BAB 1

14.1K 624 20
                                    


Perempuan mana yang bisa menolak laki-laki seperti Ravindra?

Walaupun Ravindra Arion bukanlah tipenya, tapi sungguh Evelyn tidak bisa menolak pesona laki-laki itu. Tampan, tinggi semampai, dengan rambut gondrong yang selalu membuatnya ingin menyisiri dengan sepenuh sayang.

Itu dulu, sekarang tidak lagi.

Kisah dengan Ravindra dimulai ketika kedua orangtua-nya membelikan sebuah hunian di komplek perumahan ini. Saat itu ayahnya baru saja pensiun dan berniat investasi properti.

Tentu saja Evelyn senang bukan kepalang. Di usia muda, sudah bisa memiliki rumah sendiri walau pemberian dari orangtua. Mengingat harga rumah semakin mahal dan ia tidak perlu mencicil, Evelyn tidak keberatan dengan rumah pilihan ayahnya.

Siapa sangka, di depan rumahnya tinggal seorang pemuda luar biasa tampan dan berpenampilan menawan, yang rajin menyapa tiap kali mereka berpapasan. Singkat cerita, mereka pun jadi sering mengobrol.

Hari itu tanggal 14 Februari 2018, Ravindra mengiriminya pesan WhatsApp. Bukan untuk mengucapkan hari Valentine, toh mereka belum terlalu dekat.

'Pagi Evelyn. Maaf ganggu waktunya. Mau nanya, sampah di depan rumah lo udah diangkut belum?'

Saking kepalang senangnya, Evelyn menandai tanggal 14 Februari 2018 sebagai hari paling bersejarah dalam hidupnya.

Lupakan laki-laki cindo yang menjadi tipikal suami idamannya, karena Pak RT yang kebetulan cindo berparas lumayan itu sudah beristri. Nyatanya, pesona Ravindra begitu sulit diabaikan begitu saja.

'Pagi Vin. Gak ganggu kok. Belum. Sampah lo? Oh ya dapet nomer gue dari mana?' Evelyn ingat ia segera membalas pesan Ravindra dengan senyuman lebar di wajah. Ia melirik wajahnya di cermin dan mendapati senyuman yang tampak berbeda. Wajahnya saat itu terlihat begitu riang. Padahal, di tempat kerjanya ia terkenal berwajah judes meskipun sudah tersenyum hingga menampakkan lima gigi. Namun senyuman lima giginya itu terasa palsu dan tidak terasa tulus dari hati, begitu kata atasannya di kantor.

'Dari grup WA perumahan RT 07... kan ada nomer lo. Oh ya udah kalau belum diangkut. Gue mau buang sampah ke luar komplek. Sampah lo mau sekalian gue angkut?'

Tawaran yang sungguh gentleman, membuat hati Evelyn luluh seketika. Tidak sulit menyukai laki-laki tampan. Namun tetangga tampan, lajang, dan berbaik hati membuangkan tumpukan sampah di depan rumah sungguh suatu hal yang membuat Evelyn ingin menyerahkan seluruh hatinya saat itu juga.

Gaya pendekatan Ravindra sungguh berbeda, bukan sekadar menyapa di kolom chat lalu bertanya, 'Hai lagi apa?'

Bukan juga mengirimi makanan via delivery food sambil berpesan, 'Semangat kerjanya.'

Ravindra malah langsung mengangkut tumpukan sampah di depan rumahnya. Evelyn merasa Ravindra begitu unik dibanding deretan laki-laki lain yang sedang mengantre untuk masuk ke dalam hatinya.

Siapa sangka, setelah hari itu menyusul chat-chat lainnya. Obrolan lima menit di depan pagar menjadi sepuluh menit. Obrolan sepuluh menit terlalu lama hingga rasanya lebih pantas jika Ravindra ditawari duduk di ruang tamu.

Ravindra menjelma menjadi sosok yang selalu membuat ia rajin bersenandung, "Sik asik sik asik kenal dirimu,sik asik sik asik dekat denganmu, terasa di hati berbunga-bunga, setiap bertemu..."

Ternyata hati mereka mengisyaratkan rasa yang sama. Ravindra bersikap ramah dan baik tentu saja bukan tanpa maksud, dan Evelyn menyadari itu.

"Eve, gue suka sama lo. Gue sayang." Malam itu di teras rumah dengan diiringi rintik gerimis, Ravindra menyatakan perasaannya. Evelyn masih ingat betul, hari itu tanggal 14 Maret 2018. Akhirnya setelah pendekatan intens selama satu bulan, Ravindra mempertegas rasa di antara mereka.

Mantan Lima Langkah [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang