ii. road that brings again

211 32 0
                                    

Myeongdong,
Thursday, 2018 March 15ᵗʰ
Celine Maddison.

"Bungeo-ppang kacang merah dan cokelat, tiga."

Celine mengulurkan tangan seperkian detik untuk menerima dan membayar. Sedikit berjinjit, bagaimana tidak? Tingginya tidak secukup itu untuk meraih dengan cuma-cuma. Lantas Celine kembali berjalan menyusuri ramainya jalanan Myeongdong, Korea Selatan.

"Harusnya tadi bawa teman, ngawur banget kesini sendiri. Jadi bingung mau beli apa."

Gerutuan berasal dari Celine. Sesekali menggigit bungeo-ppang miliknya dan membuka ponsel sesaat, apakah ada kabar dari teman atau rekan kerja. Ataukah sebuah pesan singkat... dari seseorang yang ditunggu sejak dua hari lalu?

Bruk

"Ah, sorry!"

Tidak asing, benar-benar tidak asing. Celine menunduk menyaksikan bagaimana kue berbentuk ikan miliknya sudah menyentuh trotoar Myeongdong yang ramai pejalan kaki. Padahal tinggal secuil saja habis, kenapa malah jatuh?!

"Ce-line?"

"Kath?!"

Sangat terkejut. Siapa yang menyangka keduanya akan bertemu di antara ratusan orang disana? Tidak ada yang menduga. Bahkan sebelumnya, tidak ada pesan atau janji oleh keduanya akan bertemu di Myeongdong. Sebuah kebetulan yang menyenangkan, 'kan?

"Maaf-maaf.. Aku yang salah, aku gak lihat jalan tadi," Celine menunjukkan rautnya yang tidak enakan. Tapi Celine jujur! Memang dia tidak melihat jalan tadi.

"It's okay, Cel. Ayo, aku ganti bungeo-ppang punyamu."

Pembawaan Katharina yang kalem dan hangat membuat suasana yang sebelumnya sedikit canggung jadi mencair. Tanpa aba-aba pula ditarik lengan Celine untuk menuju stand bungeo-ppang yang belum jauh dari tempat mereka berdiri.

"Kacang merah dan cokelat, sepuluh."

"Kamu mau bikin aku mabuk kue?!"

Katharina hanya tertawa menanggapi. Ditarik untuk duduk di sebelahnya, Celine hanya menurut. Ia menatap Katharina yang diam dan menyaksikan bagaimana adonan kue dituang ke cetakan, lalu diisi kacang merah dan cokelat sesuai pesanannya.

"Kamu sendirian, Kath?" Pertanyaan Celine membuat Katharina sontak menoleh. Ia menggeleng, menjawab.

"Enggak, aku lagi temenin sepupuku sama istrinya jalan-jalan. Tapi aku gak mau jadi nyamuk, mendingan mencar.." Papar Katharina, dan Celine membulatkan bibirnya, mengerti.

"Kamu sendirian aja, Cel?"

"Iya, lagian temenku pada beda tujuan semua. Jadi daripada nunggu dan harus ikut mereka jalan-jalan di Seoul yang luas banget itu, mendingan aku kesini cari jajan terus makan."

Katharina tertawa. Memang semua orang sama saja. Yang utama adalah makan. Diam-diam Katharina menyetujui ucapan Celine. Tak lama dari tawanya, Katharina berdiri, menerima bungeo-ppang yang masih panas lalu membayarnya.

"Well, kamu gak makan sendirian, Celine.. Aku juga mau! Cari tempat duduk dulu, ya?" Keduanya lantas kembali menyusuri jalanan Myeongdong yang tampak penuh, dihiasi oleh lampu-lampu yang digantung indah berwarna-warni.

Memutuskan untuk sekaligus mencari makanan dan minuman lainnya, bahkan mengambil foto di beberapa spot, Katharina dan Celine terlihat menikmati pertemuan yang tidak diduga sebelumnya.

"Kath!"

Celine pun ikut menoleh. Ia bisa menangkap postur sepasang sejoli dengan lengan yang terangkat, melambai. Melihat Katharina yang juga mengode untuk mereka bergabung, Celine langsung bergeser mendekat pada Katharina, memberi tempat untuk dua orang lainnya.

"Duduk aja. Kasihan Kak Kezia capek."

Dan Celine mulai sadar, bahwa dua orang di hadapannya sekarang adalah sepupu Katharina dan istrinya. Bagaimana? Apakah Celine harus kabur sekarang? Detak jantungnya tidak normal saat ini, terlebih bagaimana Katharina menarik pinggangnya untuk semakin mendekat agar mereka dapat duduk dengan leluasa.

Meja bulat di antara mereka penuh dengan makanan, ditambah yang baru saja datang ditaruh pula di sana. Celine hampir melebur dan berteriak menang begitu banyak makanan ada di hadapannya. Tapi, harus jaga image gak sih?

"Ini Celine."

"Yang kamu ceritain pas baru sampai mansion dua hari lalu? Yang kamu bilang cantik banget itu?"

"Wizel!"

"Haha sorry, aku Wizel, sepupu Kath. Yang ini istriku, namanya Kezia."

Celine mengulurkan tangannya, menyambut jabat tangan dari Wizel dan Kezia. Usai perkenalan singkat, Celine terdiam merenungi ucapan Wizel sebelumnya. Apa benar Katharina sempat membicarakannya? Berkata bahwa Celine... sangat cantik? Oh ayolah, memikirkannya barang beberapa detik saja membuat pipinya bersemu, memerah padam.

"Jangan dipikirin gitu, Cel.. Katharina ceweknya banyak!"

"Ngawur kamu. Siapa sih siapa cewekku? Sebutin aja satu-satu kalau beneran banyak."

"Emang kamu gak jadi sama pramugari maskapai sebelah?" Tanya Wizel yang dihadiahi cubitan kecil oleh Kezia pada pinggangnya.

Alis Katharina hampir bertaut mendengarnya. "Pramugari maskapai sebelah? Siapa sih? Aku gak pernah dekat sama orang.. Mentok ya cuman temen aja," jawab Katharina dengan bingung. Sementara Wizel berdecak kecil, mereka tampak mengacuhkan adanya Celine dan Kezia.

"Yasmin. Beneran udah gak dekat sama Yasmin?"

"Kenapa jadi Yasmin? Aku udah bilang ke kalian berdua kalau Yasmin juga temanku SMA, 'kan? Makanya dekat."

Elakan dari Katharina juga dihadiahi tatapan memicing oleh Celine. Habis, siapa yang tidak curiga? Terkhusus keduanya pun baru bertemu. Tidak memungkinkan juga kebenarannya, walau Celine sangat penasaran. Dimulai dari siapa Yasmin? Apa benar hanya teman? Harusnya sejak awal memang tidak terlalu dihiraukan oleh Celine. Kalau begini, siapa yang repot sendiri?

"Udah-udah, makan aja deh kita. Jangan bahas yang gak perlu dibahas. By the way, Celine kerja dimana? 'Kok bisa sampai Myeongdong?"

Percakapan yang dialihkan oleh Kezia cukup membuat Celine tenang. Berempat, membincangkan banyak hal. Mulai dengan jawaban dari pertanyaan Kezia, lantas berlanjut sampai tanggal kepulangan dua sejoli di hadapan Wizel dan istrinya. Wizel sendiri terlihat puas menggoda keduanya juga terkadang mengompori Katharina.

"Kalau mau deketin anak orang, yang serius, Kath. Kamu gak tahu kapan ajal menjemput. Tobat aja dulu."

"Aku gak ngapa-ngapain, Wizel! Kenapa sih? Jangan bikin seolah-olah aku nakal banget, ya! Kamu tuh, kemarin ke mall masa lirik ibu-ibu? Padahal lagi gendong anak."

"What the hell is that, Wizel Azland?!" Kezia terkejut, berseru kesal seraya melayangkan beberapa pukulan pada lengan Wizel.

Celine dapat merasakan kehangatan disini. Sambutan Wizel dan Kezia akan dirinya cukup baik. Apa ini sebuah permulaan yang akan berkelanjutan? Celine belum mau memikirkannya kembali. Tetapi sejak baru saja duduk, hingga sampai sekarang diliputi lengan Katharina yang masih melingkari pinggangnya, membuat Celine sangat salah tingkah meski dipendam saja.

Ada kalanya Katharina melepas lengannya hanya untuk menyomot makanan atau mengambil minuman di seberang, disitulah Celine dapat bernapas lega dan leluasa.

"Udah malem banget, kamu gak pulang, Cel?"

"Jangan diusir gitu dong, Kath!"

"Enggak gitu, Kak Kez. Ini beneran hampir jam dua belas tengah malem. Takut makin malem makin bahaya.."

"Ya anterin dong!" Wizel menatap Katharina dengan tatapan menggodanya. Sungguh, Celine ingin melebur jadi angin saja jika seperti ini. Kenapa Wizel sebegitu supportif-nya pada Katharina dan dia sih?

"Ayo, Cel.."

Business Class [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang