⚾: 10. Menerima tantangan.

13K 699 453
                                    

-Happy Reading-

Tandain typo 📌.

Tandain typo 📌

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

10. Menerima tantangan.

Waktu telah tertuju pada pukul 19.00. tepat pada angka tujuh malam. Dan Azel, baru saja turun dari motor BeAT Street yang telah memuat dirinya hampir seharian ini. Membawanya ke sana ke mari, sesuai arahan si pengemudi motor.

"Makasih kak, udah nganterin aku," ucap Azel, tersenyum tipis pada pemuda yang masih mengenakan helm full face tersebut. Menatap Sagara, yang masih terduduk di atas motornya.

Sagara pun lekas melepaskan helmnya, lalu berucap, "Sama-sama," jawab Sagara, sambil memandangi Azel pula. "Udah malam, maaf baru nganterin lo pulang sekarang."

"Eh ... nggak pa-pa kak, harusnya aku yang minta maaf, udah ngebuat kakak repot karena kecerobohan aku tadi siang," balas Azel, menyanggah pada permintaan maaf Sagara.

"Ini kak, helmnya. Sekali lagi makasih." Mengembalikan helm yang telah seharian ia kenakan kepada sang pemilik, tak lupa pula ucapan terima kasihnya sekali lagi.

Sagara menatap kearah helm yang disodori Azel, hanya menatap tanpa niat mengambil dari tangan gadis itu, hingga menimbulkan kebingungan bagi Azel.

"Kak?" panggil Azel, menatap heran pada Sagara yang hanya terdiam memandangi helm yang tengah ia pegang.

"Simpan aja dulu, besok gue datang ke sini lagi buat jemput lo," tolak Sagara. "Besok kita berangkat ke sekolah bareng, gapapa 'kan?" lanjutnya, bertanya kepada gadis di hadapannya.

"Bo-boleh," ucap Azel, mengangguk kaku, karena tak menyangka pemuda itu akan mengatakan kalimat yang agak membuatnya sedikit terkejut.

"Kalau gitu, sampai besok." Tersenyum, sembari mengenakan kembali helmnya. "Gue duluan dulu kalo gitu, masih ada urusan," pamit Sagara. Menaikkan standar motornya, kemudian menyalakan mesin motornya.

Azel hanya memerhatikan, sampai akhirnya pemuda itu mulai menjalankan kendaraannya dan secara perlahan menghilang dari pandangannya.

"Gila!"

"Siapa yang gila?"

Tersentak kaget, ketika dari arah belakangnya tiba-tiba saja ada seseorang yang berbicara. Segera saja Azel berbalik untuk melihat sang pemilik suara. "Papah? Sejak kapan Papah ada di sini?" tanya Azel.

"Sejak kapan apanya, hm?" Pria paruh baya itu kini mulai bersedekap dada, sembari mengamati anak gadisnya yang baru saja kepergok pulang dengan seorang pemuda.

BASE OBSESS!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang