Saat ini mereka berdua sudah sampai di rumah Zee, dan langsung menuju kamar Zee.
"Kak Zee.. aku pulang ke rumah aku aja deh" ucap Marsha dengan suaranya yang sedikit serak.
"Kenapa? Nginep di sini dulu aja, nanti aku yang izinin mama papa kamu, minta nomornya biar aku telepon" jawab Zee.
"Ga usah kak Zee, sebenarnya aku emang udah izin nginep hari ini, mmm... aku.. aku.." ucap Marsha dengan terbata-bata.
Marsha memang telah berbohong kepada kedua orang tuanya kalau malam ini iya akan menginap di rumah Adel yang kenyataannya adalah ia akan ke motel. Kemudian tangisnya pecah lagi, posisi yang semula berdiri kini perlahan jatuh terduduk, iya memeluk tubuhnya sendiri sambil menenggelamkan wajahnya pada lututnya. Zee yang berada di depannya langsung menghampiri Marsha.
"Aku udah ngelakuin kesalahan besar kak Zee, aku udah kotor, aku bodoh." ucapnya sambil menangis.
"Hei Marsha jangan nangis lagi. Marsha.. liat aku sekarang, kamu aman di sini" Zee langsung memegang wajah Marsha, menghapus air matanya.
"Maafin aku kak Zee.. maaf.." ucap Marsha masih tidak bisa menahan tangisnya. Zee masih terus mengusap lembut wajah Marsha mencoba menenangkannya. Di saat itu secara tidak sengaja Zee melihat ada tanda merah pada leher Marsha.
"Sha leher kamu kenapa kok merah gini? Ini..??" Zee mencoba mengusap tanda merah di leher Marsha tapi ternyata tidak bisa hilang. Marsha pun kaget, dan langsung berdiri melihat lehernya di depan cermin. Ia tidak percaya dengan apa yang ia lihat, bekas tanda merah itu sangat jelas terlihat di lehernya. Marsha pun menangis kembali sejadi-jadinya. Dipukul-pukulkannya tubuhnya sendiri dengan kedua tangannya. Zee yang melihat Marsha seperti itu langsung menahan kuat tangan Marsha.
"Berhenti Sha, jangan kayak gini, plis stop" ucap Zee. Zee melihat kondisi Marsha lebih kacau dari sebelumnya, ia pun tahu sebenarnya maksud dari tanda merah itu. Zee membiarkan Marsha beberapa menit untuk kembali tenang sembari memegang tangan Marsha. Ia tatap diri Marsha dengan rasa kasihan bercampur sedih, ia ingin benar-benar tahu apa yang sebenarnya terjadi.
"Aku hampir ngejual diri aku sendiri kak Zee" ucap Marsha pelan. Zee yang mendengar itu langsung kaget.
"Maksud kamu apa? Sekarang coba ceritain semuanya ke aku Sha, aku akan dengerin semuanya"
"Aku putus asa, aku butuh uang kak Zee, udah tiga kali aku dapat teguran dari guru untuk segera melunasi uang SPP, dan ayah aku juga lagi butuh uang untuk berobat. Kemarin aku ikut casting, tapi aku gagal, aku juga udah coba lamar kerja part-time tapi sampai saat ini belum juga dapat panggilan. Akhirnya aku mutusin untuk melakukan ini. Aku dapat info pekerjaan ini dari internet, dan aku langsung diminta untuk ke motel malam ini" Marsha mulai memberanikan diri untuk menceritakan semua kejadian yang ia alami kepada Zee, sementara Zee yang mendengarnya kini ada perasaan kesal dan sedih karena ia tidak peka selama ini kepada kondisi Marsha dan tidak bisa membantunya, pasalnya Marsha sudah ia anggap seperti keluarganya sendiri sejak kecil.
"Terus kamu udah ngelakuin sejauh mana sama laki-laki itu?" tanya Zee dengan perasaan yang campur-aduk.
"Aku belum sampe berhubungan badan, karena aku langsung sadar kalo ini salah mangkanya aku langsung kabur tadi, tapi..."
"Tapi apa?"
"Dia udah nyentuh tubuh aku, aku udah kotor kak Zee" ucap Marsha yang siap untuk menangis kembali. Zee hanya menghela napas beratnya. Ia langsung memeluk tubuh Marsha lalu berkata,
"Udah terjadi, mau gimana lagi, se-enggaknya terima kasih kamu udah sadar di waktu yang tepat, untuk kedepannya tolong jangan diulangin lagi Sha, dan maafin aku karena aku ga peka dengan kondisi kamu, aku minta maaf Sha" ucap Zee yang akhirnya ikut menangis. Marsha tidak bisa berkata apa-apa lagi, ia hanya terus menangis dipelukan Zee.
Setelah mereka berdua mulai tenang, Zee melepaskan pelukannya. Marsha kaget melihat Zee yang ternyata juga menangis dan langsung membasuh air mata Zee dengan tangannya.
"Kak Zee jangan nangis juga dong, kenapa kamu ikutan nangis?"
"Aku sedih aku udah ga peka sama keadaan kamu"
"Gapapa kak Zee lagian aku juga gamau ngerepotin, kamu sama Adel udah banyak bantu aku selama ini"
"Janji Sha kamu jangan ngelakuin hal ini lagi ya seburuk apapun keadaan kamu nanti"
"Iya aku janji kak Zee, aku juga menyesal karena udah ngelakuin perbuatan itu"
Setelah semua curahan tentang kejadian yang Marsha alami kepada Zee, sekarang mereka sudah dalam kondisi lebih tenang dari sebelumnya. Mereka pun segera bersih-bersih untuk tidur mengingat ini sudah sangat larut.
Saat ini mereka sudah berbaring di atas kasur.
"Sekarang kamu tidur ya Marsha, kamu udah kelihatan lelah dari tadi. Lupain kejadian yang ga mengenakan hari ini, dan jadi versi kamu yang lebih baik lagi besok" ucap Zee kepada Marsha yang berbaring di sampingnya.
"Iya, makasih ya kak Zee kamu udah baik banget ke aku selama ini, aku beruntung punya kamu" jawab Marsha. Zee lalu mengelus kepala Marsha.
"Yaudah sekarang kita tidur ya" ucap Zee.
"Iya, good night kak Zee" saut Marsha dan langsung tidur membelakangi Zee, lalu ditariknya selimut menutupi seluruh tubuhnya. Badannya terlihat seperti meringkuk di dalam selimut.
Zee masih memandangi Marsha yang berada di sebelahnya. Dia kebingungan dengan posisi Marsha, dan bertanya dalam batinnya apakah Marsha benar-benar sudah lebih baik.
"Sha.. kamu udah tidur?" tanya Zee pelan ingin memastikan apakah Marsha sudah tidur. Tidak ada jawaban, akhirnya Zee memutuskan untuk menarik selimutnya bersiap untuk tidur tapi semenit setelah ia memejamkan matanya, terdengar suara isak Marsha di sebelahnya. Zee membuka matanya kembali dan melirik ke arah Marsha.
"Sha.. kamu belum tidur?" tanya Zee sambil mengelus selimut yang menutupi kepala Marsha. Bukannya menjawab, Zee malah lebih jelas mendengar isak tangis Marsha dari balik selimut. Kemudian di buka paksa selimut yang menutupi seluruh tubuh Marsha, terlihat Marsha yang kembali menangis.
"Sha.. kenapa nangis lagi? Udah jangan nangis lagi Marsha" ucap Zee sembari memegang wajah Marsha masih dalam posisi Marsha membelakangi Zee.
"Aku gatau besok akan seperti apa kak Zee, aku takut untuk ketemu orang tua aku" saut Marsha.
"Besok aku anter kamu pulang ya, anggap ga pernah terjadi hal ini nanti, kamu harus bisa lupain ini Sha, dan yakin janji ke diri kamu sendiri kalo kamu akan menjadi Marsha yang lebih baik lagi" ucap Zee meyakinkan Marsha.
"Udah dong Sha lihat nih mata kamu udah bengkak banget, hidung kamu juga udah merah tuh kayak tomat dari tadi nangis mulu, ga kasian sama diri kamu sendiri? Udah ya berenti nangisnya, sekarang kamu bobo" ucap Zee mencoba menenangkan Marsha.
"Mmm kak Zee muka aku jelek ya?" ucap Marsha sambil menyeka air matanya.
"Iya" goda Zee.
"Aaaa kak Zee" rengek Marsha.
"Haha engga kok engga kamu masih cantik Marsha" saut Zee.
Mereka berdua pun tertawa kecil.
"Sambil peluk bobonya boleh?" tanya Marsha yang sudah membalikan badannya menghadap Zee.
"Boleh" jawab Zee sembari merentangkan lengan kanannya dan menyusupkan diantara leher Marsha untuk dijadikan bantalan. Akhirnya mereka berdua pun tidur dengan posisi berpelukan. Saat Zee sudah memejamkan mata ia jadi teringat masa kecilnya dengan Adel yang dulu juga suka minta dipeluk oleh Zee saat ingin tidur. Zee pun menyembulkan senyum kecilnya sambil memejamkan mata.
Preview
Keesokan harinya..
Adel langsung mencengkram leher baju Zee dan mendorongnya ke tembok.
"Lo apain Marsha?!" ucap Adel dengan tatapan marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
DENIAL
Short Story"Mendengar perkataan Zee, Adel seketika menggenggam erat kerah baju Zee. Mata mereka saling menatap penuh benci" "Aku selalu ada disamping kamu Marsha. Adel menepuk lembut pundak Marsha"