⚾: 3. Hunian baru.

43.6K 1.8K 316
                                    

Tandain typo 📌

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tandain typo 📌.

3. Hunian baru.

Jam telah menunjukkan pada pukul delapan belas lewat dua puluh sembilan menit, sore hari, yang akan segera menjelang pada malam hari.

Tak ada penyambutan dari sang senja untuk saat ini, sebab ibukota Jakarta tengah di landa oleh guyuran hujan yang amat sangat deras. Padahal, gadis yang saat ini tengah berdiri di tengah-tengah pintu yang menuju pada balkon kamarnya itu, tengah menanti fenomena senja atau lembayung senja. Ketika langit yang berwarna keemasan di saat matahari mulai terbenam, sehingga menampakkan keindahan pada langit di petang hari.

Lantas saja, gadis yang tengah menunggu itu, berdecak malas. Padahal sudah lama ia menunggu hujan ini reda dari beberapa jam yang lalu, setelah ia selesai membenahi barang-barangnya.

Menghembuskan nafasnya sejenak, rasa bosan, dan malas kini mulai menghampiri dirinya. Tak ayal pula, ia juga sedikit tak nyaman dengan hunian yang baru setengah hari ia tempati. Sebab, yang katanya rumah ini telah ditinggal cukup lama oleh pemilik sebelumnya. Memikirkan hal-hal aneh, ternyata mampu membuat bulu kuduk gadis itu meremang. Merinding atas pikirannya yang tiba-tiba saja berkelana kemana-mana.

Lantas saja gadis itu mengusap tengkuknya, mengapa pula film-film horor yang telah lama sekali ia tontoni, kini malah hinggap tak terkendali. Sehingga bayang-bayang itu mulai merambat memenuhi isi kepalanya.

"Lo kenapa?"

"Anjing!" umpatan kasar lolos begitu saja, ketika seseorang menepuk pundaknya dan dibarengi pula suara bariton yang lumayan sangat besar.

"Lah? Malah ngumpat?"

Mengusap dadanya dengan gusar. Sumpah demi apapun, ia paling tak suka ketika sedang termenung dan fokusnya teralihkan seperti ini, tiba-tiba saja seseorang entah darimana datang dan mengagetkan dirinya.

Lantas Azel memutari badannya, menghadap kearah pemuda itu. "Kak! Lo apa-apaan sih?! Ngagetin tau, nggak!" ucap Azel geram, sambil memelototinya.

Bukannya merasa bersalah, pemuda yang disebut 'kakak' tadi, malah me-nyengir tanpa dosa. Azel yang melihat itu, malah merasa dongkol dibuatnya.

"Kak, lo, iihhh ...!" Tanpa rasa kasihan pun, Azel langsung saja meraih rambut pemuda itu, dan mulai menariknya dengan kuat. Ini adalah senjata terampuh yang ia miliki, ketika tengah merasakan kesal, dan tak bisa melampiaskannya dengan cara apapun.

"Sshhh ... Azel Azel, sa-kit!" Desis pemuda itu, menahan rasa sakit di kulit kepalanya. Benar-benar sakit, seakan rambut beserta kulitnya akan terangkat. Tercabut dengan begitu sadisnya.

BASE OBSESS!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang