BAB 12 - HI GOODBYE

2.9K 261 32
                                    

HAPPY READING

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YA.

...

"Tolong ada di dekat gue terus."

Kata-kata itu entah mengapa terus terngiang di kepala Safira. Ucapan Al di rooftop jelas membuat hati Safira merasakan getaran yang tidak biasa. Ia tidak tahu kenapa Al berkata seperti itu padanya padahal ia hanya orang baru di hidup cowok itu dan hanya seorang perawat yang akan pergi ketika Al sembuh nantinya.

"Safira, lo nggak boleh suka sama dia, oke?" Safira berusaha meyakinkan dirinya bahwa ia tidak menyukai Al hanya karena cowok itu mengatakan bahwa dirinya harus selalu ada untuk Al.

"Memangnya siapa yang nggak boleh kamu suka?" pertanyaan itu datang dari seorang pria berumur 49 tahun yang datang mendekati Safira sambil memberikan sekotak nasi goreng permintaan gadis itu.

"Papa?" beo Safira saat menyadari kedatangan papanya. Ia menerima uluran bungkusan plastik dari tangan papanya.

"Jadi, siapa?" tanya Ferdi—papa dari Safira yang datang menjenguk anaknya yang sudah lama tidak pulang ke rumah sambil mengambil duduk di samping anaknya.

"Siapa apanya, Pa?" Safira mencoba mengelak dengan membuka bungkusan plastik yang berisi nasi goreng di dalam kotak.

"Itu yang tadi kamu ngomong nggak boleh suka sama dia?" Ferdi tampak mendesak.

"Pasien Safira, Pa," jawab Safira jujur.

"Pasien kamu yang cacat dan lumpuh itu?"

Safira menatap serius pada papanya, cukup terkejut dengan ucapan Ferdi yang terdengar kasar. "Pa, ngomongnya yang halus dikit dong."

"Tapi, benerkan? Dia cacat dan bahkan lumpuh."

Safira memejamkan matanya, berharap tidak ada yang mendengar ucapan papanya karena saat ini mereka sedang duduk di depan ruang rawat Al. Tadi, Safira sudah menemani Al sampai tertidur, maka dari itu Safira bisa memanfaatkan waktunya untuk bertemu dengan papanya.

"Tapi, papa bisa bilang dia sakit bukan sedetail itu," sela Safira.

Ferdi menghela napas kasar melihat anaknya yang tampak membela pasiennya itu. "Ingat, ya, Saf, jangan suka sama pria manapun atau papa akan melakukan sesuatu!" Ferdi terdengar mengancam anaknya.

"Iya, Pa," sahut Safira menurut sambil menyendok nasi goreng yang sudah dibuka lalu memasukkan ke dalam mulutnya. Perutnya yang terasa lapar membuat Safira begitu lahap.

"Kamu ada uang?" tanya Ferdi menatap anaknya yang sedang makan.

"Untuk apa, Pa?" tanya Safira. Pasalnya, baru sebulan lalu ia memberikan uang kepada papanya.

"Papa mau bayar hutang."

"Hutang?" beo Safira. benar-benar tidak percaya dengan ucapan papanya yang memiliki hutang. Setahunya Ferdi jarang berhutang kepada orang lain karena harta mereka masih cukup untuk menghidupi keduanya. "Hutang apa, Pa? Kenapa Papa nggak cerita sama Safira?"

"Hutang sama temen papa," jawab Ferdi.

"Pa, tabungan kita masih ada kan? Kenapa papa malah berhutang?"

"Semua tabungan kita habis, papa harus bayar hutang yang dulu pernah papa pinjem," jelas Ferdi.

Safira menjadi tidak selera makan mendengar semua tabungan mereka habis hanya karena membayar hutang yang bahkan tabungan itu tidak cukup. "Safira pikir, Papa nggak punya hutang sama siapapun kecuali sama Leo."

"Maka dari itu, papa minta uang kamu." Ferdi mengulurkan telapak tangannya ke arah Safira.

"Pa, untuk saat ini Safira bener-bener nggak punya uang karena Safira baru beberapa minggu kerja dan belum sampai sebulan," jawab Safira.

Hi, GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang