vi. rejected licensing

166 17 5
                                    

Seoul,
Friday, 2018 March 23ᵗʰ
Katharina Azland.

Katharina memasuki halaman mansion dengan mobil yang dipacu cukup lambat. Harap-harap cemas meliputi perasaannya, bagaimana jika semua orang ada di dalam? Menyambutnya dengan berbagai pertanyaan?

"Eh, betah banget ya kamu berduaan sama Celine? Nggak ingat pulang kalau dilihat-lihat," bagaimana jadinya kalau baru masuk sudah disambut Wizel yang mengomel?

"Apasih? 'Kan aku udah bilang ke kamu sama Kak Kez kalau di villa dua hari."

"Orang cuman bercanda. Sana masuk."

Padahal dia yang berhentiin? Yasudah nggak apa-apa, suka-suka yang lebih tua.

Tanpa Katharina tahu, malam ini keluarga besar berkumpul di meja makan. Tidak ada yang memberi tahunya, barang Wizel atau Kezia sekalipun. Pantas saja, dari saat Katharina baru sampai hingga saat ini, ekspresi keduanya seperti sangat malas.

Katharina tahu rasanya. Malas menghadapi keluarga besar yang seharusnya tidak diundang dan mengganggu kenyamanan. Tapi apa boleh buat jika yang paling tua yang mengundang?

Katharina duduk bersebelahan dengan dua sepupunya. Benar-benar kacau, pikirnya. Berhadapan langsung dengan sepupu-sepupu orang tuanya membuat Katharina sedikit berpikir untuk kabur saja, menghampiri Celine contohnya. Tapi nyalinya tidak sebesar Wizel yang pernah mengunci diri di kamar dan berujung berdebat dengan sang Papa.

"Gimana? Kath sehat-sehat aja, 'kan?"

Katharina hanya bisa mengangguki itu, diikuti senyuman formal ala kadarnya. Pasalnya kalau menjawab berlebih, Katharina takut obrolan antar keluarga ini bisa bertaut kemana-mana. Bisa jadi, obrolan tidak penting sekalipun ikut dijadikan topik.

"Masih betah jadi pilot, ya? Gajinya berapa, Kath?"

Kalau sudah begini, Katharina ingin menghilang saja. Perihal gaji personal, itu ranah privasi, kenapa harus diobrolkan? Katharina bisa menebak, hal seperti ini dinormalisasikan oleh keluarga besarnya. Hitungannya, ya mereka harus terbuka satu sama lain. Padahal tidak penting.

"Masih betah banget. Kalau gaji sih Kath nggak pernah perhatiin, asal saldonya masuk aja pasti diterima."

Main aman kalau kata Katharina. Lagian, mau pinjam uang atau bagaimana sih segala tanya gaji? Celine yang sebagai orang penting di hidup Katharina (sejak kapan juga tidak tahu) saja tidak tahu berapa gajinya.

Tapi memang benar, Katharina tidak pernah memperhatikan berapa banyak nominal yang masuk setiap kali memasuki tanggal gajian. Asal saldonya masuk, yaa berarti sudah punya uang.

"Masih betah sendiri juga, Kath? Belum mau nikah?"

Yang begini harus diapain biar kapok? Selalu ada pertanyaan tidak penting atau basa-basi-busuk setiap kali ada kumpul keluarga besar. Entah kapan nyusul Wizel, entah kapan Kezia hamil, atau yang lain-lain. Topik sensitif seperti ini yang nantinya saat pulang dibawa ke ranah obrolan grup mama-mama.

"Calonnya sih sudah ada, tinggal nunggu siapnya aja. Lagian Kath nggak buru-buru juga."

"Kath aja santai, kalau yang nyuruh buru-buru kataku mendingan ikutan ngasih dana buat wedding organizer nggak sih?" Sahut Wizel membuahkan cubitan kecil dari Kezia.

Katharina terkekeh pelan dan mengangguk. Memang ibu-ibu di hadapannya ini harus dibungkam agar segera menyelesaikan makan malam dan kembali ke kamar masing-masing.

"Gila ya Tante Eliz, kalau masalah yang begituan gacor banget mulutnya. Aku lebih takut keceplosan nanya kapan beliau meninggalnya sih."

"Jujur sama, lagian aneh banget pertanyaannya. Kayak nggak tahu privasi orang."

Selesai makan malam tadi, seperti biasa tiga pemuda di kediaman Azland berkumpul. Baik Katharina dan Wizel sama-sama mengeluarkan pendapat yang se-poin. Kezia bagian tertawa.

"Kath, by the way. Tadi pas kamu izin ke kamar mandi, Grandma bilang kamu jangan nikah cepet-cepet. Minimal sisa satu aja lah punya Azland single. Dan kalau mau nikah, calonnya aja dulu bawa kesini."

Katharina termenung. Kenapa jadi seperti tertekan, ya? Padahal tadi niat bilang "Calonnya sih udah ada" cuman karena biar yang lain diam. Tapi ternyata yang lain menanggapi seserius itu, ya?

"Siapa juga yang mau nikah cepet-cepet. Lagian, aku kenal Celine baru banget, Kak."

"Oohh, jadi tadi yang dimaksud tuh Celine?" Tanya Kezia menggoda. Walau sebenarnya Kezia sudah tahu kalau ucapan Katharina tertuju pada perempuan bersurai sebahu tersebut.

"Haduhh, nggak usah mulai deh kataku. Terus ini gimana?? Aku takut bawa Celine kesini. Lagian juga jadwalku sama dia bentrok banget habis ini, kayaknya bakalan jarang ketemu."

"Lah kamu kan sebentar lagi pulang ke London?"

"Nah itu! Aku sama dia satu kota, tapi buat apa kalau sama-sama sibuk. Aku juga di udara terus."

Keluhan Katharina memang itu-itu saja. Bilang betah di udara tapi muak juga.

Terkadang, Katharina berpikir, bagaimana jika kehadiran Celine ditolak oleh Grandma? Dan bagaimana jika kehadirannya ditolak oleh keluarga Celine? Katharina pun sadar, keluarga Celine bukan keluarganya yang bisa menerima menantu pilihan masing-masing apa adanya. Karena Katharina belum tahu apa-apa.

"Ya kamu jangan berasumsi buruk gitu dong. Kalian tuh udah sama-sama dewasa, pasti nanti bisa kok nemu waktu yang pas buat ketemu lagi. Takdir nggak berhenti disitu-situ aja buat manusia. Kalau kamu nggak bisa berpikir positif, dampaknya juga bakalan buruk buat hasilnya. Buat apa kamu berekspektasi kalau begitu?"

Kezia memberi wejangan sekali lagi, dan Katharina hanya bisa diam dengan pikirannya. Takut Celine dan dirinya bertolak belakang, dalam urusan yang lebih mendalam.

"Apa aku terlalu buru-buru yaa kalau urusan deketin Celine?"

"Nggak, nggak apa-apa. Nggak ada masalah dengan gimana kamu bersikap dan deketin Celine, 'kok! Memang udah harusnya begitu, karena mau nggak mau ya kamu harus menunjukkan kalau kamu tertarik sama dia. 'Kan tujuanmu memang deketin dia."

"Aku takut banget jadinya, aduh.. Padahal tadinya udah bulat banget keputusanku, Kak!"

"Kamu aja yang lemah iman, Kath. Kayak nggak punya pendirian," celetuk Wizel.

"Enak aja kalau ngomong!" Katharina melemparinya dengan daun yang sedari tadi dibuat mainan olehnya.

"Nggak akan ada apa-apa, Kath! Percaya deh, nggak usah terpengaruh omongan Wizel, please! Kamu aja belum tahu Celine dan seluk-beluknya, jangan berasumsi atau berpikiran yang nggak-nggak dulu. Dicoba aja dulu."

B U S I N E S S C L A S S 🥂

ALLOOOO!!
HEHEHEHE brp bulan tebak gak muncul disini

hebat bgt y gue liat2 kelakuannya sembunyi mulu
y mohon dimaafkan pls sungkem dl
gue coba rajin2in update yaa ders 💐

Business Class [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang