16

2.8K 366 53
                                    

Satu minggu berjalan begitu cepat. Renjun terbilang sangat sibuk dengan jadwal kuliahnya. Jangan salah paham, kata teladan tidak cocok untuknya. Lain tidak lain ini adalah soal paksaan mamihnya.

"Kamu beneran sibuk urusan kampus kan? Bukan keluyuran gak jelas kan?" Mamih menyuap nasi goreng di meja pagi ini. Sediki mencerweti anaknya.

"Mamih negatif mulu mikirnya. Orang beneran sibuk, tugas Njun tuh banyak tauk!"

"Ya siapa tau. Jaemin kan lagi gak disini, siapa tau kamu aneh aneh lagi."

Renjun memutar bola matanya malas, "Kenapa bahas dia mulu sih, Mih?"

"Kamu gak dikabarin dia apa? Katanya waktu itu keluar kota seminggu doang. Ini kok belum balik?"

"Nggak tau lah. Ngapain nanya Njun" Jawabnya remeh.

"Jeno juga gak dapet kabar dari Jaemin?" Tanya Mamih

"Enggak Mamih. Udah ah, lagian paling juga sibuk sama kerjaan tuh orang."

"Jangan kira Mamih gak bahas lagi soal perjodohan itu terus kamu anggep perjodohan itu gak jadi. Kalau gak karena Jaemin nunda karena sibuk sama keperluannya, kita udah bahas tanggal minggu ini."

Renjun hanya berdecak. Nasi goreng pagi ini terasa pahit karena diikuti pembicaraan tentang sosok itu.

Omelan Mamih berhenti saat mendapati Jeno bergabung dengan mereka. Pria itu terduduk di samping Renjun untuk menikmati sarapan miliknya.

"Jeno dapet kabar dari Jaemin gak, ya?" Tanya Mamih.

"Eum...enggak tuh, Tante," Jawabnya.

"Ini tante hubungin dari kemarin juga gak ada respon. Coba kamu hubungi yah nanti." Ucap Mamih.

Jeno melirik diam diam ke arah Renjun. Bertemu tatap dengan sosok yang menggelengkan kepalanya dengan tatapan tajam.

"Mungkin emang lagi sibuk aja, Tante." Ucap Jeno.

"Haduh iya nih ya. Gak tau, khawatir aja Mamih nih." Ucap Mamih.

Sarapan pagi itu berakhir cepat. Renjun tak mau berlama lama dirumah dan berakhir diceramahi Mamih soal perjodohan itu lagi.

Di dalam mobil, Jeno dam Renjun asik terdiam. Keduanya sibuk pada pandangan masing masing. Jeno yang menyetir dan Renjun yang menikmati jalanan di sampingnya.

"Mamih tau?" Tanya Jeno tiba tiba.

"Hm? Tau apaan?"

"Soal kita. Pacar boong boongan ini."

"Enggak." Renjun menjawab singkat.

"Kenapa?"

Pertanyaan Jeno membuat Renjun menoleh ke araha nya.

"Ya menurut gue Mamih gak perlu tau aja. Satu satunya target kita cuma Om Jaemin. Pokoknya kalo kita berhasil bikin dia nolak perjodohan ini, Mamih pasti gak akan maksa gue lagi. Kuncinya tuh di dia." Jawab Renjun.

Jeno hanya mengangguk pelan. Yang bisa ia lakukan untuk membantu Renjun hanyalah menjadi pacar bohongan laki laki itu. Ya, semoga usaha mereka bisa membuahkan hasil.

"Gue gak bisa janji apa hal ini bisa ngebantu lo. Tapi gue bakal usaha sekeras mungkin supaya lo bisa lepas dari masalah ini." Ucap Jeno

Renjun tersenyum tipis, "Makasih ya, Jen. Lo emang temen gue yang paling baik."

"Ya. Gue akan jadi temen terbaik lo. Sampai kapan pun." Jeno melirik Renjun yang tersenyum padanya.

• • • 

𝙊𝙈 𝙅𝘼𝙀𝙈𝙄𝙉 • 𝙅𝘼𝙀𝙈𝙍𝙀𝙉Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang