan wajah senyum matahari miliknya.
"Apa kau tidak ingin bertemu denganku, Tanjiro-san? "
Dia bertanya, menjaga jarak denganku untuk memberi ruang bagiku. Aku hanya menunduk, menggeleng kepalaku pelan, menyangkal pernyataannya.
"Ada yang ingin aku bicarakan padamu"
Langkah kaki mantap dan tegas mendekat, aku bagaikan kelinci dalam penangkaran, kelinci baru yang bertemu tuannya, diam ditempat dan tidak bergerak.
Hanya telinga, hanya hidung dan hanya dada milikku yang berfungsi. Sekarang dia tepat di depanku, mengulurkan tangannya padaku dan membelai lembut pucuk rambut merah anggurku.
Bagai seorang ibu yang penuh kasih, dengan keberanian penuh, aku menatap matanya. Mata kuning keemasan miliknya menatap ku hangat, membuat dada ku yang tidak beraturan kembali ke ritmenya. Tatapan kasih sayangnya seperti sebuah sihir.
"Mari kembali"
Menggenggam tanganku lembut, dia menarik perlahan, berjalan berdampingan diantara ribuan orang yang menatapku dingin entah kenapa, membuatku merasakan kehangatan, matahari dimusim salju.
Tanjiro pov end
Setelah mereka melewati beberapa orang, kini bisikan terus terdengar dalam jejak langkah kaki mereka(Rimuru&Tanjiro), bisikan rasa iri dan benci membuat wajah mereka merah padam, layaknya wajah yang diberi minyak cabai, merah semua.
Penggemar Rimuru 1 "Sial, dia berjalan dengan primadona"
Penggemar Rimuru 2 "Ah! Aku mau juga! "
Penggemar Rimuru 3 "Kau harus sadar diri bung"
Penggemar Rimuru 4 "Seseorang tolong beri aku obat! Mungkin mataku bermasalah! "
Penggemar Rimuru 5"Ya, pergilah kedokter mata dan buat lensa mata 10 inci untuk dipakai! "
Penggemar Rimuru 6 "Manusia anj*ng (umpatan untuk tanjiro) "
Penggemar Rimuru 7 "Lihat tatapan primadona kita! Sial aku bisa sakit jiwa"
Penggemar Rimuru 8 "Jika kau ingin pergi kesana, aku ikut! Mungkin aku sudah tidak waras karena tidak mendapatkan hatinya! "
Meski keluhan mereka tidak terlalu keras, tapi Tanjiro masih bisa mendengarnya, wajahnya memerah karena malu, melihat tangan Rimuru yang mulus bagai porselen, membuat wajahnya lebih merah.
![](https://img.wattpad.com/cover/297861407-288-k835114.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjalanan Rimuru didimensi lain
Fantasy"Akh.. Ciel kapan ini semua akan berakhir?!" Dia mengeluh setiap saat, setiap hari karena harus meladeni semua dokumen yang menumpuk tersebut. . . . . "Ciel buka portalnya sekarang" "Baik master" . . . "Kakakmu ini akan menyelamatkan dirimu...