O7 - Matcha VS Tomo

27 2 2
                                    

"Salken Rana,"

"Salken Rana,"

"Salken Rana,"

Niken masih terdiam meresapi semua hal yang terjadi 2 jam yang lalu. Dengan mendaratkan bokongnya pada lantai depan kelas, ia menelaah semuanya lagi.

Dia berkenalan dengan Rana?
Dia? Berkenalan dengan Rana?

Ah, rasanya seperti mimpi. Ia tersenyum kecil. Walaupun singkat, semua yang terjadi pada hari ini adalah hal yang bermakna. Sederhana hanyalah sebuah kata biasa, namun kata biasa itu menjadi luar biasa dengan segala hal yang berhubungan dari hati.

"WE,"

Niken tersentak kaget. Ia menoleh ke sumber suara yang berteriak di dekat telinganya. Alisnya menekuk, "Apa?" Ketusnya karena kesal.

"Rana, Rana apa yang Rana?" Usil Nomi sembari tersenyum menggoda Niken.

"Kok bisa ya?" Niken menghela nafas tak percaya. Hatinya berbuncah gembira.

Nomi mengendikan bahu dan menggeleng, "Anggap aja takdir," Niken tertawa kecil saja.

Aleisha dan Anggun datang menghampiri mereka untuk bertanya tentang hal tadi kepada Niken.

Aleisha tersenyum najis, "Aku tebak pasti khe gak cuci tangan satu minggu Ken," Ujarnya.

Niken menekuk alisnya dan menutupi tersipunya, "Gak gitu juga cuk."

"Pokoknya harus jadian sih kalian," Ujar Anggun dengan sedikit heboh.

Niken berdecak lalu tertawa, "Jauh kali pikiran khe nok." Sahutnya lalu menggeleng heran.

Jelas pasti terbesit di pikiran Niken untuk menjalin hubungan dengan Rana. Tapi rasa insecure itu menggerogoti segalanya. Ngerasa kurang terus buat Rana. Padahal sesama manusia. Namanya juga manusia.

Mereka berempat pun lanjut berbincang mengenai topik yang tak habis-habisnya. Dari sabang sampai merauke di bahas. Gibah gak ada tanda titiknya.

Rani dan Yura menghampiri mereka dengan tergesa-gesa, "Masuk we, udah jam berapa ini." Ujarnya.

Nomi melihat ke arah kejauhan lalu mengambil ancang-ancang untuk lari, "Buk matik cuk." Paniknya sambil menepuk pundak Niken lalu terbirit-birit memasuki kelas. Begitu pula dengan yang lain.

Keadaan kelas menjadi rusuh. Ada yang baru bangun tidur, masih makan, main game dan yang lain-lain.

Namun ternyata, guru tersebut menginformasikan mata pelajaran matematika hari ini di bebaskan. Alias free. Semua bersorak gembira haha. Guru matematika kelas Niken tak segalak gosip kelas sebelah, nyatanya jauh berbeda.

Niken menidurkan kepalanya di atas meja dengan keaadan mata yang sangaaaaat ingin terpejam. Namun Nomi dan Aleisha masih sibuk menceritakan segala hal lucu kepada Anggun yang berada di sampingnya.

Perlahan lahan mata Niken sudah mulai terpejam sempurna. Kesadarannya menghilang. Perbincangan teman-temannya mulai samar di indra pendengarannya.

Bertepatan dengan Aleisha terlelap, tiga orang laki-laki memasuki kelasnya dengan santai seperti memasuki rumah sendiri.

Rana, Dio, dan Grasta.

Aleisha dan Nomi seketika memandang satu sama lain. Mereka berdua kompak menoleh ke arah Niken yang tidur dengan damai. Saking enaknya, Niken tidur dengan posisi menganga.

"Udah, diemin aja. Jadi kita bisa nguping apa yang meraka bicarain." Ujar Anggun dengan suara kecil. Ia mengira teman di depannya ini akan membangunkan teman sebangkunya. Aleisha dan Nomi mengangguk seadanya. Niatnya bukan membangunkan Niken sih, hanya ... sedikit waspada.

for us [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang