i. the first day where we meet

445 35 0
                                    

London,
Monday, 2018 March 12ᵗʰ
Katharina Azland.

Seharusnya Katharina sudah berada di dalam pesawat, dan pergi menuju Seoul, Korea Selatan. Kendala disebabkan oleh cuaca yang diperkirakan hujan badai sehingga terpaksa harus ditunda selama dua jam. Katharina bisa saja beranjak dari kursi dan menuju ruangan dimana biasanya ia dan para rekan kerja berkumpul, namun saat ini tidak bisa. Ia tidak mengenakan seragamnya.

Salah satu rekan pada maskapai tempatnya bekerja memberi tahunya beberapa menit lalu. Katanya, "Kath, masih bisa nunggu, 'kan? Delay dua jam, perkiraannya hujan badai. Barusan briefing, Captain gak bolehin flight sekarang," kira-kira begitu. Meskipun disertai decakan malas, Katharina tetap mengiyakan saja info tersebut.

Memang menjengkelkan saat membacanya, tetapi ia tahu hal itu tidak dapat disepelekan. Profesinya sebagai pilot, dan Katharina tahu bagaimana aturan yang sudah tersedia, baik terlampir maupun tidak. Sekarang, Katharina hanya perlu menunggu hingga waktu yang sudah ditentukan.

Duk 

Sebuah koper menabrak kecil sisi kursi di sebelahnya. Nampak sang empu tengah memainkan gawainya, sedikit tidak peduli dengan sekitar, namun urung begitu merasakan benda yang ia dorong menabrak sesuatu. Refleks mendongak, ia tersenyum tidak enak dan segera berjalan sedikit menjauh, lalu duduk.

"Permisi, Pasport-mu jatuh."

Berat hati Katharina berdiri menghampiri, sepertinya wanita tersebut tidak dengar. "Ah? Oh, maaf.. Terima kasih, ya!" Lagi-lagi ia tersenyum, namun kali ini mengeluarkan suaranya yang membuat Katharina sedikit terdiam. Wow, Kath? What's wrong?

Dan menit selanjutnya, Katharina menyeret kopernya mendekati wanita itu. Wanita yang sedikit menyita perhatiannya. Berambut sebahu, dengan sedikit ash-blonde yang terlihat. Tatapannya tidak menggambarkan seorang remaja muda yang ingin berlibur, hanya mungkin pengaruh tinggi badannya? Entah, tetapi Katharina merasa sedikit gemas karena hal itu.

"Ingin pergi ke Seoul juga?" Basa-basi Katharina memancing percakapan. Wanita di sebelahnya mendongak dan mengangguk, berdehem seadanya untuk menjawab. Beberapa detik Katharina dibombardir oleh pertanyaan di kepalanya, sebenarnya dia bisa berbicara atau tidak?

"Kamu?"

Oh, inilah...

Katharina hampir terkekeh-- salah tingkah namun sebisa mungkin ditahan, begitu pula senyumnya. Suaranya terdengar lembut, seperti mencoba mengeraskan suara. Apa ini? Introvert girl? Well, Katharina tertarik akan hal ini..

"Aku tanya pakai 'juga', so yeah.. Aku ke Seoul."

Ia terkekeh. Katharina pun sama, seperti tersalur begitu saja. Percakapan keduanya berlanjut hingga pemberitahuan yang terdengar mewajibkan mereka untuk segera memasuki pesawat. Iya, dua jam berbincang dan menghalau rasa kantuk yang sudah melanda sejak awal mendudukkan diri.

"Business class?"

"Iya, gak betah duduk lama. Males banget.."

Katharina melihat lembar yang ia genggam. Bersebelahan, ya?

Benar-benar seperti ditakdirkan untuk bertemu, bahkan berbincang. Tidak sekedar menatap, eye contact, lalu menghilang. Katharina sudah beberapa kali seperti itu. Setiap ia menjadi penumpang di maskapainya sendiri, kerap kedapatan wanita yang duduk di sebelahnya, sangat cuek, tidak peduli akan sekitarnya. Dan Katharina adalah orang yang benci keterdiaman, pada dirinya sendiri.

"Boleh kenalan?" Tanya Katharina begitu ia duduk dan melongokkan kepalanya, menatap wanita yang baru saja ditemuinya. Ia tengah menata beberapa barang, memasang selimut untuknya sendiri. Lalu menoleh dan mengangguk, menjawab pertanyaan tiba-tiba Katharina.

"Katharina Azland."

"Celine Maddison."

Jabatan tangan hangat yang sudah ditunggu Katharina.. terjadi. Senyumnya mengembang, manis. Yang mengenalkan diri sebagai Celine tersebut terkekeh kembali.

"Kerja dimana, Cel?"

"Beauty KA'Z cabang London, tahu, 'kan? Baru dua tahun sih. Aku salah satu manajer pabrik utusan pusat, French. Makanya sekarang ada urusan di Seoul. Kamu sendiri?"

"Pilot, maskapai ini juga. Harusnya sekarang yang bawa pesawatnya aku, tapi udah ajuin cuti liburan."

"Wow! Hebat kamu. Jadi ke Seoul cuman buat liburan aja? Terus, 'kok bisa kepikiran mau jadi pilot? Kamu 'kan perempuan, pasti banyak pertimbangannya, ya?"

"Sebenarnya ada urusan sama keluarga, sedikit. Ada sesuatu yang harus diobrolin. Kalau untuk profesi, aku memang mau jadi pilot aja. Niatnya sekalian jalan-jalan, bisa keliling dunia, lumayan, 'kan? Kalau kamu perhatiin, gak sedikit 'kok perempuan yang berprofesi sebagai pilot. Di maskapaiku ada tujuh. Walau yang tiga jarang dapat bagian."

Paparan Katharina ditanggapi dengan antusias oleh Celine. Percakapannya mengalir, tidak ingin berhenti. Bahkan saat keduanya terlelap, lalu bangun kembali, tetap ada saja yang membangun obrolan. Terlebih Celine si aktif, tidak sependiam saat awal bertemu.

Banyak sharing membuat keduanya merasa sedikit lebih dekat dari sebelumnya. Meski hanya untuk enam belas jam. Katharina jadi berpikir untuk bertemu kembali dalam kondisi di daratan, lagi. Pun Celine yang setiap saat mengukir senyum menggemaskan menunjukkan gigi ratanya.

Penerbangan di udara telah dihabiskan. Jika biasanya Katharina merasa sepi saat menjadi penumpang, kini tidak lagi. Ia cukup senang mengobrol dengan orang baru yang ia tahu berprofesi sebagai factory manager, tidak heran cara bicara Celine yang luwes dan mudah ditangkap olehnya.

Info yang baru saja terdengar membuat Katharina dan Celine terpaksa menghentikan percakapan dan segera berkemas. Mempersiapkan diri untuk mendarat di bandar udara Seoul, Korea Selatan, tujuan utama. Sampai lounge pun mereka masih sempat berbincang, menunggu jemputan yang cukup lama.

Hal tersebut dimanfaatkan sebaik mungkin oleh Katharina sebagai penutup perbincangan yang manis. Mungkin? Celine bergerak merangkul bahu Katharina meski ia tahu dirinya lebih pendek, tetapi ucapan rasa terima kasih yang tersirat bisa didapatkan oleh Katharina yang terdiam dengan senyum tipis.

"Jemputan kamu udah datang?"

"Udah di Barat kayaknya. Kamu masih lama? Atau mau ditungguin?"

"Gak usah, langsung aja. Sebentar lagi juga pasti sampai. Takut kamu ditungguin.."

"Santai aja, aku sama supir kantor, 'kok! Lagi pula, jam kerjanya masih dua hari lagi, jadi aku ada alasan buat istirahat sehari besok."

Lagi dan lagi, Katharina merasa bersyukur karena sudah dipertemukan dengan Celine, si wanita cerewet dan menggemaskan, namun tidak menutupi sisi elegannya. Bagaimana tidak? Sedari berangkat sampai pulang, Celine sama sekali tidak mengeluh gerah dan sebagainya ulah kemeja putih yang masih terpasang rapih di tubuhnya.

"Kamu balik London kapan, Kath?"

"Kenapa?"

"Siapa tahu barengan lagi," Katharina tertawa mendengarnya. Celine seperti tengah memancing dirinya agar bisa bertemu kembali.

"Kemungkinannya sih tanggal 28 atau 29, gak tahu juga. Yang pesanin tiket manager Papa. Aku gak terlalu ikut campur, waktunya pulang yaa pasti pulang. Cuman perkiraannya yaa segitu. Cutiku habis di 31, jadwal flight April penuh semua."

"Wahh, sibuk banget, ya??"

Anggukan didapatkan oleh Celine. Ia lantas berpamitan, sedikit berbasa-basi kembali hingga bertukar nomor telepon yang tentu langsung diiyakan oleh Katharina. Ia berbalik, melambaikan tangan setelah berpelukan singkat.

"See you, kalau ketemu.."

"Haha iyaa, see you, Kath!"

Pertemuan pertama yang menakjubkan.

Business Class [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang