Pagi ini cuaca tampak sedikit mendung, apakah akan turun hujan?
Niken sedang berada di ruang makan dengan roti di tangannya. Ia sebenarnya tak suka sarapan karena sering mengantuk saat pelajaran di kelas. Kalau makan roti aja pasti masih aman kan ya?
Entah memang hari sialnya atau gimana, saat ingin berangkat tiba-tiba saja hujan turun dengan derasnya. Niken mengumpat kecil, ia meraih jas hujan dan mengenakkannya. Jarak dari rumah Niken ke sekolah tidak terlalu jauh namun juga tidak terlalu dekat. Sekitar 15 menit sih kurang lebih, tapi biasanya Niken lebih sering ngebut dengan motor kesayangannya dan itupun jikalau jalanan sepi ya.
Sesampainya di depan gerbang sekolah, senyum Niken terbit secara perlahan. Ah kalian pasti tau karena apa. Tak lain dan tak bukan adalah papasan dengan Rana, haha. Ternyata Rana juga baru sampai bersamaan dengan Niken. Ah sepertinya ini bukan hari sialnya Niken. Parkiran tampak masih banyak yang bolong-bolong, mungkin di karenakan hujan jadinya banyak yang menunggu reda baru mereka berangkat ke sekolah.
Niken ingin menjerit saja rasanya sekarang. Ah tolong, dari sekian banyak tempat parker yang masih ada, Rana malah memarkirkan motornya di samping motor Niken. Omg. Jarak mereka benar-benar dekat sekarang. Sepertinya Niken agak sedikit sesak nafas. Walaupun hatinya sangat menjerit dan senyum di bibirnya tak kunjung memudar namun entah kenapa Niken tidak menunjukkan ciri-ciri bahwa ia salting. Niken pandai menyembunyikannya.
"Mau permen gak?" Aleisha menawarkan beberapa permen kepada Niken, Nomi dan Anggun.
Niken membaca seluruh tulisan yang berada di belakang permen tersebut. Permen cium memang selalu di hati. Tulisan di belakangnya gak pernah salah. "Nah ini dia," Ujar Niken karena menemukan kata-kata yang pas.
"Ada stemple gak?" Tanya Niken kepada Aleisha. Aleisha mengangguk lalu memberikan selembar stempel miliknya. Kalian tau stempel kah? Semacam stiker putih kosong.
Niken meraihnya dan mengucapkan terimakasi. Di ambilnya satu stiker tersebut lalu di tempel pada permen yang ia pegang. "Nom anterin ke parkiran yuk," Ajak Niken tiba-tiba.
Nomi berdecak kesal, "Ngapain sih, nanti aja lah dikit lagi juga istirahat kok." Memang sekarang kelas mereka sedang jam kosong di karenakan guru rapat untuk ulang tahun sekolah.
Niken keukeuh, "Ah ayo dong bentar aja, Nom." Males banget gak sih punya temen kayak Niken?
Nomi bangun dengan terpaksa. Bibirnya menggerutu dengan kesal. Berjalan keluar dengan cepat sambil menghentak-hentakkan kakinya. "Yaudah ayo," Niken tersenyum senang.
"Emang mau ngapain sih?" Tanya Nomi dengan judes. Ia masih kesal kegiatannya saat jamkos di ganggu.
"Ada deh," Jawab Niken santai.
Mereka pun sampai di parkiran. Niken langsung pergi ke arah motornya dan menempalkan permen itu pada motor di sampingnya. Tanpa di beritahu, kalian sudah tau kan.
Dahi Nomi mengerut, "Motor siapa tu?" Tanyanya penasaran.Orang yang di tanya hanya senyum-senyum tak jelas. "Ayo balik ke kelas," Akhirnya.
Puncak Ulang Tahun sekolah akan di adakan dua minggu lagi. Mulai senin depan proses pembelajaran akan di tiadakan dan di isi oleh acara lomba-lomba yang sudah di siapkan oleh pihak sekolah.
Keadaan kelas Niken sangat bising siang ini. Apalagi Lestari yang terlihat sangat pusing untuk mencatat nama nama temannya yang ingin ikut lomba. Wajar saja karena ia adalah sekretaris kelas.
Lestari menghampiri Aleisha, "Ikut lomba Musikalisasi Puisi ya Al, soalnya ini kurang pesertanya." Bujuk Lestari dengan tatapan penuh harap.
Aleisha tampak berpikir, "Kurang lagi berapa orang?" Tanyanya memastikan.
"Karena aku ikut, jadinya kurang lagi tiga aja." Jawab Lestari.
"Ajak Rani sama Widi juga ya," Tawar Aleisha. Kebetulan Rani dan Rina sangat pandai dalam hal seni. Lestari mengangguk dengan cepat, "Boleh boleh,"
Mereka berdua menghampiri Rani dan Rina untuk menanyakan hal ini. Keduanya setuju. Lalu satu per satu namanya di catat oleh Lestari.
Lestari kembali maju ke depan kelas, "Untuk lomba desain grafisnya siapa?" Bertanya kepada seluruh penghuni disini.
"Ini Kelvin," Sahut salah satu seorang laki-laki yang berada di belakang kelas. Dia Dio. dan yang ditunjuk itu Kelvin. Dio dan Kelvin adalah teman dekatnya Rana. Bisa dikatakan seperti sahabatnya mungkin. Saat Sekolah Menengah Pertama, Kelvin dan Rana berada dalam satu kelas yang sama.
Kelvin juga pintar sekali dalam hal seni. Hampir seluruh katagori seni bisa ia taklukkan. Niken baru tahu, ternyata Rana tak jauh beda darah seni nya dengan Kelvin. Sangat kuat.
---
have a good day luv ♡!
hope u enjoy ...
KAMU SEDANG MEMBACA
for us [end]
Teen Fiction"Pasti sakit kepalanya tidur di meja ngga ada alas," Ujar seseorang dengan raut khawatirnya. Apa yang kalian pikirkan tentang kisah seorang perempuan yang berjuang untuk mendapatkan pujaan hatinya? Murahan? Gatal? Nekat? Itu sempat dirasakan oleh N...