Prolog

14.5K 1.6K 747
                                    

Selamat datang kembali di cerita pacarnya boo dengan judul Hi, Goodbye.

Jangan lupa vote dan komen ya.

...

Hi, Goodbye

A story by abellstr25

...

Semesta seharusnya tahu bahwa aku merindukannya. Bukankah, rindu itu dibayar dengan pertemuan lalu dihadiahi dengan sebuah pelukan. Tapi, bagaimana jika merindukan seseorang yang sudah meninggal?

-Boo-

...

Kepada para penumpang yang terhormat, selamat datang di penerbangan Arline dengan tujuan Jakarta – Singapura. Penerbangan akan kita tempuh dalam waktu kurang lebih satu jam dan tiga puluh menit, dengan ketinggian jelajah dua puluh empat kaki di atas permukaan air laut.

"Lo yakin banget ke Singapura di saat keadaan adik lo lagi sakit?"

Itu pertanyaan yang datang dari Gara, cowok yang sedang duduk di sebelah Jeff.

Jeff menoleh setelah merapikan ranselnya. "Gue nggak yakin, Gar. Gue takut kalau bokap gue nggak bener-bener jagain dia. Ya, meskipun bokap gue berjanji kalau dia bakal jagain Saffiyah." Kemudian Jeff melanjutkan melipat dua surat yang ia ambil dari dalam ransel.

"Lo juga udah pamitan sama Vanya?"

Jeff menggeleng pelan. "Gue lupa. Kepergian gue ke Singapura ini aja mendadak."

Gara menghela napas lalu tatapannya jatuh pada tangan Jeff yang sedang merogoh sesuatu di dalam saku celananya. "Lo cari apa?" tanya Gara.

"Surat yang gue bikin buat Saffiyah dan Vanya kok nggak ada sih," jawab Jeff. Wajahnya berubah panik. Pasalnya, surat itu hendak ia foto di jendela pesawat dan mengirimnya kepada Saffiyah dan Vanya.

"Di dalam koper nggak sih?"

Jeff memandang Gara. "Gue inget kok, gue masukin ke saku celana." Jeff tidak mungkin lupa jika ia memasukkan ke dalam saku celana sebelum pesawat take off.

"Tenang aja, paling di koper lo atau nggak jatuh waktu lo mau ambil hp," ucap Gara.

"Tapi, gue udah nulis surat itu tadi malem loh!"

"Bikin lagi aja, Jeff."

Mendapatkan saran dari Gara membuat Jeff menghela napas gusar. Niatnya ingin memfoto surat itu di jendela pesawat musnah padahal ia ingin sekali menunjukkan kepada dua wanita yang ia sayang kalau ia sudah diperjalanan.

"Jeff kalau misalnya lo pergi terus lo dapat kabar kalau adik lo meninggal gimana?"

Pertanyaan yang dilontarkan oleh Gara sukses membuat semua pergerakan Jeff terhenti. Ia menatap lama pada lantai pesawat. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana jika ia harus kehilangan Saffiyah.

"Gue selalu berdoa kalau adik gue bisa sembuh. Dari kecil dia belum pernah ngerasain yang namanya bahagia, diberi kasih sayang sama bokap dan yang dia selalu dapat adalah kekerasan dan bentakan. Gue ke Singapura demi adik gue biar bokap gue mau beri dia kasih sayang."

Gara tahu bagaimana kehidupan Jeff beserta adiknya yang bernama Saffiyah karena Jeff selalu bercerita kepadanya.

"Gue doain adik lo cepet sembuh. Dan kita bikin pekerjaan di Singapura cepat selesai biar lo bisa pulang ke Indonesia dengan cepat," kata Gara tampak menyemangati sahabatnya.

Jeff mengangguk bersamaan dengan itu pesawat yang mereka naiki lepas landas.

Tiga puluh menit pesawat terbang dalam ketinggian dua puluh ribu kaki. Semua penumpang mendadak cemas karena cuaca yang mereka lewati mendung dan berubah gelap. Gara yang memperhatikan sekitarnya juga ikut gelisah.

"Jeff, kita bakal selamatkan?" tanya Gara pada Jeff yang tetap diam ditempatnya. Sejujurnya, Jeff juga sedang ketakutan.

"Tenang, Gar. Kita semua pasti selamat. Kalau nggak selamat, ya, mungkin kita dapat rumah baru."

"JEFF!" pekik Gara.

Mendengar itu Jeff tertawa sedikit mengurangi rasa takutnya. Namun, disela tawanya keadaan di dalam pesawat semakin parah ketika pesawat yang mereka naiki mendadak terbang ke bawah membuat semua penumpang berteriak.

Disaat pesawat mulai tak terkendali saat itu oksigen yang ada di dalam pesawat jatuh di setiap kursi penumpang dan mereka mulai memakainya.

"Ya Tuhan, gue belum nikah," gumam Gara, cowok itu hampir saja ingin menangis.

Sementara Jeff hanya diam. Memang pesawat adalah kendaraan yang minim kecelakaan tapi sekali pesawat kecelakaan kemungkinan selamatnya kecil bahkan sangat tidak mungkin.

Semua orang berteriak, menangis, dan juga merapal doa. Namun, cuaca yang buruk dan kilat petir yang menyambar membuat pesawat menurun dratis dan Jeff yang duduk tepat di samping sayap pesawat, melihat ujung sayap itu kebakar.

"Tuhan, titip Saffiyah, Papa dan juga Vanya."

Itu adalah perkataan terakhir Jeff sebelum pesawat terjun bebas ke laut. Dengan asap dan api yang berkobar di badan pesawat.

Disisi lain para petugas bandara heboh dengan pesawat yang hilang kontak sejak satu jam yang lalu. Kabar ini belum membuat para pihak bandara mengumumkan kepada siapapun. Karena mereka ingin memastikan terlebih dahulu.

Dan salah satu petugas yang kebetulan berada di area boarding tidak sengaja menginjak dua buah surat. Hal itu membuatnya merunduk dan mengambilnya.

Saat ia buka ada beberapa bait kata.

To : Saffiyah Mikayla

Hallo, adik tersayang kakak.

Saff, maaf, ya, kakak udah nggak bisa ada dideket kamu lagi. Kakak sekarang udah jauh dari kamu.

Saff, kamu harus sembuh, ya. Kakak mau denger kabar kalau adik kakak sembuh dari leukimia.

Kakak di sini bakal baik-baik aja. Kakak bakal selalu doain kamu meski kakak udah jauh. Kakak juga janji kalau kakak bakal balik setelah semua pekerjaan di sini selesai. Dan semoga papa terus bersikap baik dan menyayangi kamu, ya.

Your brother, Jeffrian Irawan.

****

Gimana prolog?

Udah siap menjelajahi cerita ini?

Siap nangis di season 2?

Siap dong wkwk

..
Vote dan komen ya pren.

500 komen aku update lagi yey!

Hi, GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang