Rosè duduk termenung dibawah pohon besar tak jauh dari pintu masuk yang sedari tadi mereka menunghu disana. Tiba-tiba ingatannya terlempar 2 tahun yang lalu dimana mereka berempat tengah menghabiskan waktu bersama di sebuah taman.
Mereka berempat merebahkan tubuh mereka diatas rumput hijau dengan pemandangan langit hitam dengan banyak cahaya bintang yang menghiasi. Malam itu benar-benar malam yang sangat membahagiakan bagi mereka.
"Apapun yang terjadi, kita akan selalu empat tidak akan pernah berkurang menjadi tiga, dua ataupun satu" ucapan itu diucapkan oleh Lisa pada malam itu.
"Apapun yang terjadi, kita tak akan boleh meninggalkan satu sama lain" kata itu keluar dari mulut Rosè.
"Kita adalah satu, selamanya akan tetap satu" kata itu keluar dari mulut Jennie.
Jisoo terdiam, hatinya terasa sejuk mendengar ucapan yang keluar dari adiknya. Jisoo banyak bersyukur karena memiliki adik-adik yang begitu sayang dengannya.
"Gumawo telah menyayangi unnie sampai sejauh ini. Unnie berjanji tidak akan pernah sekalipun meninggalkan kalian"
Ingatan tentang ucapan jisoo membuat Rosè kini menangis tersedu. Entah kenapa dadanya terasa begitu sesak sekarang, Rosè takut jika Jisoo ataupun Lisa tidak menepati janjinya.
"Wae chaeng-ah?" Jennie meraih tubuh Rosè untuk dia peluk. Sedari tadi Jennie terus memperhatikan terdiamnya Rosè dibawah pohon, hingga akhirnya Jennie melihat Rosè yang menangis langsung bergegas menghampiri Rosè.
"U-unnie" Rosè berucap ditengah isaknya.
"Wae, apa yang terjadi hmm??" Jennie melatakkan tangannya dipipi Rosè, mengarahkan wajah Rosè untuk bertatao dengannya sembari mengusap air mata Rosè.
"Aku takut, Jisoo unnie dan Lisa tidak menepati janjinya unnie" Air mata Rosè kembali jatuh, Jennie benar-benar tak tega melihatnya. Jennie paham dan tau kemana arah perbincangan Rosè sekarang.
"Aniya, kau taku Jisoo unnie dan Lisa tidak pernah mengangkira janji. Kau tau itu kan" ucap Jennie menatap Rosè lembut.
"T-tapi unnie..."
"Percaya pada unnie, mereka akan kembali dengan baik-baik saja"
Setelahnya selesai berucap, Jennie mememluk Rosè begitu erat. Mereka berdua sama-sama menangis hanya saja Jennie berusaha untuk tidak memperlihatkan pasa Rosè betapa rapuhnya dia sekarang.
"Wae appa lama sekali unnie" Rosè bertanya pada Jennie dengan gelisah. Sedari tadi kakinya tak berhenti mondar mandir sembari terus merapalakan doa akan keselamatan Jisoo dan Lisa.
"Entahlah Chaeng, unnie benar-benar khawatir" ucap Jennie
"Kita berdoa saja eoh, semoga appa bisa membawa Jisoo dan Lisa kembali kesini dengan selamat" Suzy berkata semari meraih kedua tubuh anaknya untuk dia peluk.
Mereka bertiga sama-sama khawatirnya dengan keadaan Jisoo dan Lisa, terlebih sedari terakhir Minho menutup telpon Minho tak bisa dihubungi lagi. Tentu hal itu semakin membuat mereka bertiga bertambah tak tenang.
Jennie bahkan sempat memutuskan untuk menyusul Minho mencari Jisoo dan Lisa, tetapi Suzy melarangnya. Suzy takut jika akan terjadi sesuatu dengan Jennie, Suzy tak ingin lagi kehilangan atau terjadi hal yang tidak diinginkan lagi kepada anak-anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EVERYTHING ✔
FanfictionKehidupannya berubah semenjak sang ibu melahirkan putri kandungnya. Rasa sayang yang dulu ada kini perlahan hilang berganti oleh rasa sakit bertubi-tubi. Apakah dia akan kuat menerima semua cobaan hidupnya, atau dia memilih untuk menyerah. HIGHT RAN...