Ikatan antara jiwa kita adalah hubungan yang kuno. Itu menghubungkan masa depan yang samar dengan masa lalu yang kelam.
Hunter
Ketika keduanya melangkah masuk ke dalam unit apartemen Xiao Hua, aroma menenangkan dari bunga mawar menyambut mereka. Aroma ini memang cocok dijadikan sebagai pengharum ruangan tapi Hei Yanjing tidak mengira bahwa pilihan Xiao Hua bisa semanis ini.
"Wow, rumah yang menyenangkan," dia berkomentar saat mengedarkan tatapan ke seluruh ruangan duduk.
"Kau tinggal sendirian di unit sebesar ini?" tanyanya pada Xiao Hua.
Sang tuan rumah mengangguk sambil membuka jasnya, lantas meletakkannya di sofa. Dengan isyarat tangan, ia mempersilakan Hei Yanjing untuk duduk.
"Kalau aku tahu ada seorang pemuda tinggal sendiri di samping unit apartemen yang aku sewa, mungkin aku akan memikirkan untuk tinggal berdua denganmu," ujar Hei Yanjing tanpa sungkan.
Xiao Hua tertawa hambar. Dia duduk di sisi lain meja kaca, menghadap ke arah sang tamu. Dia mencoba bersikap santai dan duduk menumpangkan kaki.
"Omong kosong. Kita tidak saling kenal sama sekali," sahut Xiao Hua, menertawakan pemikiran konyol Hei Yanjing. "Bagaimana bisa tiba-tiba kau meminta untuk tinggal bersamaku?"
"Yah, tapi kita sudah saling kenal sekarang." Hei Yanjing mengeluarkan paper cup dan meletakkan satu di depan Xiao Hua dan satu untuk dirinya sendiri.
"Ini kopimu. Aku tidak tahu apa seleramu. Jadi, aku membeli kopi Vienna, pelayannya bilang ini menu terlaris bulan ini," katanya.
Xiao Hua menatap paper cup di atas meja, tapi sebenarnya pikirannya melayang ke tempat lain. Kotak misterius itu masih menghantuinya.
"Tuan Xie, kau terlihat lebih pucat dibanding saat kau berangkat tadi pagi," Hei Yanjing berkomentar, meneliti wajahnya.
Mengapa pria aneh ini cerewet sekali, batin Xiao Hua tidak paham.
"Benarkah?"
"Ya. Kau pasti sangat lelah."
Xiao Hua mengangkat alis, menatap Hei Yanjing. Dalam hati ia menilai bahwa pria ini seorang teman yang ramah, tampaknya pria sejati, dalam setelan hitam membosankan dengan rantai emas terpasang di saku jeansnya. Di mana ia melihat pria seperti Hei Yanjing akhir-akhir ini? Seorang pria dengan bentuk mulut dan hidung yang tajam, dan mata misterius yang tersembunyi di balik lensa hitam. Dia tidak lebih muda darinya, mungkin lebih tua beberapa tahun, dan saat ia memperhatikan lebih lama, aura maskulin dan tangguh dari pria hitam ini terpancar kuat. Untuk beberapa alasan yang sulit dijelaskan, Xiao Hua merasa bahwa ia sepertinya bisa berteman dengan Hei Yanjing. Dia tampak cukup bisa diandalkan.
"Ya. Pekerjaanku seringkali mengharuskan aku mengalami hal-hal ganjil," Xiao Hua bersuara.
"Kau berurusan dengan artefak berusia ratusan tahun?"
"Hmmm."
Hei Yanjing meneguk kopinya lalu meneruskan bertanya, "Seperti penggalian artefak kuno di Asiri? Penggali menemukan batu berukir gambar mahluk yang mengerikan. Aku pernah dengar tentang itu. Kabarnya ukiran mahluk itu adalah Pazuzu, simbol paganisme yang melambangkan setan, dan akhirnya si penggali mengalami kerasukan."
"Tidak seekstrim itu," sahut Xiao Hua, membungkuk sedikit untuk meraih gelas kopinya. "Aku tidak pernah kerasukan."
"Oh, bagus kalau begitu. Apa bekerja di museum dengan dikelilingi benda-benda kuno adalah impianmu?" Hei Yanjing menutup pertanyaan dengan senyum tipis dan geli, seakan hal itu adalah lelucon. Di depannya, Xiao Hua nyaris tersinggung, mengingat bahwa dia memang memiliki minat yang besar terhadap segala jenis artefak kuno, dan melakukan bisnis terkait hal semacam itu. Untungnya, dia tidak memiliki energi untuk merasa kesal atau marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐚𝐮𝐫𝐢𝐭𝐢𝐚𝐧 𝐌𝐨𝐨𝐧𝐫𝐢𝐬𝐞 (𝐇𝐞𝐢𝐡𝐮𝐚)
Fanfiction[ 🏆𝐑𝐞𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠 𝐥𝐢𝐬𝐭 𝐖𝐈𝐀 𝐩𝐞𝐫𝐢𝐨𝐝𝐞 #6 ] [ 🏆𝐅𝐞𝐚𝐭𝐮𝐫𝐞𝐝 𝐒𝐭𝐨𝐫𝐲 𝐖𝐈𝐀 𝐩𝐞𝐫𝐢𝐨𝐝𝐞 #6 ] Gairah dan obsesinya pada artefak kuno telah membawa Xiao Hua ke banyak tempat di berbagai negara, dan Phoenix City merupakan persingga...