Chap 25. Tangan Dibalas Tangan

857 88 4
                                    

~~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~~

"Kalau lo berurusan sama dia. Maka lo juga bakal berurusan sama gue."

~~

Puluhan soal diatas kertas putih, nyatanya berhasil membuat Dylan mengerutkan dahi kesal sambil menarik helaian rambut hitamnya untuk melampiaskan rasa frustasi.

Padahal seingatnya, materi sejarah yang diajarkan oleh gurunya ini mudah dimengerti. Tapi kenapa soal yang diajukan kini malah tak masuk akal baginya?

Waktu tersisa 10 menit. Dan masih ada hampir 20 soal yang belum selesai dirinya kerjakan. Atensi Dylan pun mengarah pada Gio yang ada di bangku belakang, hendak meminta bantuan jawaban, melalui kode tangan.

Sayangnya, itu percuma. Gio sadar akan kode Dylan. Namun, cowok itu memilih untuk memalingkan mukanya. Pura-pura tidak tahu.

"Bajing** si Gio. Punya dendam apa dia sama gue?" batin Dylan sambil mengacungkan jari tengahnya.

Dylan memutar otak. Tidak bisa jika dia hanya mengandalkan Gio. Toh, di kelasnya ada banyak murid lain. Sasaran cowok itu sekarang adalah Yolanda. Siswi yang terlihat duduk santai di bangkunya, karena sudah lebih dulu menyelesaikan soal ujian.

"Yola." panggil Dylan lirih.

Dan sempurna. Rencana itu lancar total. Tak sampai 3 menit, Yolanda dengan senang hati memberi tahu semua jawaban dari soal-soal ujian itu. Ternyata ada gunanya juga, memiliki fans-fans perempuan yang bucin akut.

Mendadak, pikiran Dylan teralihkan. Ia tiba-tiba teringat perkataan Rynella kemarin malam. "Besok masih ada ujian. Materinya susah. Kamu akan kesulitan ngerjainnya kalau gak belajar sama sekali."

Sial. Gadis itu benar.

"Ngga, kantin, yok! Laper nih gue,"

Kepala Dylan mendongak, menatap malas ke arah Gio yang sudah berdiri di samping bangkunya dengan wajah menyebalkan.

"Apaan lo? Jauh-jauh sana!"

"Dih, PMS lo? Galak bener. Heran, kok, bisa ada cewek yang suka sama lo sih,"

"Makanya good looking."

Gio tersentak. Perkataan Dylan barusan seakan menghujam hatinya dengan keras. Realita dunia, yang membuat Gio merasa ingin mengubur dirinya hidup-hidup. "Woi, lo mau kemana?" tanyanya, pada Dylan yang sudah berjalan menjauhinya.

"Kantin."

Gio berlari menyusul. "Katanya gak mau."

RYNELLA : Seconds Full of PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang