22. Pertemuan

1.1K 101 60
                                    

Aku sendirian di dalam kamar, malam yang panjang dan suara jangkrik yang berbunyi terasa menenangkan. Lilin ku terkadang meredup karena angin, tapi itu tidak membuatnya kehilangan api yang menjadi cahayanya.

Aku duduk diam menunggu seseorang, di ruangan ini juga ada lampu, namun tidak begitu terang. Tentu saja, ini adalah kamar khusus untuk orang sepertiku, untuk melayani orang lain.

Terkadang-kadang aku bertanya, kenapa bisa ada lampu disaat ada lilin? Mereka menjawab untuk hiasan, tapi bagaimanapun juga itu sangat aneh.

Suara ketukan pintu terdengar pelan. Diseberang sana terdengar suara gadis yang begitu lembut, dia mengantarkan seseorang yang pada dasarnya menjadi pelanggan ku.

"Masuk"

Aku menyuruhnya masuk. Pria itu tinggi dan memiliki otot tubuh yang sempurna, kulit yang sedikit coklat itu terlihat serasi dengan pakaian hitam emas miliknya. Sang gadis itu menutup pintu kembali, membiarkan kami berdua disini.

Pria itu duduk berhadapan dengan ku. Aku menuangkan segelas teh untuknya, ada beberapa jamuan yang tersedia dimeja. Aku mengambil nasi putih, kebiasaan pelanggan ku ini adalah makan terlebih dahulu sambil mengobrol santai.

Aku tidak mempermasalahkan hal itu. Mangkuk kecil ku, kini telah penuh dengan nasi. Aku menyodorkan mangkuk itu pada pria dihadapan ku, dia mengambilnya dan mulai memakannya dengan lahap.

"Apa anda mau furikake juga, tuan? "

Dia menganggukkan kepalanya pelan, mulutnya masih penuh. Soal furikake, aku membuatnya sendiri. Ini adalah furikake modern, dan itu cukup lezat. Furikake buatanku ini cukup terkenal.

Saat itu...

Saat dimana aku mencoba skill memasak yang ku miliki, aku mencoba beberapa makanan yang muncul di otakku. Aku mencoba untuk yang paling mudah tapi menyehatkan terlebih dahulu. Dan hasilnya aku membuat furikake modern.

(Penulis: furikake modern ditemukan pada awal era kekaisaran Taisho tahun 1920-an. Seorang apoteker bernama Suekichi Yoshimaru dari kekaisaran awalnya khawatir tentang potensi kekurangan kalsium dalam makanan Jepang. Alhasil ia berpikir untuk membuat serpihan dan bubuk dari tulang ikan kering yang tinggi kalsium)

Aku menaburkan furikake itu dinasi panas, pria itu mulai memakannya dengan suapan besar. Aku terkekeh pelan saat melihat kelakuannya. Setelah selesai dia meletakkan mangkuk itu dimeja, dan mulai menatapku serius.

"Seharusnya bukan aku yang ada disini"

Aku mengerti itu. Tubuhku bukanlah milik semua orang, jadi aku hanya memilih 2 diantara banyaknya pria. Pemilik tempat ini tidak peduli, asalkan ada uang maka semuanya lancar.

Karena hanya memiliki 2 pelanggan, aku pun mulai membuat jadwal. Untuk siapa yang mengunjungi ku hari ini atau esok atau mungkin lusa nanti. Jadwal untuk pria ini adalah besok, sementara pria yang satunya lagi entah kenapa berhenti mengunjungiku sejak 3 hari yang lalu.

Alasannya pun aku juga tidak tau, bertemu pun hanya sebentar setelah itu berpaling bagaikan orang asing. Kupikir dia sedang menghadapi masalah, jadi aku akan menemuinya lagi dan memaksa untuk menceritakan apa yang terjadi. Ini terkesan memaksa dan egois.

"Jadi sepertinya kau akan menjadi pelanggan setia ku tuan"

Aku mengatakan itu dengan senyum sekilas. Dia hanya menghela nafas, lalu menampakkan wajah menggodanya. Aku tercengang sesaat, namun kembali sadar saat dimana suara miliknya memasuki indraku.

"Apa kau jatuh cinta padaku gadis kecil? "

Perempatan imajiner muncul didahiku, rasa ingin menonjok wajah tampannya itu seketika meninggi. Sayangnya, aku harus sabar untuk menghadapi pria yang menjengkelkan ini.

Perjalanan Rimuru didimensi lainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang