18

2.8K 347 40
                                    

Musim sedang tak menentu akhir akhir ini. Tapi entah kenapa, perasaan Renjun justru dirundung kelabu. Padahal matahari bersinar begitu terang. Tapi hatinya penuh gundah.

"Untuk persediaan model itu, sementara ini kami punya pilihan warna hitam dan abu gelap."

Diantara percakapan kedua orang itu, Renjun berkali kali menarik nafasnya cepat. Kenapa rasanya berdegub sekali. Ini bahkan belum pada acara inti nya.

"Kamu suka warna apa?" Renjun masih asik menetralkan nafasnya yang tidak karuan, "Renjun?"

"Ya?" Jawabnya cepat atas panggilan itu.

"Saya tanya, kamu suka warna apa?" Tanya Jaemin.

"Eumm...biru!"

"Biru? Disini nggak ada pilihan warna biru." Jaemin menatap Renjun yang terduduk berjarak lima meter darinya. Pria itu tampak aneh hari ini.

"Merah deh merah. Atau apa aja terserah." Entah, hari ini ia merasa sangat aneh. Hatinya terasa kurang nyaman.

"Sebentar ya, Mba," Ucap Jaemin. Ia kemudian berjalan ke arah Renjun.

Jaemin mengamati gerak gerik Renjun yang kurang nyaman. Bahkan duduknya terlihat gusar.

"Kamu kenapa? Kamu sakit?" Tanya Jaemin setelah terduduk di samping Renjun.

"Hah? E-enggak. Ini cuma...eum gak pa-pa kok."

"Yakin? Kamu kelihatan gak fokus daritadi. Atau ada masalah?" Tanya Jaemin lembut.

"Enggak. Serius gue gak kenapa - napa."

"Beneran?" Tanya Jaemin untuk kesekian kalinya. Jawaban masih sama, Renjun hanya mengangguk.

Setelahnya Jaemin kembali pada pegawai butik disana. Ia kembali membicarakan keperluannya. Hingga Renjun menyadari kepergian pegawai itu.

Jaemin meliriknya sesaat. Namun saat mata mereka bertemu, Renjun segera mengalihkan pandangannya.

Beberapa menit tanpa suara di ruangan itu. Jaemin menyadari pegawai butik yang kembali dengan dua bawaan di masing masing tangannya.

"Ini untuk yang warna hitam. Bapak bisa pilih beberapa bahan yang berbeda disini. Tidak ada perbedaan signifikan, hanya di bagian tampilan dan kenyamanan aja." Pegawai butik itu mengeluarkan beberapa pasang Jas hitam yang tampak elegan.

Jaemin menyentuh bahan pakaian itu. Menamatkan matanya pada baju baju yang terpampang.

"Renjun, kamu suka yang mana?" Tanya Jaemin. Ia menunjukan dua jas di masing masing tangan. Membiarkan Renjun memilih.

"Eumm...." Renjun menggigit bibir dalamnya.

Tidak. Ia tak bisa memilih.

"Saya nggak masalah yang mana aja. Saya suka semuanya. Kamu boleh pilih yang menurut kamu, kamu suka." Jaemin tersenyum menunggu jawaban Renjun.

Lagi lagi jantungnya berdegub kencang. Keringat dingin masih menuruni pelipis Renjun. Tubuhnya gusar dan tak nyaman.

Diluar dugaan Jaemin. Bukannya menerima jawaban dari Renjun. Pria manis itu justru melangkahkan kaki untuk keluar dari toko. Langkahnya yang begitu cepat disusul Jaemin.

"Renjun tunggu! Tunggu, kamu kenapa?" Tanya Jaemin. Ia berhasil menahan tangan Renjun.

Renjun tampak panik. Wajahnya mengisyaratkan ketidaknyamanan. Ia tampak begitu berantakan saat ini.

"Nggak. Gue nggak bisa. Gue nggak siap, Om."

"Yang tenang. Jelasin pelan pelan kamu kenapa?" Tanya Jaemin. Kali ini pria itu meletakan tanganya di kedua bahu Renjun. Menepuk kecil untuk menenangkan Renjun yang tampak gundah.

𝙊𝙈 𝙅𝘼𝙀𝙈𝙄𝙉 • 𝙅𝘼𝙀𝙈𝙍𝙀𝙉Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang