17

2.7K 354 15
                                    

"Ya. Renjun setuju sama perjodohan ini."

Momen yang sangat penting terlaksana di ruang tengah rumah itu. Setelah beberapa minggu menunggu, akhirnya orang tua Jaemin punya kesempatan untuk datang.

"Syukur deh ya. Kita semua senang dengarnya," Ucap Papah.

"Nah kalau gitu tinggal tentuin tanggalnya aja. Kalian mau acaranya kayak gimana?" Tanya Mamih.

Jaemin dan Renjun melirik satu sama lain. Ada harapan yang dipancarkan Jaemin, ia berharap keputusan ini adalah langkah yang tepat.

"Mih. Boleh gak, acaranya sederhana aja? Njun kan masih kuliah juga. Nanti kalau udah lulus mungkin bisa bikin acara yang lebih besar." Bukan semata mata tak mau. Renjun berharap pernikahan ini tak diketahui oleh seluruh teman temannya di kampus. Ia masih belum siap.

"Iya, Tante. Saya setuju," Sahut Jaemin.

"Ah kalau itu gak masalah, sayang. Yang penting kalian sah aja dulu." Ucap Mamah Jaemin. Ia tersenyum lembut pada Renjun.

Dua wanita paruh baya disana tampak kegirangan dengan rencana ini. Ya, siapa yang tak bahagia jika persahabatan mereka yang sudah terjalin sangat lama bisa menyatukan kedua anak mereka ke dalam sebuah pernikahan.

"Jadi, kalian mau tinggal dimana setelah menikah nanti? Rumah ini sebenarnya bisa kalian pakai, tapi kalau mau beli rumah baru lagi gak masalah. Ya kan, Jaemin?" Ucap Papah.

"Eh gausah. Kita tinggal disini aja gak pa-pa kok. Ya kan?" Renjun menjawab cepat ucapan Papah. Menyenggol lengan Jaemin yang terduduk disampingnya untuk ikut menyetujui ucapannya.

"Iya, Pah," Jawab Jaemin.

"Mamah senang banget dengernya, Renjun. Mamah berharap hal ini bisa membawa berkah buat keluarga kita ya." Ucap Mamah.

"Iya, Tante."

"Eh jangan tante gitu dong. Kan udah siap jadi menantu Mamah. Mulai sekarang panggil Mamah sama Papah aja ya?" Ucap Mamah.

"Iya Mah," Jawab Renjun canggung.

"Nah. Karena ini jadi kabar baik buat kita, gimana kalau nanti malam kita semua dinner? Papah yang reservasi nanti," Ucap Papah.

Mamah dan Mamih mengiyakan dengan cepat. Ya, mau tak mau Renjun dan Jaemin menyetujui.

• • • 

 

Pertemuan siang tadi terasa sangat canggung bagi Renjun. Apalagi ini kali pertama ia bertemu Mamah. Keduanya sudah bersepakat, bahwa pernikahan ini dijalani untuk memenuhi keinginan dua pihak orang tua mereka. Maka seperti yang Renjun katakan sebelumnya, ia akan melampirkan syarat.

"Boleh saya baca dulu?" Tanya Jaemin yang diangguki Renjun.

Satu lembar dalam sebuah map merah itu ia buka. Jaemin mengamati tiap kata yang berbaris disana. Membaca dengan seksama beberapa baris yang berisi syarat syarat.

"Denda?" Tanya Jaemin.

"Ya. Harus ada denda dong. Hidup gue dipertaruhkan dipernikahan ini. Gue gak mau perjanjian ini batal cuma cuma dan gue buang buang waktu jadi pasangan lo."

"Lima ratus juta? Kamu yakin?"

"Udah deh. Lo baca aja apa yang gue tulis disitu. Kalau ada yang keberatan bilang aja. Gue tinggal minta acara pernikahan kita batal." Ucap Renjun remeh.

"Iya. Tunggu, saya ambil bolpoin saya dulu." Jaemin beranjak dari ranjang yang ia duduki tadi.

Renjun terduduk di meja kerja Jaemin. Mengamati pria itu mendekati tas kerjanya dan meraih bolpoin disana.

𝙊𝙈 𝙅𝘼𝙀𝙈𝙄𝙉 • 𝙅𝘼𝙀𝙈𝙍𝙀𝙉Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang