O6 - Senin Nyenengin

28 4 4
                                    

Hari demi hari Niken lalui dengan jalan yang di tentukan oleh alam. Niken masih sering meletakkan permen atau secarik surat yang berisi tiga sampai empat patah kata di motor Rana. Reaksi Rana pun masih sering Niken lihat terkadang jikalau mereka berpapasan saat pulang bersama. Namun ternyata tingkah laku Niken membuat Rana sangat amat penasaran dengan siapa sosok di balik semua ini.

Hari senin hari yang paling di benci semua orang. Tidak termasuk Niken, hehe. Karena hanya saat berada di sekolah lah Niken bisa melihat pujaan hatinya. Kalau soal pelajaran ... hm mau gimana lagi, semuanya harus di perjuangkan agar mencapai hal yang di inginkan. Sama halnya seperti Rana ini, harus di perjuangkan. Tapi ... akankah Niken mendapatkannya ?

Niken merebahkan kepalanya di meja belajar kelas dengan ponsel yang berada pada tangan kanannya. Melihat beranda-beranda di Instagram cukup membuatnya bosan.

Aleisha menghampiri dan bertanya "Khe masih naruh naruh permen di motor Rana kan?"

Niken menoleh kepada sumber suara "Masih, kenapa?"

"Kuat juga khe sama kulkas berjalan gak jelas gitu," Ujar Aleisha sembari menepuk bahu Niken pelan.

Niken berdecak lalu kembali melanjutkan kegiatannya di Instragram.

"Tapi ya Ken, cerita khe di liat liat kayak kisah dunia oren anjir." Ujar Aleisha.

Niken mengangkat kepalanya lalu mengernyit, "Maksud khe?"

Aleisha mengangguk, "Iya cuk, kayak cewek yang berjuang buat dapetin cowok yang dia suka terus endingnya jadian deh." Lanjutnya dengan seru.

Niken tertawa pelan, "Tapi yang ini kan kita ngga tau endingnya gimana,"

Aleisha berdecak kesal, "Tapi kan-"

Ucapannya terhenti karena terdapat tiga orang laki-laki memasuki kelasnya. Bola mata kedua gadis itu membulat terkejut. Mereka diam terpaku dan tak tau harus bagaimana. Dua orang laki-laki menyusul lagi setelahnya.

"Anjir," Umpat Niken dengan suara kecil.

Rana, Dio dan Grasta. Sial. Niken jadi salah fokus akan ketampanan paras Rana yang tak bisa di ungkapkan dengan kata-kata lagi. Di tambah lagi dasinya menggantung dengan bebas di lehernya. Ingin sekali Niken menghampirinya lalu membuatkannya simpul dasi yang benar. Sial, halu apa lagi ini.

Mereka bertiga datang dengan tatapan yang tak bisa di artikan. Seperti ... mencari seseorang namun tak tau seseorang itu siapa. Di susul oleh Edo dan Bayu setelahnya. Ekspresi mereka sama. Dari sekian banyaknya kursi kosong yang ada di wilayah belakang, Rana dengan santainya memilih duduk di meja. Sungguh tidak sopan, tapi kok makin ganteng sih anjir.

Terdengar suara langkah lagi memasuki kelas ini. Benar saja, ternyata Kelvin. Alis Niken mengernyit dengan ekspresi panik di wajahnya. Kalian tau kenapa? Kelvin datang lalu seakan-akan mengkode dengan mata ke arah Niken namun tatapannya ke arah Rana dan yang lain. Ah, bebelit. Ngerti ngga ya kalian ...
Seakan-akan Kelvin memberi tahu Rana dan yang lain bahwa 'seseorang' itu ada di antara Niken, atau memang Niken sendiri.

Aleisha melihat hal itu dengan jelas, "Anjir anjir gimana dong." Ia panik tak terkendali.

Niken berusaha mengatur detak jantungnya dengan perlahan. Ia menggeleng tak tahu. Nomi datang di antara suasana sangat tidak kondusif ini dengan senyum yang sumringah. Namun karena wajah kedua temannya itu seperti ingin throw away water big ia jadi bertanya-tanya.

Nomi mendekat setelah meletakkan tasnya, "Kenapa we?"

Mimik bibir Niken berkata tanpa suara, "Ada Rana."

Pandangan Nomi beralih ke arah belakang. Ia melihat Rana dan yang lainnya sedang membicarakan suatu hal. Seperti merencanakan sesuatu.

Nomi menepuk pelan pundak Niken, "Tenang aja say,"

for us [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang