Pagi ini Adel sedang melakukan aktifitas rutinnya jika sedang libur sekolah yaitu berolahraga, dengan memakai kaos polos lengan pendek serta celana pendeknya ia bersiap untuk menaiki alat treadmill yang berada di ruangan khusus di dalam rumahnya. Tidak lupa ia memakai earbuds ditelinganya, baginya musik dan olahraga adalah perpaduan yang pas untuk menciptakan semangat yang lebih, kemudian ia pun menyetel musik dari band kesukaannya yaitu Keshi.
"don't lie baby don't lie
his love never felt right..."
Berbarengan dengan lagu yang sudah melantun di telinganya, Adel mulai melangkah pelan di atas alat treadmill, kecepatan sudah cukup menurutnya, ia ingin olahraganya hari ini cukup santai. Adel sangat menikmati olahraganya yang sudah berjalan sekitar 15 menit itu. Hanya musik dari band Keshi yang masih ia dengarkan sejauh ini, lalu ia teringat oleh Marsha. Keshi adalah band favorit Adel juga Marsha, jika mereka sedang bermain bersama di rumah atau tempat lain pastinya memutar lagu Keshi dan bernyayi bersama.
"Jadi kangen Marsha.. dia kemana si akhir-akhir ini perasaan kok suka ngilang?" tanya-nya sendiri.
Adel mengambil handuk kecil yang tergantung di atas kursi dekat dengan alat treadmill dan menyeka keringatnya. 60 menit ia rasa sudah cukup untuk olahraga pagi ini. Kemudian ia memutuskan menuju ke kamarnya, tapi saat ingin membuka pintu kamar terlihat pintu dari kamar Zee yang berada tidak jauh dari kamarnya pun terbuka dan ia melihat Zee serta Marsha secara bersamaan keluar dari kamar itu.
"Marsha?!" ucapnya kaget melihat Marsha. Ia lalu langsung menghampiri Marsha serta Zee yang sudah melihat ke arahnya.
"Marsha kok kamu ada di sini?" tanya Adel dengan heran yang sudah berada tepat di hadapan Marsha.
"Del.." ucap Marsha, tapi Marsha langsung melirik ke arah Zee yang berada di sampingnya. Ia bingung harus berbicara apa kepada Adel. Zee pun hanya ikut melirik kepada Marsha dengan diam. Adel pun tambah heran menatap bergantian keduanya dengan suasana yang canggung ini. Lalu mata Adel tertuju ke arah leher Marsha yang ada tanda merahnya di sana. Pagi itu Marsha menguncir rambutnya sehingga lehernya bebas terekspos. Adel menebak-nebak tanda merah apa yang ada di leher Marsha.
Ditariknya Marsha lebih dekat dengannya, dan ia langsung menegaskan tanda merah pada leher Marsha dengan mencoba mengusap dengan tangannya memastikan apakah sama dengan yang ada dipikirannya saat ini.
"Ini.." ucap Adel sembari menatap Marsha dalam dan sedetik kemudian mengalihkan tatapannya ke arah Zee. Zee yang melihat itu langsung menjauhkan Marsha dari Adel.
"Lepasin Marsha" ucap Zee menarik Marsha ke dekatnya. Adel pun yang melihat itu tambah keheranan. Entah apa yang ada dipikirannya, ia langsung saja menarik leher baju Zee dan mendorongnya ke tembok.
"Lo apain Marsha?!" ucapnya dengan tatapan marah.
"Apain apaan maksud kamu?" jawab Zee yang sedikit meringis kesakitan akibat hantaman tubuhnya ke tembok. Marsha yang melihat Adel melakukan itu kepada Zee lantas berteriak dan mencoba melepaskan Adel yang masih mencengkram leher baju Zee.
"Gue tau itu tanda merah apaan. Kalian berdua ngapain hah?!. Kenapa Marsha ada di kamar lo semalem?" ucap Adel.
"Hah?! Kamu mikir apaan Del? Kamu udah salah paham. Lepasin." Saut Zee dan langsung mendorong Adel dengan sekuat tenaga sehingga ia terlepas dari cengkraman Adel.
Sekarang mereka bertiga telah duduk di ruang tamu. Adel memutuskan tidak melanjutkan aksi kasarnya kepada Zee dan akan mendengarkan penjelasan yang sebenarnya dengan kepala dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
DENIAL
Short Story"Mendengar perkataan Zee, Adel seketika menggenggam erat kerah baju Zee. Mata mereka saling menatap penuh benci" "Aku selalu ada disamping kamu Marsha. Adel menepuk lembut pundak Marsha"