BAB 10 - HI GOODBYE

3.8K 350 37
                                    

Happy Reading

...

Karena hari ini adalah jadwal terapi jalan, maka Al diminta untuk ke sebuah ruangan yang memang dikhususkan untuk belajar jalan bersama Safira yang mendorong kursi rodanya serta Arsen yang berjalan disisi Al.

Apa yang dikatakan oleh psikolog kemarin benar, bahwa ia harus bangkit dan semangat untuk sembuh demi kedua orang tuanya yang sudah rela berkorban untuknya.

"Al, hari harus semangat, ya, dari hari sebelumnya," ucap Arsen di sela jalan mereka.

Al mendongak menatap ayahnya di samping. "Iya, Yah. Al pasti semangat."

Bibir Arsen melengkung membentuk senyuman mendengar nada manis dari anaknya yang sudah mulai bangkit dari keterpurukan.

"Al, Ayah minta maaf, ya, karena cuman bisa antar kamu dan nggak bisa lihat proses kamu jalan, karena pagi ini Ayah ada meeting." Arsen meminta maaf pada anaknya, untuk kali ini tidak bisa melihat anaknya sedangkan Keira sedang berada di rumah karena di rumah mereka ada kakak ipar mereka yang sedang berkunjung.

"Nggak apa-apa, Yah, lagipula udah ada Safira di sini," jawab Al pengertian.

Kali ini tatapan Arsen berpindah menatap Safira yang berada di belakang Al. "Safira, saya titip anak saya. Tolong jagain dia baik-baik."

Safira mengangguk sembari tersenyum. "Tidak perlu khawatir, Pak, saya akan menjaga anak Bapak sebisa saya."

"Terimakasih." Kemudian Arsen kembali menatap Al dengan menepuk pelan pundak anaknya. "Ayah pergi dulu, ya, Al. Kamu harus semangat!"

Al mengangguk. "Iya, Yah. Hati-hati di jalan."

Setelahnya Arsen segera mengayunkan kakinya menuju pintu keluar rumah sakit. Meninggalkan Al yang memandang kepergian ayahnya.

"Ayo, kita masuk." Safira mulai mendorong, namun, saat ia ingin membelokkan kursi roda masuk ke dalam ruangan seorang cewek dengan santainya menarik bahu Safira membuat gadis itu mundur beberapa langkah dengan pegangannya pada kursi roda terlepas.

"Biar aku aja yang antar Al ke dalam," ucapnya dengan senyum miring pada Safira.

Al yang menyadari kedatangan seseorang langsung menoleh menatap Tania yang datang dan menyingkirkan Safira.

"Ngapain lo ke sini?" tanya Al.

"Aku mau bantu kamu sekaligus mau lihat kamu jalan di dalam."

Al menghela napas kasar. Bisakah, Tania tidak sering menatapnya? Atau berbicara lembu? Ia sedikit tidak menyukai itu karena saat ia menatap Tania, ia merasa kalau Saffiyah masih hidup dan itu bisa membuatnya berhalusinasi lagi.

"Biar perawat gue aja yang nemenin gue," kata Al menoleh menatap Safira.

Tania menggeleng tegas. Ia sedikit membungkukkan tubuhnya lalu memegang pergelangan tangan Al. "Aku aja, ya, please...." Tania memohon.

Al yang memang tidak mau menatap menggeleng pelan. "Safira cepet bawa gue masuk atau gue sendiri yang masuk," ancam Al.

Safira terkesiap, lalu menarik tangan Tania dari tangan Al agar terlepas membuat Tania kembali berdiri menatap geram pada Safira saat Al tidak melihatnya.

"Mbak, silahkan tunggu di luar, ya," kata Safira sopan.

Tania menipiskan bibirnya dengan wajah kesal kepada Safira. "Gue nggak akan biarin lo deket terus sama Al!"

Al dan Safira masuk ke dalam ruangan yang disambut hangat dengan dokter Erick. "Hallo, Al, sudah siap jalani terapi jalannya?" tanya Dokter Erick.

"Siap, dok."

Hi, GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang