Part 1

1.1K 78 8
                                    

Lee Ni-ki adalah namja tampan yang dipaksa untuk menjadi kuat dan mandiri. Ni-ki memang sudah tidak mempunyai kedua orang tua. Dia masih punya 6 orang hyung, tetapi tetap saja ia harus hidup mandiri dan kuat. Keenam hyungnya sangat membenci dirinya. Ni-ki sendiri tidak tahu mengapa keenam hyungnya sangat membenci dirinya. Yang dia tahu, ketika dia kelas 5 Sd mereka sudah membenci Ni-ki.

Pagi ini hari Minggu seperti biasa Ni-ki bangun tanpa dibangunkan oleh hyungnya. Jika anak seusianya  ketika setiap pagi akan dibangunkan dan disiapkan sarapan, maka berbeda dengan Ni-ki yang tidak lagi merasakan itu semua. Ia harus bangun sendiri dan tidak pernah merasakan sarapan di satu meja dengan keenam hyungnya.

Selesai mandi dan berpakaian, Ni-ki turun ke ruang makan yang sudah kosong tidak ada satu orang pun disana. Tidak ada makanan yang tersisa malah banyak piring kotor yang menumpuk. 

Tidak mau terus bersedih, Ni-ki bergegas mencuci piring agar ia bisa keluar dan membeli makanan. 

"Ya..semangat Ni-ki, jangan mengeluh terus kalau ingin disayang hyungmu," kata Ni-ki memberi semangat untuk dirinya sendiri.

Ketika Ni-ki asyik mencuci, Ni-ki dikagetkan dengan Jake yang mengambil minum. Tiba-tiba..

Praangg!!

"Bodoh! Apa yang kau lakukan, begitu saja tidak becus. Sini kau!" teriak Jake sambil menarik Niki kuat.

Bugh! 

"Bajingan!"

Bugh!

"Kenapa kau selalu membuat masalah? Tidak bisakah kau mengerjakannya dengan benar?"

Bugh! Bugh! Bugh!

"Jake hyung to..long hentikan. Sakit hyung...," rintih Ni-ki. 

Tubuhnya sudah penuh lebam dan mengeluarkan darah, tetapi Jake masih memukulinya.

PLAK!

"Tutup mulutmu brengsek, kau tidak ada hak untuk bicara. Kau itu sampah. Sampah gak berguna," kata Jake setelah menamparnya lalu pergi membiarkan adiknya yang merintih kesakitan.

"Uhuk..uhuk, ini sakit,"

Ni-ki berusaha bangun untuk membersihkan kekacaukan yang dilakukannya tadi. Setelah itu ia menaiki tangga menuju kamarnya. Dengan langkah yang tertatih-tatih akhirnya Ni-ki berhasil sampai ke kamar.

Di dalam kamar, Ni-ki masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan luka-luka yang ada di wajah dan tubuhnya.

"Ss, aw," desis Ni-ki ketika mengobati lukanya.

Setelah selesai mengobati luka di tubuhnya, sekarang Ni-ki sedang berbaring di ranjangnya, melamunkan hidupnya yang tidak pernah berubah tiap tahunnya. Dia tetap saja tidak bisa mendapat kasih sayang dari hyungnya.

Ni-ki benci dengan dirinya. Ni-ki benci dirinya yang lemah dan gampang menangis. Ia selalu berharap bisa mendapat pelukan dari hyungnya untuk menenangkan dirinya yang menangis, berharap didengarkan keluh kesahnya dan bisa bersandar pada hyungnya saat dirinya lelah. Tapi hal itu hanya angan, tidak akan pernah terjadi. Jangankan untuk memeluknya untuk melihat nya saja mereka enggan.

Dunia begitu kejam kepada Ni-ki yang baru berusia 17 tahun. Yang masih butuh orang dewasa untuk membimbingnya. Mengapa anak itu harus selalu merasakan sakit yang luar biasa, baik itu di tubuh atau di hatinya. Tidak ada yang peduli padanya. Dia selalu ditinggalkan dan dibiarkan begitu saja. Hyungnya selalu menganggap dirinya beban karena selalu membuat yang lain kesulitan. Padahal Ni-ki tidak berbuat apa-apa. Ni-ki selalu salah di mata para hyungnya.

"Tuhan, mengapa hidup Ni-ki seperti ini. Ni-ki nakal ya, makanya Tuhan marah sama Ni-ki. Padahal harapan Ni-ki tidak berat. Ni-ki cuman pengen disayang sama hyung. Ni-ki pengen dimanja sama hyung,"

Ni-ki mengambil foto yang ada di laci mejanya. Foto itu ialah foto dirinya dengan kedua orang tuanya dan keenam hyungnya. Di foto itu, mereka tampak sangat saling menyayangi satu sama lain. Tidak ada kebencian di dalamnya, begitu indah dan terlihat bahagia.

"Ni-ki pengen kayak di foto ini lagi eomma appa. Ni-ki pengen liat hyung senyum ke Ni-ki lagi, tertawa bersama. Hi hi pasti seru," katanya sambil tertawa kecil.

"Tapi apa itu mungkin eomma appa. Ni-ki boleh gak tetap berharap sama hyung. Ni-ki berharap hyung bisa sayang sama Ni-ki lagi," gumam Ni-ki dengan suara yang makin mengecil. Tidak lama, kedua matanya sudah tertutup dan tertidur karena kelelahan.

--

Ni-ki terbangun ketika dia merasakan perutnya yang terus berbunyi minta diisi. Ni-ki heran kenapa kamarnya sangat gelap. Kemudian dia melihat jam di kamarnya, ternyata sudah pukul 7 malam. Pantas saja dia merasa lapar. Dia melewatkan sarapan dan makan malamnya.

Ni-ki keluar kamar dan berjalan ke dapur kemudian melihat meja makan. Namun sayang tidak ada apa-apa disana. Hanya tersisa sebungkus ramen. Mau tidak mau Ni-ki memakannya untuk menghilangkan rasa laparnya.

Ni-ki kangen makan bersama di satu meja bersama keenam hyungnya seperti saat mereka belum membencinya.

Setelah makan Ni-ki mencuci piring dan kembali ke kamar untuk mengerjakan pekerjaan rumahnya.

Pekerjaan rumahnya sangat banyak, karena bukan cuma miliknya aja yang dia kerjakan. Tapi Ni-ki juga harus mengerjakan milik teman sekelasnya.

Tbc

Appo HyungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang