~~
10 Agustus 2021, Surabaya
Dear Dylan
Kejadian di kantin hari ini, membuatku tahu akan satu hal. Bahwa dirimu, tidaklah berubah. Sama seperti dulu. Sama-sama gengsian.
Jujur, aku sakit hati dengan sikapmu. Tapi aku tidak akan menangis hanya karena itu. Justru aku tersenyum dalam diam. Karena, aku jadi semakin yakin, bahwa kamu memang Dylan Anggaraksa, sahabatku
~~
Jam masih menunjukkan pukul 6 pagi, tapi suara deruman motor Kawasaki Ninja 300 milik Alfredo sudah terdengar jelas di jalan raya. Membelah lautan pengendara bersama Rynella yang terduduk di jok motornya.
Dua remaja itu memang sengaja berangkat lebih pagi. Bukan karena ada jadwal piket harian atau apa. Namun, murni karena ajakan Alfredo yang ingin membawa Rynella jalan-jalan memutari Kota Surabaya terlebih dulu.
Ditemani angin pagi yang sejuk. Obrolan dan candaan terdengar sesekali.
"Kalau Kakak lagi bad mood, biasanya ngapain?" tanya Ella. Sedikit mengeraskan suara, supaya Alfredo dapat mendengarnya.
"Melukis. Karena segala ekspresi dan emosi bisa ditumpahkan dalam lukisan. Dan itu bisa bikin perasaan jadi lebih tenang," jelas Fredo.
Rynella mengangguk mengerti.
Memang, setahu Rynella, Alfredo mempunyai bakat dalam bidang melukis. Cowok itu bahkan pernah tergabung dalam ekstrakurikuler seni lukis saat kelas 10 dan sempat memenangkan banyak perlombaan melukis.
"Kakak biasanya bikin lukisan apa?" tanya Ella. "Lukisan abstrak? Alam? Hewan? Atau--"
"Kamu."
"Hah? Gimana, Kak?"
Alfredo tertawa ringan.
"Sekarang giliran aku yang tanya. Kalau kamu lagi bad mood, biasanya ngapain?"
"Oh, aku biasanya main gitar. Kadang suka sambil nyanyi juga," jawab Ella. "Atau kadang nerbangin pesawat kertas ke balkon kamar Dylan."
"Beneran? Aku kayaknya udah lama gak dengar kamu main gitar sambil nyanyi. Aku kangen suara kamu."
Rynella tertawa.
"Kapan-kapan, mau nyanyiin aku satu lagu?"
Rynella langsung mengangguk. Mengiyakannya sepenuh hati. Bernyanyi? Ia juga merindukan itu. Apalagi ketika dirinya berada di atas panggung.
°°°
Mata pembelajaran Matematika sudah dilewati selama 2 jam lamanya. Sayang sekali, masih kurang 1 jam lagi sampai mapel tersebut berakhir. Membayangkan hal itu saja membuat puluhan murid kelas XI IPA 1 mabuk kepayang.
KAMU SEDANG MEMBACA
RYNELLA : Seconds Full of Pain
Teen Fiction"Lo salah orang." "Aku gak salah orang, Dylan." **** Satu sekolah tahu betul, senekat apa seorang Rynella Clarissa Gevanya dalam mendekati Dylan Anggaraksa, si cowok temperamental yang mirip kulkas berjalan. Padahal sudah berulang kali Dylan membent...