Pengakuan (END)

3.5K 185 12
                                    

Mungkin aku sudah benar-benar gila, tapi biarlah aku tidak peduli. Dicoba untuk menjauh darimu adalah kesalahan besar yang malah membuatmu menjadi menghantui pikiran ini. Saat ini yang ku inginkan hanya terus berada di sisimu. Walaupun perasaan ini tak terbalas tak mengapa, karena hanya dirimu yang mampu membuat hati ini terus memanggil namamu..... Azizi Asadel.


"Luka kamu gimana kak Zee?" ucap Marsha.

"Kayaknya sih udah mulai kering nih Sha" jawab Zee.

"Pinter juga kamu bisa perban sendiri"

"Ini dibantu Adel tau"

"Adel?"

"Iya hehe"

"Aku seneng akhirnya hubungan kamu sama Adel perlahan bisa jadi baik lagi"

"Iya, aku juga ga nyangka sekarang dia udah mulai mau banyak ngobrol sama aku. Kemarin dia bilang bakal coba lupain kejadian tentang kecelakaan mama, dan dia sadar ga ada yang harus disalahin lagi dari kejadian ini. Tapi aku masih tetep merasa bersalah"

"Kak Zee gimana sih Adelnya udah sadar sekarang malah kamu yang jadi gini. Kamu ga salah kak Zee, semua itu udah menjadi takdir yang ga bisa kita ubah"

"Kalo aja waktu itu aku ga ngerengek paksa mama buat beli mainan yang sama kayak Adel, mama pasti masih ada di sini Sha" ucap Zee lirih.

"Bukan salah kamu, itu semua takdir dari tuhan. Udah ya jangan merasa bersalah lagi, yang ada tante di surga nanti malah sedih. Sekarang yang harus kamu lakuin tetap berhubungan baik sama adik kamu" ucap Marsha sembari menggenggam tangan Zee.

"Iya, makasih Sha udah ada di samping aku dan berkat kamu juga Adel bisa jadi berubah kayak gini sama aku" ucap Zee.

"Kalo kamu akhirnya bisa berbaikan sama Adel kayak dulu, orang pertama yang paling bahagia adalah aku" ucap Marsha sambil tersenyum.

"Makasih ya Sha" ucap Zee tersenyum dan membalas genggaman tangan Marsha dengan lebih erat.

"Mmm ini boleh ga sekarang aku lepas aja perbannya? Soalnya udah ga betah" sambung Zee.

"Oh yaudah coba aku cek dulu ya lukanya kak Zee" jawab Marsha.

Setelah hampir empat hari akhirnya luka di lengan Zee sudah mulai membaik dan Zee sudah tidak lagi memakai perban. Hari demi hari terus berjalan dengan baik, kini hubungan Zee dan Adel perlahan telah kembali seperti hubungan mereka saat masa kecil, Adel pun sudah mulai memanggil Zee dengan awalan kata "kak" di depan namanya. Ashel pun yang semula seperti kutub utara dan selatan dengan Adel, sekarang makin terlihat akrab dan sering melempar candaan satu sama lain saat sedang berkumpul. Christy, tidak ada yang berubah dari diri seorang Christy, dia tetap menjadi orang yang selalu "berdebat" dengan Zee. Sementara Marsha, yang berubah adalah perasaannya kepada Zee, yang semula di level medium sekarang berubah menjadi level maksimal.


"Zeemangat Zizoy noob!!!" teriak Christy yang melihat Zee sedang melakukan check sound pada gitar listriknya. Zee pun memberikan tanda jempol oke-nya kepada Christy.

"Sudah siap broskie?" ucap Miko kepada kedua teman band-nya.

"Siap?" ucap Angga menoleh kepada Zee.

"Siap!" saut Zee penuh semangat.

"Sebelumnya thank you so much Zee, lo udah mau gabung di band ini. Gue bener-bener seneng banget bisa jadi bagian dari band keren ini sama kalian" ucap Angga.

"Walaupun sebentar lagi kita bakal pisah, gue sama Angga bakal lulus dari sekolah ini tapi gue mau band kita tetep jalan kedepannya" ucap Miko.

"Gue juga seneng bisa menjadi bagian dari band ini, karena band ini juga gue bisa nyalurin bakat yang gue punya dan gue jadi banyak belajar hal lain juga di band ini. Thank's Ngga, Mik." ucap Zee.

DENIALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang