Ni-ki menatap langit yang mendung dan hujan turun rintik-rintik. Padahal tadi cuaca masih sangat cerah. Tapi lihatlah sekarang langit begitu gelap seperti hati Ni-ki yang gelap karena tidak ada cahaya yang meneranginya.
Mengapa setiap harinya dia harus selalu sial. Setelah mendapatkan pukulan dari hyungnya, cemohan dari temannya, bahkan tadi dia baru saja dipukuli oleh kakak kelasnya. Sekarang apalagi, dia harus menerobos hujan karena tidak membawa payung atau jaket bersamanya.
"Mungkin tidak apa-apa pulang sekarang, lagipula hujannya masih rintik-rintik. Daripada aku harus pulang telat dan membuat hyungdeul marah."
Di tengah jalan Ni-ki bertemu dengan seorang ibu-ibu yang tidak bisa melihat alias buta yang ingin menyeberang jalan. Karena tidak tega melihat itu, akhirnya Ni-ki membantu ibu-ibu itu.
"Mari bu, saya bantu," ucap Ni-ki.
"Terima kasih ya nak," ucap ibu itu terharu ternyata ada anak muda uang mau membantunya disaat langit yang sedang hujan.
Ni-ki tidak hanya membantu ibu itu menyebrangi jalan, tapi juga mengantar ibu itu ke supermarket yang tidak jauh dari sana.
--
Setelah Ni-ki mengantar ibu tadi, Ni-ki bergegas pulang karna ini sudah cukup lama dari dia pulang sekolah. Namun nasib sial berpihak padanya. Langit yang tadinya hanya menurunkan rintik-rintik air, kini mulai turun dengan deras. Karena tak ada waktu lagi untuk berteduh, Ni-ki berlari menerobos hujan. Dia memeluk tasnya erat-erat, takut buku-buku yang ada di dalamnya pada basah.
Ia sampai di depan rumahnya, melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 4 lewat 20.
Gawat
Dia telat
Seharusnya Ni-ki sudah harus sampai di rumahnya pukul 3 tepat. Tidak boleh telat sedikit saja. Jika telat dia pasti akan dihukum oleh hyungnya. Sekarang dia malah telat begitu lama. Sudah pasti hyungnya semua berada di ruang keluarga, menunggu dirinya untuk dihukum.
Tangannya sudah berada di depan pintu, tetapi dia ragu untuk membumanha. Jujur sebenarnya dia takut. Namun karena dirinya basah kuyup dan sangat kedinginan. Bahkan wajahnya sudah pucat dan tangan keriput terasa kebas. Mau tidak mau Ni-ki harus menghadapi hyungnya dan mencoba menjelaskan apa yang terjadi padanya hari ini.
Ni-ki membuka pintu dengan pelan dan masuk dengan takut-takut. Ni-ki melihat semua hyungnya berada di ruang keluarga. Dia ragu-ragu berdiri di depan semua hyungnya dan menjelaskan mengapa dia terlambat pulang.
Namun sebelum bisa menjelaskan apa yang terjadi, Heesung sudah memukul perut Ni-ki yang masih ada luka dari seniornya di sekolah. Ni-ki meringis sakit, tetapi dia tidak berani melawan apa yang dilakukan hyungnya. Biarlah dia menerima semua pukulan ini, toh pikirnya ini memang salahnya.
Setelah puas memukul Ni-ki, Heesung berlalu pergi yang diikuti hyungnya yang lain.
Ni-ki berusaha berdiri dan berjalan walaupun tertatih-tatih karena lukanya. Saat ingin menaiki tangga Jungwon memanggilnya.
"Ni-ki."
"Iya. Mengapa hyung masih berdiri disana?" Ni-ki bingung mengapa hyungnya masih berdiri disana.
Jungwon kelihatan bingung, dia ingin berbicara tapi seperti ada yang menghentikannya. Sehingga hanya kata-kata sarkas dan menyakiti hati adiknya yang bisa dia katakan.
"Tidak ada. Hanya memastikan kau pergi ke kamarmu. Pergilah ke kamarmu. Aku muak melihat wajahmu." Jungwon meninggalkan Ni-ki yang tak bergeming dari tempatnya.
Kata-kata Jungwon benar-benar menyakiti hati Ni-ki. Mengapa mereka benar-benar kasar dengannya.
"Hiks..hiks appo hyung. Mengapa kalian tega padaku hyung?"
"Eomma appa, apa Ni-ki tidak pantas berada di rumah ini?" "Ni-ki sakit, sangat sakit." Dia menundukkan kepalanya.
Jungwon yang belum benar-benar pergi, mendengar semua ucapan Ni-ki tadi. Entah kenapa dia merasa sakit ketika mendengarnya.
"Mengapa hatiku sakit melihatnya?"
--
Dengan langkah pelan, Ni-ki naik ke kamarnya. Dia membersihkan dirinya dan luka-lukanya sendiri. Belum lagi luka yang dia dapat tadi pagi dan siang itu mengering. Tetapi dia sudah harus mendapatkannya lagi dari hyung tertuanya.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Appo Hyung
FanfictionHyung, Ni-ki sakit.. Ayo sayang sama Ni-ki Hyungdeul. Ni-ki mau dipeluk lagi, walaupun untuk yang terakhir kalinya.