Chapter XXIV

301 36 8
                                    

Petugas keamanan menghentikan mobil Jiasha untuk memeriksa. Itu semacam formalitas, sesekali terlewatkan, terutama bagi kendaraan yang sudah mereka kenal baik dan merupakan bagian dari staff museum. Mereka sedikit curiga pada sosok tak dikenal yang tiba-tiba saja sudah berada dalam mobil Jiasha.

"Selamat malam," petugas keamanan menunduk pada kaca kemudi.
"Kukira Anda sudah keluar sejak tadi."

Jiasha menurunkan setengah kaca kemudi. "Aku kembali untuk memeriksa ulang satu dari benda kuno."

Petugas itu melirik Hei Yanjing yang mengangkat tangan dan meletakkan sekilas di tepi alis. Seperti sikap menghormati tapi dilakukan dengan seringai sinis.

"Siapa dia?" Si petugas mengernyit curiga.

"Dia kawan Boss Xie. Aku butuh bantuannya untuk beberapa hal," Jiasha membuat alasan.

"Kami tidak melihatnya datang."

"Dia bersamaku."

Hei Yanjing berdehem, menyadari kecurigaan terfokus padanya, selain karena orang asing, dia memancarkan aura bajingan tengik yang mengundang kecurigaan siapa pun.

"Izinkan kami keluar dengan cepat. Ini mendesak," ia menyela, datar tapi cukup tegas.

Alih-alih mundur dan membiarkan mobil itu lewat, petugas melirik ke kursi belakang di mana Jiasha meletakkan Dybbuk dan menutupinya dengan selembar kain putih. Wajah si petugas jelas sekali diselimuti kebingungan, mulutnya nyaris terbuka untuk menanyakan sesuatu, tapi sebelum ia mengeluarkan kata-kata, Hei Yanjing mendahuluinya.

"Benda itu milik Boss Xie. Kami akan mengantarkan ini ke tempatnya. Dia juga berjanji akan memberi kalian bonus jika membantu mempermudah jalan kami."

"Bonus?"

Hei Yanjing mengangkat sudut bibirnya, membuat kode dengan jari tanda sejumlah uang.

"Ini sudah larut. Kami akan terlambat. Mundurlah," desak Jiasha.

Melirik Hei Yanjing sekali lagi, petugas keamanan mundur dari mobil Jiasha dan memberi tanda untuk mengangkat portal.

"Terima kasih," Jiasha tersenyum lega.

"Jangan lupa bonusnya," celetuk si petugas, disambut kekehan geli dari Hei Yanjing.

Mobil sedan silver itu turun ke jalan raya yang mulai lengang dan melaju kencang. Untuk sesaat Jiasha merasa bingung dengan dirinya sendiri yang dengan begitu mudahnya dipengaruhi pria hitam misterius dan melakukan tindakan pemindahan koleksi kuno tanpa izin. Ini jelas mengandung resiko dan ia bisa saja dikenakan sanksi. Akan tetapi kabar menghilangnya Xiao Hua dan juga provokasi Hei Yanjing, membuatnya nekad melibatkan diri.

"Sir, kau menjanjikan tips pada petugas keamanan. Mereka akan mencarimu di lain hari," ia membuka pembicaraan karena dilihatnya Hei Yanjing duduk diam dengan wajah mengeras. Sungguh berbeda dengan sikap menjengkelkan yang dia tunjukkan di depan petugas keamanan barusan.

"Untuk apa mereka mencariku, aku tidak akan kembali ke sana. Dan lagi, aku tak akan mengeluarkan satu sen pun."

"Lalu siapa yang akan membayar tipsnya?"

"Boss Xie-mu." Hei Yanjing melirik malas dari balik kacamata hitamnya.

" ..... "

Jiasha hanya mendesah tidak paham, semakin merasa tersesat.

"Jadi ke mana tujuan kita sekarang?"

Jeda sejenak, kemudian Hei Yanjing menjawab, "Gris Gris."

"Pada jam seperti ini?" Jiasha mendesis, "Yang benar saja."

𝐌𝐚𝐮𝐫𝐢𝐭𝐢𝐚𝐧 𝐌𝐨𝐨𝐧𝐫𝐢𝐬𝐞 (𝐇𝐞𝐢𝐡𝐮𝐚) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang