Part 6

29 3 0
                                    

Rajeksa memasuki rumahnya sambil memutar-mutar kunci motor di jari telunjuknya. Tak lama datanglah Asyila dari arah dapur.

"Dika, baru pulang?" tanya Asyila sambil menjulurkan tangannya yang langsung disambut Rajeksa dengan senang hati.

"Iya, Mah. Dita udah pulang?"

"Udah, dia lagi ganti baju. Kamu juga ganti baju, terus kita makan siang bareng. Papah udah dijalan, bentar lagi sampai," ujar Asyila sambil mengelus rambut Rajeksa.

"Siap, bos," jawab Rajeksa sambil melakukan gerakan hormat.

"Ada-ada aja, kamu."

🍁

Azkia menatap apartemen nya yang sudah lama tak ia kunjungi. Ia datang ke apartemen ini jika ia sedang bosan atau malas berada dirumahnya.

Azkia malas pulang ke rumahnya karna dapat dipastikan jika ia akan disambut oleh cacian mamahnya dan dilanjutkan dengan pukulan dari papahnya. Sejak dulu, jika ia membuat masalah dengan Zazkia pasti ia akan disalahkan, sekalipun bukan ia yang salah.

Zazkia adalah sepupunya, anak dari kakak mamahnya. Orang tua Zazkia meninggal akibat kecelakaan dua tahun lalu. Sejak kematian kedua orangtuanya, Zazkia tinggal bersamanya dan mulai hari itu orang tuanya sudah tak peduli lagi pada Azkia. Mereka  bersikap seolah Zazkia lah yang anak kandung mereka, sedangkan Azkia hanya keponakan.

Azkia sudah sering melayangkan protes kepada kedua orangtuanya namun bukannya berubah orang tuanya malah semakin tak mempedulikan Azkia. Apalagi Zazkia suka mengadu domba Azkia dan kedua orangtuanya, membuat Azkia sering mendapat cacian dan pukulan.

Tiba-tiba ada telpon masuk dari papahnya, sudah Azkia duga jika papahnya pasti akan langsung menghubunginya saat Zazkia melaporkan sikapnya. Azkia menolak panggilan itu lalu mengaktifkan mode pesawat di ponselnya.

Azkia memilih untuk mendengarkan lagu galau dari playlist lagunya. Tak berapa lama rasa kantuk menyerang Azkia membuat cewek itu langsung tertidur di sofa apartemen nya.

Azkia langsung terduduk dengan kepala yang nyut-nyutan karena bangun tiba-tiba. Ia menatap kesal kearah pintu apartemennya, ia segera berjalan untuk membuka pintu itu dan menyembur orang yang telah menggedor-gedor pintu itu.

Saat Azkia membuka pintu terlihatlah Rajeksa bersama para sahabatnya. Azkia menatap heran kearah mereka, wajah yang penuh luka, ada bagian baju mereka yang robek, dan darah di wajah dan tangan mereka.

🍁

Rajeksa merebahkan tubuhnya di kasur, menatap langit-langit kamarnya. Tiba-tiba sebuah panggilan masuk ke ponselnya. Rajeksa segera mengambil ponselnya dan melihat si pemanggil, nama Regan tertera dilayar ponselnya.

"Ja, Lo dimana?" Bukannya suara Regan yang terdengar melainkan suara Alvico.

"Rumah, kenapa?"

"Buruan ke jalan Basuki Rahmat, Deket markas the Eagle. Aiden di keroyok the Eagle."

Rajeksa mematikan sambungan itu lalu segera menyambar jaket dan kunci motornya. Rumahnya sedang kosong, mamah dan papahnya sedang berada dirumah om Alrick. Rajeksa segera melajukan motornya dengan kecepatan tinggi.

Sesampainya di lokasi, Rajeksa melihat teman-temannya sudah menyebar kemana-mana, bertarung dengan anggota geng the Eagle. Rajeksa segera mematikan motornya dan langsung bergabung dengan teman-temannya.

Rajeksa menatap dingin ke arah Jaffier, ketua geng the Eagle. Tanpa kata Rajeksa langsung melayangkan tinjunya membuat sudut bibir Jaffier langsung mengeluarkan darah. Jaffier yang tidak terima langsung balas menendang Rajeksa namun ditahan oleh cowok itu, Rajeksa menarik kaki Jaffier dan meninju perutnya membuat cowok itu terjatuh sambil menyemburkan darah dari mulutnya.

Rajeksa berjongkok didepan Jaffier lalu menarik kerah baju cowok itu.

"Apa maksud Lo dan geng Lo ngeroyok temen gue?" tanya Rajeksa dengan nada dingin membuat suasana menjadi mencekam.

"Dia ngehina adek gue dan buat adek gue nangis. Kakak mana yang nggak marah ngeliat adeknya pulang dengan keadaan kacau sambil nangis," sentak Jaffier membela diri.

"Aiden, kenapa Lo ngehina adek dia?" tanya Rajeksa sambil menatap Aiden dengan tatapan mengintimidasi.

"Gue nggak tau adek Lo yang mana tapi kalau adek Lo adalah cewek yang tadi siang nembak gue, gue minta maaf. Gue nggak bermaksud untuk menghina dia tapi cewek itu terus gangguin gue bahkan sampai menggangu kenyamanan orang terdekat gue," terang Aiden.

"Lo dengarkan, adek Lo yang gangguin temen gue, jadi bilang sama adek Lo kalau orang nggak suka sama dia jangan dipaksa dan gue peringatkan sama Lo, jangan nyari masalah sama geng gue kalau nggak mau geng Lo hancur. Camkan itu!"

"Cabut!" perintah Rajeksa membuat semua anggota geng the Wolf yang berada di sana bergerak meninggalkan tempat itu.

Rajeksa segera menghampiri para sahabatnya.

"Ada yang luka parah?"

"Nggak ada, Ja. Cuma luka kecil tapi gue takut kalau pulang dalam keadaan kayak gini, luka gue bukannya sembuh malah nambah," ujar Reihan. Rajeksa dan sahabatnya yang lain sudah sangat hapal jika ibu Reihan tidak suka anaknya terlibat geng-gengan apalagi kalau sampai terluka.

"Gue punya kenalan yang tinggal dideket sini, kita minta obatin sama dia," ucap Rajeksa setelah itu ia segera menaiki motornya dan meninggalkan tempat itu diiringi para sahabatnya.

Mereka berlima berhenti di sebuah gedung apartemen. Rajeksa segera memarkirkan motornya diikuti sahabat-sahabatnya. Mereka berlima naik menggunakan lift menuju lantai 9. Rajeksa berhenti di sebuah apartemen lalu memencet bel namun ditunggu beberapa menit, pemilik apartemen itu masih belum membuka pintu.

Rajeksa yang kesal langsung menggedor pintu apartemen itu, beberapa saat kemudian pintu terbuka menampilkan seorang cewek dengan tatapan ia membunuh lalu berganti menjadi tatapan heran saat melihat kehadiran Rajeksa dan sahabatnya.

"Lo pada ngapain didepan apartemen gue?"

"Hai, neng Kia. Kita sebenernya nggak tau kalau ini apartemen Lo tapi si Raja ngajak kita kesini, jadilah kita ngikut aja," ujar Alvico menjelaskan.

"Kok Lo tau apartemen gue?" tanya Azkia yang ditujukan kepada Rajeksa.

"Nggak penting. Sekarang gue mau minta tolong, obatin kita-kita," jawab Rajeksa dengan nada datar.

"Dih, minta tolong bukannya senyum malah datar kek gitu," gerutu Azkia. "Ya udah, ayo masuk."

Mereka berlima segera masuk dan duduk di sofa ruang tamu, tak lama datanglah Azkia dengan membawa kotak P3K dan meletakkannya diatas meja.

"Siapa yang mau diobati lebih dulu?" tanya Azkia sambil menatap mereka berlima.

"Gue, mereka biar ngobati sendiri," jawab Rajeksa sambil menarik tangan Azkia agar duduk disampingnya.

"Ngokey."

Azkia sedikit menyampingkan tubuhnya agar mudah untuk mengobati Rajeksa. Azkia mengamati wajah Rajeksa yang tak ada luka sedikitpun.

"Nggak ada luka, apa yang harus di obati?" tanya Azkia masih mengamati wajah Rajeksa.

"Oh, berarti nggak ada yang perlu di obati," jawab Rajeksa dengan santai. Azkia menatap bingung kearahnya.

"Ya udah, gue ngobatin temen lo aja."

Rajeksa segera menahan Azkia yang ingin berbalik menghadap Reihan. "Nggak usah, mereka bisa ngobatin diri mereka sendiri," cegah Rajeksa membuat Azkia semakin keheranan.

"Jadi gue harus ngapain?"

"Nggak usah ngapa-ngapain, diem aja disini," ujar Rajeksa sambil menatap Azkia dengan intens.

Azkia yang ditatap seperti itu langsung salting, ia berusaha mengalihkan pandangan agar matanya tidak bertemu dengan tatapan dingin Rajeksa.

🍁🍁🍁

Salam
Ushsn256

RAJAZKIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang