BAB 7 - HI GOODBYE

3.5K 362 49
                                    

Sebelum baca jangan lupa vote dan komen ya.

HAPPY READING :)

Hanya doa yang mampu dilayangkan oleh Safira ketika melihat Al yang begitu hancur karena ditinggal oleh kekasihnya. Ia harap Al bisa sembuh suatu saat nanti. Safira meninggalkan Al sebentar karena tadi cowok itu mengatakan ingin menyendiri tanpa harus ada dirinya.

Namun, saat Safira baru saja keluar dan menutup pintu ruang rawat dari luar, sebuah cekalan yang kuat lalu menyeretnya membuat Safira terkejut dengan mengikuti langkah sang penarik yang membawanya ke sudut ruangan yang sepi.

"Ada masalah apa, ya, sama saya?" tanya Safira berusaha melepaskan cekalan tangannya.

Gadis itu menyentakkan tangan Safira membuat Safira mengelus lengannya yang terasa perih. Kemudian ia menatap gadis yang sudah berani menariknya.

"Kamu?" beo Safira menatap Tania yang sudah bersedekap dada dengan dagu terangkat.

"Lo ngapain sih suap-suap Al segala?" tanya Tania.

Safira menaikkan satu alisnya. Pertanyaan Tania rasanya tidak butuh jawaban. "Mbak, saya perawat di sini dan sudah kewajiban saya untuk membantu pasien. Lagipula Al tidak menolak ketika saya suap karena anggota tubuhnya masih lemah," jelas Safira.

Tania menghela napas kasar. "Tapi, gue nggak suka lo deket-deket dia! Gue ini calon tunangannya."

Hanya senyuman manis yang Safira lemparkan. Ia sama sekali tidak marah dengan Tania. "Saya nggak akan merebut Al dari kamu. Tugas saya di sini hanya sebagai perawat khusus yang dibayarkan oleh rumah sakit untuk merawat Al."

"Bagus deh." Kemudian Tania berlalu dari hadapan Safira dan tak lupa menabrak bahu Safira hingga membuat gadis sedikit bergeser ke samping.

Melihat kepergian Tania, ia menghela napas panjang. Tak habis pikir dengan jalan pikiran Tania yang berpikiran bahwa dirinya akan merebut Al darinya. Lagipula Safira tidak mungkin jatuh hati pada Al.

***

"Gimana, Mas, ada perkembangan tentang Al?" tanya Keira pada suaminya yang baru saja tiba di rumah sakit.

Arsen menggeleng pelan sambil duduk di samping istrinya. "Nggak ada, Bun, kaki Al belum ada perkembangannya," jawab Arsen membuat Keira mendesah berat. "Tapi, dokter Erick bakal usahin kalau Al bisa jalan kembali. Kita bantu doa aja, ya, Bun. Dan semoga Al tetap semangat untuk sembuh," sambung Arsen.

Keira mengangguk. "Iya, Mas. Aku selalu doain Al biar dia cepat sembuh dan bisa nerima kepergian Saffiyah."

Satu tangan Arsen menarik tubuh Keira, membawa ke dalam pelukannya. Ia tidak tega melihat istrinya yang setiap hari harus stay di rumah sakit hanya untuk menjaga Al meskipun sudah ada perawat. Dan Arsen yang harus ke kantor sampai sore hingga dia tidak bisa menemani Keira.

Di sela mereka berpelukan, Tania datang menghampiri mereka dengan senyum manis tidak lupa membawa makanan terlihat dari kantong kresek di tangan kirinya dan paper bag di tangan kanannya.

"Hallo, Om, Tante," sapa Tania.

"Tania," ucap Keira sambil menegakkan kepalanya.

"Om, Tante, Tania boleh nggak masuk ke dalam, mau lihat Al?" tanya Tania.

Arsen dan Keira sama-sama mengangguk yang membuat senyuman Keira semakin mengembang. "Terimakasih, Om, Tante. Oh, ya, ini Tania bawain sarapan pagi untuk Om sama Tante. Om Arsen belum sarapan kan, karena sebentar lagi Om harus ke kantor." Tania menyodorkan satu kantong kresek ke arah Keira.

Hi, GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang