Bab 3

8.1K 570 12
                                    


Entah pacaran dengan siapa. Memangnya dia punya modal? Sungut Evelyn dalam hati. Perkara rambut saja jadi panjang lebar. Sudah mengambil samponya tanpa ijin, Ravindra masih juga kerap mengomel karena saluran kamar mandi menjadi buntu. Tapi bukankah yang buntu saluran kamar mandi di rumahnya sendiri?

"Ngapain kamu pake baju gitu? Sengaja mau mancing aku?"

Kalimat barusan membuat Evelyn menghentikan sejenak kegiatannya mengecek peralatan mandi Ravindra. Sontak ia menoleh dan mendapati Ravindra sedang bersandar di kusen pintu kamar mandi, sembari menatap mesum ke arahnya.

"Baju apa?" Evelyn mengecek daster putih yang ia kenakan. Sama sekali tidak ada yang menggugah selera. Daster yang ia kenakan tidak transparan, dihiasi dengan bordiran bunga-bunga, dan panjangnya melebihi lutut. Evelyn rasa, otak Ravindra saja yang memang mesum. "Stop liatin aku kayak gitu atau aku sikat muka kamu pakai sikat WC," ancamnya sembari menyahut sikat WC usang dari sudut kamar mandi.

Tersenyum samar, Ravindra hanya melipat kedua tangan di depan dada, sembari menekan lidah di dalam mulut hingga pipinya menonjol sebelah. "CD kamu pink," ucapnya kemudian.

"Hah masa?" Reflek Evelyn mengangkat ujung dasternya, demi mengecek warna celana dalam yang hari ini ia kenakan. Sungguh ia tidak pernah mengingat sedang memakai celana dalam warna apa karena asal menyambar stok di lemari pakaian.

Evelyn menyadari kedua mata Ravindra menatap tajam pada bagian bawah tubuhnya, tepat sebelum ujung daster nya tersingkap hingga melewati paha atas.

Evelyn tersenyum kering saat menyadari Ravindra nyaris berhasil membodohinya. Mau bagaimana lagi, ia kerap lupa mereka sudah bercerai karena masih bertemu setiap hari dan masih berbagi peran mengasuh anak setiap waktu. Bahkan mereka masih makan bersama di meja makan, juga menonton TV bersama. Sudah resmi bercerai tetapi masih sering bertemu layaknya suami istri, membuat batasan-batasan di antara mereka berdua kian kabur dan makin tipis.

"Kamu mau lihat punya aku?" Evelyn sengaja menggantung ujung dasternya sedikit jauh di atas lutut.

Jakun Ravindra tampak bergerak sebelum menjawab, "Buat apa? Udah pernah.... " Kemudian melepas kaosnya dan memasuki kamar mandi.

"Eh eh kamu mau apa?" Evelyn panik saat Ravindra bersiap menutup pintu kamar mandi.

"Mandi lah. Ivy kecapekan, terus tidur di depan TV. Sekarang aku mau mandi."

"Ya bilang dong! Aku ke kamar mandi mau nyariin sampo aku!" sungut Evelyn dengan kedua mata membelalak lebar.

Ravindra berlagak mengecek dari keranjang kecil yang diletakkan di atas kloset kemudian mengambil sebotol sampo.

"Nih sampo aku...." Ravindra mengikis jarak di antara mereka sambil mengocok botol sampo di tangan, membuat Evelyn mundur hingga tembok kamar mandi yang dingin menahan punggungnya.

"Vin... " Evelyn nyaris kehabisan napas melihat senyuman nakal Ravindra dan rambut gondrong yang berantakan. Ia akui, kian menambah kesan seksi.

Sial. Kenapa mantan suaminya harus sepanas ini? Evelyn membatin. Bertelanjang dada, dengan tangan yang kotor akibat terkena cat. Oh, tulang rahangnya juga kotor terkena cat. Melukis gaya apa sih?

"Liat, sampoku abis. Tinggal aer.... " Ravindra membalik botol sampo di tangan dan menuangkan isinya yang tinggal berwujud air. "Pasti sampo yang kamu cari-cari itu maha. Pantes rambut kamu wangi... " Ravindra menunduk dan mengendus aroma harum dari rambut Evelyn.

"Stop deket-deket..." Sebelah tangan Evelyn menahan dada bidang Ravindra. Sedikit lagi, ia tergencet.

"Kenapa? Bukannya dulu sering?" Senyuman bengal mengembang dari wajah mesum Ravindra.

Mantan Lima Langkah [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang