Rimuru duduk dibawah pohon, matanya menatap langit yang cerah, tubuhnya memang berada disana namun pikirannya melayang entah kemana.
Suara nyaring Helen membuyarkan lamunan Rimuru, menepuk-nepuk pelan bajunya, Rimuru berdiri dan siap menemui semua muridnya. Mantel kulit berwarna biru yang selalu dikenakannya saat mengajar di ingrassia membuat dirinya rindu dengan murid-muridnya.
"Ohayo sensei, okurete sumimasen" ucap mereka sambil membungkuk kan badannya
Rimuru tersenyum canggung sambil mengibaskan tangannya tanda tidak masalah.
"Kalau begitu sebaiknya kita latihan sekarang"
"Haik"
"Emm... Dan kau Sora"
"Iya? "
"Tolong buatkan minuman untuk kami ya? "
"Haik"
Sora berlari menuju dapur, menyiapkan minuman yang diinginkan Rimuru. Sementara Rimuru sudah siap dengan boken nya.
"Baiklah, majulah kalian semua"
Mereka menerjang Rimuru tanpa ragu, tidak peduli jika mereka bertarung dengan niatan membunuh, bagaimanapun Rimuru adalah sosok yang tidak dapat disentuh, jadi sekalipun mereka menyerang dengan sungguh-sungguh itu hanya akan membuang energi mereka sendiri.
DUAGHH
"Ugh... " obanai meringis saat siku Rimuru menghantam punggungnya.
Sriing
DUAGHH
"Agh... " Giyuu mencoba menahan teriakan yang hampir keluar dari mulutnya, darah sedikit merembes keluar dari mulutnya.
Kondisi para Hashira yang lain lebih mengenaskan ketimbang mereka bertiga. Giyuu, Obanai dan Gyoumei berhasil bertahan dari serangan main-main Rimuru. Namun, mereka harus kehilangan beberapa jari yang terpotong oleh boken Rimuru.
"Padahal hanya pedang kayu, tapi kenapa sekuat itu? " pikir Kyoujurou sambil terengah-engah ditanah.
Hashira yang lain juga terkapar ditanah, tidak sadarkan diri. Kondisi mereka hampir sama dengan ketiga orang tersebut tapi goresan ditubuh mereka lebih banyak dari orang yang selamat.
Rimuru mendekati mereka, lalu mengeluarkan segumpal cairan berwarna biru muda dan melemparkan cairan tersebut Kemurid-muridnya.
Saat cairan itu menyentuh kulit mereka, semua luka langsung hilang, seakan-akan memang tidak pernah terluka. Rimuru menghela nafasnya, lalu memasang kuda-kuda kembali.
"Ayolah, kalian baru 10 menit melawanku, masa langsung tepar? " ucap Rimuru dengan santai
"Itu karena kau sangat kuat sensei" Mitsuri merengek kecil, dan diangguki oleh Obanai disampingnya.
"Bukan itu faktor utamanya" Rimuru menggeleng tanda tidak setuju dengan ucapan Mitsuri.
"Faktor utamanya adalah kalian terlalu meremehkan musuh seakan diotak kalian selalu terpatri kata 'aku pasti bisa, aku pasti menang, akan aku kalahkan dirimu' lalu kau menyerang musuhmu tanpa strategi dan rencana, hanya karena kalian Hashira bukan berarti kalian bebas dari gelar manusia kalian, lalu baru saja kalian menyerang ku dengan niat membunuh, niat membunuh hanya akan menumpulkan semua seranganmu, karena kau akan terfokus untuk membunuh tanpa memikirkan peluang untuk dirimu melukai musuhmu bisa dikatakan kalian terbakar api amarah.... "
Rimuru mengambil secangkir teh yang disiapkan oleh Sora sebelum melanjutkan kata-katanya.
"... Kalian harus tenang untuk menyerang, kemampuan berpedang bukan sekedar mengayunkan, hunus, sayat dan tebas. Tapi, salurkan perasaan kalian pada pedang tersebut, peluang keberhasilan serangan-serangan yang kau berikan akan berdampak pada musuh, jika rencana yang satu gagal buat yang lain, jika peluang untuk menyerang lengan gagal serang perutnya, jika strategi kalian ketahuan buat strategi baru, apa kalian paham? "
![](https://img.wattpad.com/cover/297861407-288-k835114.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjalanan Rimuru didimensi lain
Fantasía"Akh.. Ciel kapan ini semua akan berakhir?!" Dia mengeluh setiap saat, setiap hari karena harus meladeni semua dokumen yang menumpuk tersebut. . . . . "Ciel buka portalnya sekarang" "Baik master" . . . "Kakakmu ini akan menyelamatkan dirimu...